mbak sri, nama yg tak pernah terlupakan.
Pengalam pertama terjadi saat aku harus nganggur setahun setelah aku lulus SMA. Terus terang ekonomi keluarga yang harus membuat aku harus nganggur setahun. Nah …….dalam tahun itu pengalaman tak terlupakan terjadi. Sambil nunggu bisa kuliah aku bantu kakakku jaga tokonya di
Hari pertama buka toko hanya menjadi penonton orang orang yang belanja dipasar itu. Hari sabtu dan minggu adalah hari yang paling ramai karena banyak pembeli dan tengkulak. Tokoku buka jam enam pagi dan tutup jam 3 sore. Setelah beberapa hari, beberapa pembeli mampir membeli beberapa benda kecil. Toko yang aku jaga ini menjual plastik roll, tas plastik, beberapa kebutuhan sehari hari seperti sabun, pasta gigi dan barang barang lain yang terbuat dari plastik. Saat itu kurang banyak toko yang menjual barang barang sejenis itu.
Suatu siang kakakku datang dengan seorang perempuan yang seusiaku, tinggi kurang lebih 168 cm, wajah tidak terlalu cantik tapi tidak juga jelek. Kalau makanan, dia ini makanan yang bisa ditelan tanpa komentar negative . Kulit putih dan ada tahi lalat di rahang sebelah kiri. Sebut saja namanya Sri.
“Polie………… ini loh aku antar Sri untuk bantu kamu. Dia tinggal disini supaya ada yang bisa nyapu sama bersihkan toko. Kalau siang dia juga bisa carikan kamu makanan di dekat sini” kakakku berkata dan setelah itu dia pergi kembali kerumahnya.
Sri, ini cukup ramah dan berani menyapa duluan. Dari pembicaraan aku tahu kalau dia juga baru lulus SMA. Jadi usia kita sama. Yang membedakan adalah dia ini ternyata punya pacar di kampungnya di daerah Pujon Malang. Bapaknya adalah pensiunan Angkatan Laut. Assetnya yang paling gua demenin adalah badannya dan dadanya bro. Bayangkan dengan tinggi badan 168 dan dada 34 C, assetnya sangat menonjol. Pantat tidak begitu besar tapi juga menggairahkan. Aku tidak berpikiran macam macam karena merasa masih lugu. Tidak ada bayangan bahwa dia akan menjadi guru dan pasangan sex ku untuk pertama kalinya.
“Mas Polie, kenapa tidak ngelanjutin kluliah?” suatu hari dia tanya kepadaku
“Biaya kuliah mahal dan belum mampu” aku jawab sekenanya “Kamu sendiri kenapa tidak kuliah? Apa kamu ngga ingin ngelanjutin kuliah?” Aku tanya dia balik.
“Aku sih sebetulnya ingin tapi karena bapakku tidak punya biaya, aku harus kerja dulu semoga aku bisa lanjutin tahun depan. Asal tidak keburu kawin? Hehehehe “ dia jawab.
“Memang udah mau kawin ya?” selorohku
“Pasti dong, mas Polie memang tidak akan kawin ya?” dia balas
“Bah, blom kepikir tuh?” jawabku
Dialog kecil seperti ini sering terjadi setiap hari, dan hal ini seperti merajut sebuah hubungan yang makin erat. Kadang kadang dia menangis karena dia rindu keluarga dan pacarnya yang ada di
Ruko dimana aku kerja ini cukup panjang dan barang yang ada belum seberapa banyak jadi supaya tidak kelihatan kosong maka kakakku menyekat dengan 2 lemari panjang untuk memajang barang dagangan. Beberapa barang dagangan digantung di beberapa tali untuk menghemat tempat dan pembeli juga bisa melihat apa saja yang kita jual dengan mudah.
Suatu siang ada barang masuk yang diantar oleh pegawai kakakku. Barangnya banyak dan diantaranya harus digantung untuk dipajang.
Setelah aku periksa dan pegawai kakakku kembali, aku segera bongkar untuk dipajang. Sri, memajang shampoo dan barang sejenis dilemari sedangkan aku harus naik kursi dan memajang barang ditali. Karena aku harus naik turun kursi untuk ngambil barang dan memajangnya. Sri, berhenti dan membantuku mengambil barang yang dilantai sehingga aku tidak perlu lagi naik turun kursi. Pada saat aku ambil barang ditangannya aku tak sengaja sentuh pundaknya.
“Sorry, aku ngga sengaja” aku bilang
“Mas sengaja deh, aku lihat sendiri” dia balas sambil senyum senyum.
“Aku balas nanti tanpa ampun.” Dia lanjutkan.
“Jangan gelitik aku, Sri. Barangnya bisa jatuh dan pecah semua rinso nya” aku beritahu dia.
Dasar mungkin lagi iseng, dia gelitik pinggangku dan aku kaget. Untung barang yang kupegang tidak lepas dari tanganku. “Aku balas gelitik deh nanti hehehehehe” ancamku. Setelah selesai aku pura pura pergi ke dalam untuk cuci tangan. Jam menunjukkan hampir pukul 3 sore dan toko hampir tutup. Maka aku pura pura panggil Sri masuk kedalam. Setelah dia didekatku aku pegang pinggangnya yang ramping dan aku mulai gelitik. Dia ketawa dan aku tidak mau lepaskan begitu saja. Pinggang indah pertama dalam hidupku yang pernah aku pegang.
“Tahu rasa nih, kalau aku balas dendam” ku bilang
Aku gelitik dan dia terus berusaha melepaskan peganganku. Perutnya yang empuk juga terasa sekali karena dia kadang menggeliat kekanan dan kekiri. Aku tidak mau lepaskan begitu saja kesempatan indah ini. Aku pegang terus hingga dia terjerembab kelantai.
“Mas, ampun mas! Ampun berhenti perutku sakit karena ketawa” dia mengaduh.
Pada saat aku lepaskan dia, dia malah menyerangku balik menggelitik pinggangku.
“Ternyata kamu hanya pura pura …………… ya?. Baik dehhhh aku layani” aku teriak sambil ketawa.
Jadinya kita saling gelitik. Junior udah berdiri tinggi karena pengalaman pertama dekat sama tubuh cewek. Badannya sangat lunak dan baunya harum sabun. Rambutnya juga wangi, wah………. Selangit deh rasanya.
Jantungku juga semakin cepat berpacu. Karena terus saling gelitik wajah kita semakin dekat. Perasaan ingin melakukan yang lebih merangsang keinginanku untuk meneruskan permainan gelitik menggelitik. Aku juga makin berani mengexplore jengkal demi jengkal tubuhnya. Karena dia kewalahan menghadapi seranganku dia terduduk dilantai dan aku terus maju wajahku cukup dekat dengan wajahnya.
Dan “ cuuup cuppp” Aku cium pipinya terus aku berdiri dan berjalan menjauh karena aku ingin tahu reaksinya bagaimana.
“Weeeeeeeiiii itu tadi tidak termasuk dalam permainan gelitik, kenapa pake curi cium pipi juga?” selorohnya aku lihat rona merah dipipi kirinya.
“Yaaaaa, nanggung deh, ada pipi didekat yang nganggur aku manfaatkan sedikit saja.” timpalku.
Aku tidak tahu mau apalagi nih. Aku pura pura berjalan kebagian dalam pura pura ambil minuman. Dia mengikutiku dengan diam diam dan tiba tiba dia menyerang menggelitik lagi.
Aku pura pura merasa geli, dan tidak melawan. Aku bisa menggelitik balik kalau mau tapi tidak aku lakukan dan pada kesempatan kedua aku ulangi lagi cium pipinya “cuuup, cuup” tiba tiba dia berhenti dan merangkulku. Pertama kali dekat dengan tubuh wanita seutuhnya membuat jantungku deg degan.
“Cium yang lebih berani bisa tidak?” dia menantang.
“Maksudnya apa?” aku pura pura pilon.
Dia monyongkan bibirnya memintaku untuk menciumnya.
“Aku belum pernah cium cewek, aku belum bisa.” Aku balas jujur.
“Tidak percaya deh, mana sudah begini besar tidak punya pacar?” balasnya
“Aku ajarin sini” dia nyosor bibirku.
Tiba tiba bibir hangat telah menempel di bibirku. Adiik juniorku udah senut senut. Cuma aku tidak tahu mau berbuat apa? Maklum dari sejak kecil tidak tahu apa apa. Dia goyangkan bibirnya dan tiba tiba berhenti.
“Bukan begitu caranya, buka sedikit bibirmu” dia berbisik.
Dia cium lagi sedikit tempelkan bibirnya kebibirku. Jantungku berdesir dengan sentuhan sensitivenya. Aku bingung apa lagi setelah ini. Tiba tiba sesuatu yang lunak dan hangat menjalar kedalam rongga mulutku, aku tidak tahu bagaimana mau bereaksi. Aku hanya diam dan terus merasakan sensasi luar biasa. Tanganku erat erat pegang pipinya, terkadang membelai rambutnya.
“Kok begitu sih?.” Di kulum lidahku dan juga julurkan lidahmu supaya aku bisa hisap.
“Aku tidak tahu nih” aku bisik kedia.
Aku dekatkan lagi wajah dan bibirku untuk melakukan instruksinya. Memang tiada
“Kamu ……….kenapa?” dia bertanya.
“Huh……..uh? Enak sekali rasanya. Aku jawab sekenanya.
“Memang belum pernah begitu?”
“Belum, kamu yang pertama deh.”
“Asyik dong, dapat bibir perawan” timpalnya.
Jam dinding sudah menunjukan pukul 3.40.
“Gilaaaa, kita udah kesorean tutup toko.
“Aku harus jawab apa kalau Mas Jaya [kakaku] tanya kenapa aku terlambat pulang?” dia cemas
“Jawab saja kalau kita tadi harus pajang beberapa barang yang masuk dan bersihkan toko.” Aku balas sekenanya.
“Ya udah aku kembali dulu ya?” dia bilang.
“Sri, tunggu dulu! Aku mau titip sesuatu untuk Pardi [keponakanku]. Aku pergi kebelakang pura pura mengambil sesuatu. Aku pura pura cari sesuatu dan dia menyusul ketika dia tunggu agak lama.
“Cari apa mas?” dia tanya.
“Bungkusan hitam, tas plastik.” Jawabku sekenanya. Padahal ini hanyalah sebuah tak tik saja supaya dia menyusulku kebelakang.
“Sri, cium aku dulu dong sebelum kamu pulang kerumah kakak?” pintaku
“Haaaah? Itukah yang kamu cari, mas? Dia ketawa keras.”Kenapa harus pura pura segala”
Dia cium aku lagi, dibibirku. Manis sekali rasanya. Wajahnya sangat bersih dan bening. Dia buka matanya dan mata kita bertemu. Aku peluk dia setelah bibir kita terlepas.
“Trima kasih Bu Sri, untuk pelajaran ciumannya hari ini” aku berbisik.
“Iiiiiii………ih kenapa Bu Sri. Aku
Dia kembali ke rumah kakakku jalan kaki setiap sore dan setiap kali datang ketoko dipasar ini setiap pagi
------------------------------------
Malam itu aku kepikiran terus dengan lakon kehidupan yang sedang aku jalani. Bayangan wajah Sri, yang aku pegang saat aku cium dan kehangatan bibirnya terasa membekas dibibirku. Tubuhnya yang empuk dan hangat juga masih terasa menempel ditubuhku. Bingung, mau kemana perjalanan hidupku. Jauh dari ibuku [bapakku udah meninggal] dan aku tinggal diruko itu sendiri. Aku ingin membelai rambutnya dan memeluk badannya. Itu saja………..! Belum ada pikiran yang lebih jauh. Lugu……
Dampak dari pindah tempat tinggal adalah kehilangan kontak teman kecil dan saudara dekat. Sehingga aku tidak bisa ceritakan pengalaman manis yang sedang aku alami ini kepada siapapun. Tidak ada rasa takut di dalam hatiku akan akibat akibat apa yang nanti mungkin muncul setelah kejadian. Karena tidak ada kata kata cinta meluncur dari mulutku.
Esoknya bangun lebih cepat dari biasanya karena rasa ingin segera ketemu. Sri, datang dengan senyum manisnya.
“Bisa tidur semalam?” tanyanya.
“Bisa, tapi tidak bisa lelap” aku jawab sekenanya
“Kenapa? Banyak nyamuk ya? Atau Lapar?” Dia menambahkan
“Kalau lapar sih, ada makanan. Nyamuk juga tidak. Cuman seingatku aku kemaren titipkan sesuatu ke kamu dan kamu belum kembalikan ke aku” aku pancing
“Memang mas Polie titip apa kemaren ke aku, aku tidak merasa mas tititpi kok.” Dia kaget
“Aku kemaren titipkan bibirku yang masih perawan kekamu, trus kamu kemanakan bibirku, Sri?” sambil pura pura serius
“Walaaaaaaaah, aku kira serius mas Polie………….!!!, tenang mas. Bibirnya mas Polie masih menempel disini.” Sambil jarinya ditunjukkan ke arah bibirnya. “Memang mas Polie mau ambil kembali ya?. Atau mas polie mau nambah titip lagi?” selorohnya
“Aku cuman mau pastikan saja kok Sri……. Coba kamu kebelakang sebentar aku mau periksa.” Aku berjalan kebelakang dan dia mengikutiku.
“Cuuup, cuuuuup” aku lumat bibir bawahnya dan dia pun membalas cium bibirku. Ini yang aku inginkan semalam. Aku peluk tubuh hangatnya erat erat dan aku belai rambutnya. Matanya tetutup kelihatan sedang menikmati sesuatu. Aku tidak tahu apa yang dia pikirkan tapi aku terus saja pandang dan nikmati halus pipinya. Tidak ada bedak menempel dikulitnya dan tidak ada pemerah bibir dipoleskan. Gadis seperti ini yang aku sukai. Adik juniorku tegak lurus ngacung dengan sensasi yang timbul dari kegiatan pagut memagut.
“Slurp slurp” lidahnya dia julurkan ke rongga mulutku dan aku hisap habis dengan lembut. Aku balas julurkan lidahku ke rongga mulutnya dan diapun memperlakukan hal yang sama. Tiba tiba ketika lidah ku dijepit dengan gigi gigi depannya aku hentikan dan “aaaaah aaaaah “ aku pukul pantatnya. Dia tidak juga lepaskan lidahku. Aku pegang pinggangnya dan aku gelitik, wah dia bertambah keras jepitannya “Aaaaaaaaaammpuuuuunn” kesulitan aku ucapkan. Aku tidak tahu apa yang harus aku buat supaya dia mau lepaskan lidahku. Aku pura pura mau pegang dadanya yang tambun dan empuk.
“Weeeeit” dia lepaskan lidahku. Ternyata cukup efective cara ini.
“Sakit tahu?” aku mendesis.
“Masa? Aku rasa kok tidak ya.” Dia jawab sambil senyum senyum.
“Oh……….mau rasakan ya, sini aku kasih coba.” Aku tarik lengan tangannya dan aku sosor bibirnya. Bodohnya aku dengan harapan seperti itu. Dia tidak buka mulutnya dan julurkan lidahnya.
“Nakal juga kamu ternyata ya…………..!” aku gelitik dia.
“Beli” mana penjualnya ini” kegiatan kami dibelakang lemari pembatas terhenti. Kita layani pembeli setelah kami bercermin untuk mematut diri, karena kita takut dengan keadaan kami yang tidak representative. [Kakakku Jaya, sudah beristri dan punya 2 anak kecil. Sebelum menikah kakak iparku ini membuka salon kecantikan dan mejual alat 2x kecantikan. Jadi dibelakang lemari pembatas itu ada cermin cermin besar yang sering kita temui di salon salon. Dua lemari pembatas itu panjangnya kira kira 3 meter dan masing masih menempel dibagian belakang. Lemari itu diletakkan tidak sejajar, satu agak kedepan dari satunya sehingga ada celah untuk berjalan untuk menuju kebelakang.]
Setelah pembeli pertama selesai dengan belanjaan, aku kembali lagi kebelakang lemari itu. Sri, tetap dibagian depan toko sambil berdiri. Aku melihat bodynya dari belakang dan aku kagumi bentuk tubuhnya yang semampai. Dia memakai rok bawah panjang sehingga seluruh tungkai kakinya tertutupi oleh roknya. Aku tidak mengetahui kenapa dia tidak pernah memakai rok pendek. Rok panjangnya sebetulnya selalu nampak serasi dan tidak kelihatan kampungan, Cuma aku bertanya tanya “Mungkin kakinya ada yang cacat?, atau mungkin kakinya berbulu?”
Beberapa pembeli datang dan pergi, Sri bisa melayani sendiri. Sesaat kemudian dia berjalan kebelakang dan berdiri disampingku. Kita bercermin berdua, aku lebih tinggi kira kira 5 cm dari dia. Tinggi badanku adalah 173 sedangkan dia 168 kira kira.
“Mas Polie, …………? Dia berbisik
“Kenapa…………..? aku tanya
“Tidak………….., nggak jadi………….? Dia bicara lirih.
“
“Aku rindu sama keluargaku?” dia jawab.
Aku rengkuh badannya dan aku tarik dia kedalam pelukanku. Aku peluk dia sepenuh hati supaya dia merasa nyaman dan tenang. Dia kalungkan kedua tangannya keleherku menikmati pelukanku. Dada besarnya menempel didadaku dan adikku yang tegang menempel keras di pahanya. Bibir kami akhirnya menempel lagi tanpa harus di komando. Penuh dengan gelora, lidah saling menyapu dan bergulat merasakan tingginya birahi kita berdua. Tidak ada kata terucap hanya suara hisapan bibir dan lidah yang terdengar di telinga kita. Aku nikmati seuruh momen dari detik ke detik. Aku telusuri setiap bibirnya dan kulum mesra lidahnya. Aku berhenti sejenak, dan dia buka matanya kembali. Aku melihat raut wajahnya berubah, Cuma saat itu aku tidak bisa membaca bahwa raut wajah yang dia tunjukkan adalah raut wajah nafsu yang lapar untuk segera di tuntaskan.
Tiba tiba tangan kanannya turun dan merayap keperutku, aku agak menggelinjang merasakan sentuhan tangannya di daerah itu. Sentuhan lembut dari jari jari seorang wanita yang halus dan lunak. Dia terus turun seolah olah ingin menggaruk sesuatu dan akhirnya dia memegang adikku. Rasanya ingin meledak saat itu, pegangannya yang empuk dan penuh nafsu. “aaaaaaaaaaaahhhh” aku mengerang. Aku seperti lepas dari sesuatu yang membelenggu dan tidak tahu cara bagaimana peraasan itu tetap disitu. Jari jarinya terus menempel dan hangat terasa di juniorku.
“Mas Polie,…………. aku dari tadi merasa ada sesuatu yang sangat panas di pahaku. Dan rasa itu membuat pahaku gosong seperti di setrika. Kenapa mas Polie bawa batrei kemana mana di dalam celana………..?. Ini Batrei untuk apa untuk apa sih……………..?” tangannya yang lembut terus menempel di Polie juniorku matanya juga tidak lepas dari pandanganku seakan mau jawaban atas pertanyaan pertanyaan yang dia luncurkan kepadaku.
“Kamu tadi bilang …………..pahamu gosong terkena batrei ABC ku, mana buktinya dan bekasnya?” aku tantang dia
Dia naikkan rok panjangnya perlahan lahan hingga ke paha atasnya. Aku baru sadar keindahaan kaki jenjangnya. Aku begitu terpesona melihat tungkainya yang panjang dan tanpa ada bekas goresan sedikitpun. Aku nikmati saat saat yang sangat singkat melihat bulu bulu halus di betis dan paha putihnya. My jaws dropped to the floor to see what was right in front of me. Speechless!!! This is indeed a pretty creature.
“Tuuu………uh lihat gosongkan???!!!! Sambil nunjuk pahanya yang putih. [Mataku tidak lari dari pahanya yang putih, aku baru tahu selama ini dia menyembunyikan asset lainya di mata banyak lelaki yang suka menikmati paha dan kaki.
“Mana, jangan tuduh sembarangan ya………..!!!!! Tidak ada yang gosong dan terbakar disini…..?” aku mengelak sambil mata terus kepahanya.
“Coba pegang dibagian ini……..! sambil menunjuk paha atasnya.
Aku jongkok dan hampir tidak percaya, darahku mengalir deras seperti dipompa dengan kecepatan tiga kali lipat. Semburat merah memancar dimukaku sangat terasa. Antara malu dan mau menyentuh daerah sensitive seorang gadis. Aku terlalu lugu untuk berpikiran seperti itu. Karena dengan sangat jelas dan tegas dia menginginkan aku untuk merasakan kulit pahanya. Junlor udah mau menyemprotkan muatannya. Aku tidak sadar bahwa matanya diarahkan kemataku, menatapku dengan senyum tantangan. Aku akhirnya gerakkan tangan kananku untuk menyentuhnya. Dan ujung jariku menyentuh benda magis yang empuk……….., hangat………….., mulus dan berbulu lembut dan halus. Aku tersungkur dalam lamunan indah yang tidak aku bisa terjemahkan kebahasa manapun. Nikmat kopi, hanya bisa dinikmati di mulut, nikmat makanan bisa dinikmati sementara kala kita merasa kenyang. Nikmat jari menyentuh benda magis dibawah
Aku tutup mata dan tempelkan telapak tanganku, aku tidak tahu apakah aku gemetar atau gagap melakukan itu yang jelas itu adalah pengalaman yang sungguh tak pernah lepas dari ingatan dan memori CPU kepalaku. Kehangatan menjalar lagi melalui ujung jari jari.
“Sri, ……………….ini tidak gosong. Tapi Cuma hangat. Mana yang terbakar?”
----------------------------------
“Iya mas, kalau dipegang dengan tangan terasa hangat tetapi dikulitku terasa panas seperti terbakar” dia jawab sambil senyum
“Mana bisa begitu, kalau gosong itu
“Mas Polie, harus tanggung jawab deh!!” dia tidak mau kalah
“Memang harus bagaimana, cara membuat pahamu tidak panas? Kasih basah ya sama Tissiu dan air?” aku kasih saran
“Cium dong mas……..!?? dia merajuk
“Aaaaaaaaaaaaaa….aah cium? Polie junior tersentak sentak tak karuan. Pemandangan indah dimata minta dicium. Aku lihat matanya dan mencari keseriusan hatinya. Apakah ini hanya sebuah permainan atau sebuah naskah cerita yang memang dia ucapkan.
“Cuup……. Cuuup” ciumanku mendarat di paha bagian atasnya. Aku tidak yakin apakah itu cukup membuat pahanya menjadi dingin dan gosongnya hilang.
“Sudah?” tanyaku
“Kok ngga basah ciumannya?” dia meresponku “Mana bisa padam kebakarannya kalau tidak basah?. Lain kali jangan ditempelkan batreimu di pahaku mas supaya pahaku tidak gosong.”
Aku berdiri dan menjawab “Memang aku sengaja menempelkan batreiku kepahamu?”
Kegiatan kita dibelakang lemari pembatas tidak semuanya lancar.
Kira kira jam 9.30 pagi, ada seorang lelaki yang datang ke toko dan akan membeli sesuatu. Nampaknya Sri kenal dengan lelaki tersebut. Dari pembicaraan mereka, aku bisa simpulkan bahwa lelaki ini teman smp nya. Kebetulan dia kerja ikut pamannya atau siapanya sehingga dia sampai dipasar itu. Sementara mereka berbicara, aku duduk di meja kasir dan mendengarkan mereka berbicara.
Percakapan mereka bikin hatiku tidak karuan. Cemburu? Ya mungkin itu yang aku rasakan. Kenapa ada cemburu di hatiku ketika aku melihat dia hanya bercakap cakap saja. Aku tidak mengerti kenapa perasaan itu tiba tiba muncul di dalam hatiku.
Setelah beberapa saat, lelaki itu pergi dan Sri sempat mengucapkan beberapa kata kepadanya. “Mampir lagi ya kalau lewat?” Kata kata itu bikin wajahku kelihatan bertambah ditekuk. Sri, belum menyadari situasi karena dia masih melihat keluar toko. Aku pura pura kebelakang dan mengerjakan sesuatu.
“Sri, kamu jaga diluar ya. Aku mau mencuci bajuku dikamar mandi.
“Mas, Polie cuci baju sendiri ya? Sini biar aku yang cucikan bajumu Mas. Laki laki kok cuci sendiri.” Dia tawarkan jasanya kepadaku.
“Tidak usah Sri, cuman sedikit kok” balasku. Padahal ada dua ember cucian karena sudah beberapa hari aku tidak cuci baju. Biasanya aku cuci baju setiap hari setelah toko tutup sekalian mandi.
“Tidak apa apa, biar aku saja yang melakukan. Siapa tahu mas Jaya datang trus toko ditinggal Mas Polie cuci baju
Alasannya masuk akal juga maka aku ijinkan dia mencuci bajuku. Dia naik ke lantai dua dan mencuci. Sementara dia mencuci bajuku diatas aku merapikan barang barang ditoko dan membersihkan kerdus karton bekas. Aku susun di belakang supaya kelihatan rapi.
“Mas Polie, cuciannya sangat banyak bikin aku mabok nih………….!!!!? Tadi bilang cucian Mas Polie sedikit.” Dia teriak dari lantai dua.
“Kalau kebanyakan jangan dicuci semua, sedikit hari ini. Besok dilanjutin sisanya” aku sarankan
“Udah terlanjur direndam semua mas, mana bisa nunggu sampai besok pagi? Lain kali jangan direndam semua mas. Bisa busuk loh.” Lanjutnya
“Okay……….lain kali sedikit sedikit deh.” Aku balas saja sekenanya
Beberapa pembeli datang dan pergi. Benar juga kata Sri, Mas Jaya datang ke toko bawakan makanan buat aku sama Sri.
“Polie, mana Sri? Bagaimana dia kerja disini bagus tidak? Tanya kakakku
“Bagus kok mas, aku senang dia disini. Orangnya rajin, sekarang dia lagi cuci cuci bajuku diatas.
“Lah kenapa tidak kau cuci sendiri?” kakakku mendesak
“ Dia tadi yang nawarin aku kalau dia mau cucikan bajuku mas” jawabku enteng.
“Hari ini
“Ya baiklah nanti aku sudah siap jam segitu.”
Aku sangat bangga dengan kakakku yang satu ini. Dia termasuk berhasil di usianya yang baru 35. Toko ada dua dan ada usaha photo copy an yang sangat rame setiap hari dikerumunin banyak pegawai kantor. Mobil ada, istri juga ada, pintar lagi. Anak anaknya juga baik. Kerjaan sukses, bikin ngiri saja deh.
Mas Jaya pergi dan aku segera tutup pintu toko. Aku hitung uang yang aku terima hari itu. Karena hari itu agak sepi maka aku hanya terima sedikit. Sri, biasanya bantu aku menghitung dan merapikan uang setiap kali toko tutup. Setelah aku catat pendapatan hari itu di buku besar aku bawa makanan ke atas dan ambil minuman gelas yang ada di belakang lemari. Aku tidak berpikiran macam macam tentang Sri. Yang ada dipikiranku adalah bahwa aku akan diajak Mas Jaya pergi ke Makro. Aku pikir aku bisa sedikit istirahat dan tiduran sebelum mas Jaya menjemputku.
Setelah berada dilantai dua, aku dengar suara sikat baju “sreeeg …..sreee…..eg” aku ambil dua sendok dan 2 piring untuk kita berdua. Sri belum tahu kalau aku berada dilantai dua karena dia mencuci dikamar mandi dengan pintu setengah terbuka. Sementara aku hanya bisa melihat kakinya sampai betisnya saja yang putih itu untuk mengganjal pintu kamar mandi. Aku berjalan ke kamar mandi dimana dia mencuci dan aku tengokkan wajahku kedalam untuk meminta dia keluar makan dulu. Tapi saat aku masukkan kepalaku Sri juga belum sadar kalau aku berada di lantai dua. Aku melihat roknya yang panjang digantung disebelah kanan dalam kamar mandi. Otakku langsung bekerja dan berpikir. Kalau roknya digantung itu berarti dia hanya pakai celana pendek. Aku menjadi salah tingkah antara akan terus masuk untuk melihat apa yang dia pakai atau kembali berjalan kembali keluar dan memanggilnya dari luar. Antara terus atau kembali, terus atau kembali, terus atau kembali. Aku tekadkan untuk terus saja. Aku lihat kebawah dan disana dia mencuci baju dengan paha terhunus hingga pangkalnya. Sempat kunikmati indahnya paha mulusnya. Aku takut mengagetkan dia trus aku kembali atret dan berjalan ke arah lemari piring.
“Sri………, makan dulu. Mas Jaya baru saja bawakan makanan untuk kita.” Aku bicara.
Tapi tidak ada jawaban darinya. Kran air bak mandi nyala dan itu mungkin yang membuatnya tidak dengar. Aku berjalan ke arah kamar mandi dan ketuk pintunya.
“Tok ……toook……, Sriiiiii……” aku ketok pintunya.
“Mas, Polie………..? Bikin kaget saja?” dia longokkan kepalanya ke pintu.
“Ehhhh makan dulu sini, cepat. Makanannya keburu dingin nih.” Jawabku
“Iya sebentar……….aku cuci tangan dulu ya.” Kelihatannya dia juga lapar.
“Sorry mas, aku pake handukmu saja ya?” dia berjalan keluar kamar mandi dengan berbalut handukku warna biru untuk menutupi bagian perut kebawah.
Aku melongo dengan keadaannya, pikiranku terus melayang. Betapa enaknya handukku bisa membalut paha hangatnya. Kakinya yang jenjang membuat jantungku kembali bergelora
“Kenapa kamu lepas rokmu, Sri?” tanyaku kemudian.
“Aku takut rokku basah kuyub dan aku ngga bawa ganti, bagaimana aku nanti pulang ke rumah?” Sri menjelaskan keadaannya kepadaku.
Handukku tidak begitu besar dan tidak bisa menutupi seluruh kakinya. Pada saat dia cuci tangan di wastafel aku lihat bagian belakang tubuhnya. Bayangan garis celana dalam tidak nampak. Adik juniorku udah sangat keras bisa menikmati lekuk tubuhnya. Aku bertanya tanya “Apakah dia pake celana dalam atau tidak ya?, Kenapa tidak ada garis celana dalam yang muncul????”
Ketika dia berbalik dan menuju meja makan aku tersenyum kepadanya sambil bertanya.
“Sri……..kamu ngga
“Capek dong mas, apalagi ada 3 celana jeans sama beberapa kaos lengan panjang yang tebal. Kalau celana dalamnya sih tidak seberapa tapi kenapa ada hampir selusin ya? Memang berapa kali ganti sih sehari.?” Dia bertanya “Eeeeh kenapa toko tutup cepat, udah dihitung uangnya?” pertanyaannya menyembur tidak berhenti.
“Udah kuhitung, Mas Jaya mau ajak aku ke Makro untuk beli beberapa barang, jadi dia minta aku untuk menemaninya.”
“Terus Mas Polie mau ngapain sesudah toko tutup” dia tanya
“Aku bantu kamu cuci celana jeansku deh supaya kamu ngga terlalu capek” jawabku
“Eeeeh tidak bisa karena aku hanya pake celana dalam kalau cuci baju mas, aku takut rokku basah” dia jawab
“
“Iiihhh mau tahu saja sih?” suaranya di genitkan
“Heheheheh, aku
“ Ya udah kita makan dulu baru kita lanjutkan cuci cuci nya.” Dia bilang
Aku ngga bisa konsentrasi makan, didepanku ada mahluk yang sebagian pahanya kelihatan dan mulus menerawang jelas karena meja makan nya adalah meja kaca. Aku sambil nunduk curi curi pandang pahanya. “Aku ingin sekali lagi pegang paha empuk dan putih itu.” Khayalku.
Kita selesai makan dan minum terus kita kekamar mandi. Jam udah nunjukin pukul 12:15. “Masih lama sebelum Kakakku menjemputku.” Pikirku
Cucian masih banyak dan belum disikat semua. Aku duduk berhadapan dengannya dan kakinya berusaha menutupi belahan pahanya. Handukku ketarik keatas semakin banyak paha yang nampak.
“Sri………kamu ngga jijik mencuci celana dalamku? Tanyaku ingin tahu
“Nggak tuuh? Memang kenapa harus jijik?, memang mas penyakitan ya?” timpalnya.
“Berarti mas tadi jijik dong cium pahaku? Sergahnya
“Ngga, aku cuman kaget saja?”
“Kenapa mas kaku sekali sih, kelihatannya?”
“Habis kakimu bagus sih, ntar kalau aku pandangin terus kamu kira aku kurang ajar?”
“Oh……. Cantik ya? Kenapa waktu cium pahaku tadi pagi kau tutup matamu mas?” tanyanya
“Ya sekarang tidak akan aku tutup lagi, sayang ada barang indah tidak dinikmati” aku bilang padanya.
“Kalau begitu aku harus tutup rapat rapat supaya tidak menjadi tontonan gratis” elaknya
“Wah kalau begitu kamu permainkan aku dong, sri?” aku serang dia
“Permainkan bagaimana toh mas? Memang Mas Polie bola ya, sehingga aku buat mainan? Kalau Mas Polie punya bola sih aku tahu. Tapi aku ngga punya mas? Heheheheh
Paha didepan mataku sering berubah posisi, apakah dia sengaja atau tidak yang jelas aku tidak merasa lelah untuk memandangnya. Suatu kali dia ganti posisi lagi dan dia buka pahanya, handukku yang dia pake agak terbuka lilitannya, sempat kulihat paha kiri belakangnya ada noda warna kecoklatan.
“Sri, pahamu bagus ya, tapi kenapa di paha kiri belakang kok ada noda coklat itu kenapa?” aku ingin tahu
“Oh………….mas kok tahu disitu ada tanda? Apa mas suka ngintipin aku?” tanyanya
“Barusan aku lihat waktu kamu bergerak pindah posisi.” jujurku
“Wah bahaya deh kalau begitu, bergerak saja sedikit udah keintip, apalagi kalau banyak bergerak, bisa bisa keintip semua deh……………heheheheh” dia ngeledek. “Itu tanda lahir mas.”
“Oooohhh aku kira tanda kena knalpot sepeda motor” aku jawab
“Iiiiiih…….teganya” dia siram beberapa air ke wajahku.
Wah gawat pikirku, bisa basah semua nih aku. Tapi tidak apa apa deh,
“Eeehhhh, lihat niiii……….iiih bajuku basah.” Dia teriak. Dia pura pura menunduk dan siram lagi air ke tubuhku sambil ketawa.
Aku tidak mau kalah, aku ambil selang air dan nyalakan krannya sambil semprotkan air ketubuhnya. Emosi nikmat sudah menyeruak keatas kepala dan ingin dituntaskan. Aku ingin sekali lagi menyentuh tubuh hangatnya. Kaos yang dipakai sudah basah dan nampak samar samar kulit dadanya yang putih mengecap. Aku sontak tertegun melihat keindahaan itu. Aku berdiri dan menyemprotkan air keatas kepalanya. Dia juga berdiri ingin merebut selang yang aku pegang. Kita rebutan dan dia semakin mendekatkan tubuhnya ketubuhku. Handukku yang melilit pinggangnya jatuh dan semakin jelas kaki panjangnya dimataku. Badannya basah kuyub. Dia bersikuat merebut selang dari aku sambil berkata
“Awas kalau sampai terebut selang itu aku akan semprotkan semua air ketubuhmu.”
Pergumulan perebutan selang di sertai dengan ketawa ketawa. Aku lepas selangnya dan jatuh dilantai sedangkan Sri, belum sadar bahwa bagian bawah tubuhnya sudah tidak tertutupi. Wah mulus sekali tubuhnya, kutarik tangannya dan aku dekap dia. Dia tidak berontak dan mendekatkan bibirnya kearah bibirku. Dia menyeluapkan lidahnya dan mencari pasangannya di rongga mulutku. Polie Junior udah minta di elus lagi. Tanganku meraih wajahnya dan ciuman kita semakin menggelora tak kenal batas lagi. Tiba tiba tanggan kanannya meraih tanganku dan dia arahkan ke payudara kirinya. Aku tidak tahu mau diapa payudaranya. Tanganku hanya menempel disitu saja sedangkan mulut kita udah terus menempel. Tangan kirinya menjalar turun ke arah Juniorku dan meraihnya untuk digenggam. Aku tidak bisa gambarkan nikmat yang menjalar karena tangannya produktif sekali mengelus. Mulutku terlepas dari mulutnya dan dia berikan instruksi kepadaku. “Mas, payudaraku diremas pelan pelan.”
Aku goyang sedikit dan aku gerakkan berputar kekiri dan kekanan.
“Iya begitu mas, terusssss jangan berhenti”
Aku lupakan nikmat yang dirasakan juniorku, ku kecup lagi bibirnya. Terasa dingin waktu bibirku menempel dibibirnya. Aku pikir kenapa bibirnya agak dingin ya. Matanya sayup dan menunggu sesuatu. Tangan kirinya terus menghajar juniorku naik turun naik turun. Aku gerakkan tangan kananku menjelajahi seluruh payudara yang masih tertutupi Bhnya. Tidak terasa bahwa ini pertama kali bagi jari jariku menyentuh benda magis kedua. Aku lepaskan bibirku dan aku cium pipinya. Tapi dia goyangkan kepalanya hingga bibirku menyentuh telinga, dia mengerang “aaaaaaaa….aaaaa.a.aahhhhhh Mas Polie, teruskan mas. Addddduuuu….uuuuuhh enak teruskan mas. Erangannya semakin menjadi dan tidak tanggung tanggung. Juniorku pun sudah kembali merasakan nikmatnya. Bibirku tidak lepas dari telinganya. Tiba tiba dia berputar dan membelakangiku dan meraih kedua tanganku diarahkannya ke kedua dadanya. Kepalanya dia gerakkan ke belakang dan meminta aku untuk menciumi belakang telinganya lagi.
“Maaaaaaaaaaaaaass……sss.s.sss.s teruskan mas, aku sukaaaaaaaa..a…a.a.a..aa aduh mas ternyata kamu pintar sekali. Adddduduuuuuuuuh terus masssss Polieee Dia goyangkan pantatnya dan Polieku terasa nikmat di gerus dan di goyang kanan kiri.
Aku tidak berbuat lebih, karena isntinctku masih off.
“ Mas, pelintir putingku yang kanan mas. Ayo mas cepat mas. Aku udah mau sampe” dia mengerang keras
Aku raih putingnya dan aku pelintir sesuai permintaanya. Ternyata itu adlah tombol kenikmatan yang dia tunggu. Dan “AAAAAAAAAaaaaaaaaaaaaaaaaa…..aa.a.a……….a.a..a.a.a .a.a.a.a.a.a.a.a.a.a.a.a.”
Gerakan pantatnya semakin liar dan Ohhhhh ohh ohhh ohhhhhh”
Aku bengong harus bagaimana, aku hanya peluk dia didadanya. Kenyal dan empuk.
“Terima kasih mas…………….” Dia berkata lirih. Matanya yang tadi sayup bertambah redup penuh kenikmatan. Dia putar kembali badannya menghadap ke aku. Dan memeluk tubuhku. Berat badannya terasa sekali karena bajunya basah oleh air.
“Batreimu pernah digigit mas?” tanyanya pelan
“Huh, digigit bagaimana? Sakit lah kalau digigit” aku kaget dengan pertanyaannya
“Ya sudah kalau tidak mau digigit, dia elus lagi Juniorku dan tiba tiba tangannya udah menggapai burungku dari dalam celanaku.
“Mas………hangat sekali Batreinya, enak tidak kalau dipegang begini?”
Aku sangat terangsang dengan belaianya, “wah Sri enak sekali”
Celanaku dikendori dan tangannya yang lincah keluarkan batreiku dan dikocoknya. Tidak lama Crrrroroooooot, crrrooooot crrroooooot. Eannnnnnnak Sri……..
-----------------------------------
Aku teriak terengah engah merasakan seluruh cairan nikmatku keluar dari tangan yang berjari lentik. Nafasku dan jantungku berirama bersahutan. Dag ……….ngos…… dig…………… ngos. Sepertinya terdengar jelas dalam keheningan yang sangat indah. Aku tidak bergerak sedangkan tangan Sri.. terus saja mempermainkan ujung batreiku yang sudah peka sekali. Tetesan cairan mengental seperti kristal kristal kecil yang lembut keluar dari ujung batreiku. Tiba tiba tangannya bergerak dan jarinya menggenggam sepasang telur dibawah batang batreiku.
“Kenapa …………..dibagian sini dingin mas ya? Tanyanya sambil menggenggam telurku. Genggaman tangannya terasa sangat lembut seperti yang dituntut oleh keinginan telurku.
“Kenapa dibagian batangnya hangat dan cenderung panas?” tangannya menggerakkan jarinya dan memegang ujung kepala.
Aku hanya diam saja dengar pertanyaan konyolnya.
“Itu rahasia Illahi yang tidak bisa dijelaskan oleh otakku. Mungkin kalau kamu tanya dokter L. Naek Tobing ada jawaban ilmiah dari mulutnya” jawabku sekenanya.
Kembali tersadar dengan keadaan tubuhku yang polos dan batreikupun masih di pegangya, aku melihat dada montoknya serta mulus pahanya bergaintian. Ingin sekali kalau aku bisa tidur dengannya malam nanti. Tidur dalam pelukan seorang gadis yang putih dan semampai seperti dia.
Kulihat jam sudah hampir jam dua dan aku tersadar dengan baju kaosnya yang basah kuyub dan terutama BH nya. Wah bisa kacau nih.
“Ayo kita harus selesaikan cepat cucian kita, Kak Jaya akan datang menjemputku. Terus bagaimana dengan kaos dan bramu yang basah. Lebih baik kamu lepas kedua duanya, aku ambilkan kaoskudan kamu bisa memakainya tanpa bramu dulu. Kamu cepat cepat ambil setrika dan keringkan keduanya dengan cepat. Aku akan jemur dulu diatas bila sudah selesai. Aku berjalan kekamarku dan mengambil sebuah kaos berwarna putih lalu memberikannya kepadanya. Dia berjalan keluar dari kamar mandi dengan baju kaosnya yang basah dan hanya berjalan dengan cd basahnya.
Baru aku sadar setelah aku melihat cdnya mempunyai potongan yang tinggi. Lobang untuk memasukkan kakinya sangat tinggi, sangat berbeda dengan cd perempuan lainnya yang aku pernah lihat dimana ada banyak kain yang menutupi daging pantatnya. Sri…memakai cd yang sangat sexy menurutku karena menunjukkan banyak asset pribadinya. Aku sangat jarang melihat jenis cd yang dia pakai karena aku tidak pernah dekat dengan perempuan jadi normalah kalau aku tidak pernah melihatnya. Aku juga tidak pernah pergi ke toko penjal pakaian dalam wanita makanya para pembaca jangan heran kalau membaca keanehanku dalam menilai cdnya Sri. . Aku suka sekali melihatnya kala dia berjalan menjauh untuk melepas kaos dan cdnya.
“Mas………..boleh aku masuk kekamarmu?, Aku mau lepas kaosku dan braku.” Teriaknya dengan keras.
“Iya kamu bisa setrika sekalian baju kaosmu disana” balasku
Aku segera keatas untuk menjemur semua baju bajuku. [diatas lantai 2, ada setengah lantai lagi untuk menjemur dan mencuci pakaian.] Tapi karena Sri mencuci dengan hanya memakai celana dalam saja maka dia mencuci di dalam kamar mandi.
“Setrikanya dimana mas……? Aku tidak temukan setrika baju? Teriaknya lagi dari kamarku.
“Dibawah meja tulis Sri…………ada keranjang pakaian disana. Kamu ambil selimut tebal ya supaya bisa kamu pake untuk alas setrika.” Balasku.
Aku buru buru selesaikan jemuranku dan tiba tiba kudengar pintu toko di gedor dari luar “Doooar ……..dooorrrr”
“Mas Polie……………., mas Polie……………” itu adalah sopirnya kakakku yang namanya Slamet.
Aku turun tangga kelantai dasar dan membuka pintu toko.
“
“Mas Jaya tidak jadi ke Makro hari ini karena Mamanya Mbak Aling {istrinya mas Jaya}mau ke
“Oooooh ya sudah, kalau begitu aku lanjutkan saja cuci bajuku………..” aku pura pura menjawab.
“Lah semua pembantu mamanya mbak Aling diinapkan dirumah Mas Jaya, jadi Sri disuruh tidur disini dulu selama beberapa hari.” Imbuhnya lagi.
“Ya sudah…………..nanti aku suruh Sri pulang ambil baju bajunya. Dia lagi setrika bajuku Met.”
“Wah ……..ya terlambat Mas, toko disana ditutup semua jadi mereka dikunci dari luar. Biar saja nanti saya ambilkan saja.” Jelasnya
“Tidak usah Met, biar nanti dia pake kaos hadiah yang kemaren dari anggur orang tua. Mungkin lebih baik dia pulang ambil bajunya besok.” Jelasku
“Oooooh wah enak tenan……dapat baju kaos baru. Aku juga minta satu deh kalau masih ada yang lain” pintanya
“Cuman satu Met, itupun ukurannya agak kecil………….nanti deh kalau kulakan anggur lagi aku akan simpankan” bujukku
“Ya sudah tapi janji ya mas.” Pintanya
“Gampanglah, ……………nanti aku simpankan buat kamu”
“Ya……….terima kasih sebelumnya. Dah ya aku sudah ditunggu Mas Jaya” dia bilang dengan buru buru.
Aku kunci pintu toko dan berjalan ke lantai dua. Aku setel radio dan mencari stasiun yang menyiarkan lagu lagu. Televisi ada didalam kamarku dan kedengarannya Sri sedang nonton sesuatu.
Aku tidak masuk kedalam kamar karena aku mengerjakan sesuatu.
“Mas Polie………? Cairan pengharum baju punya atau tidak? Aku mau setrikakan pakaiannya mas Polie sekalian.” Teriaknya
Wah kelihatannya habis Sri…………? Coba deh kamu turun ketoko dan ambil satu yang kecil saja ya.
“Mas yang ambilkan dong, keadaanku tidak memungkinkan untuk keluar” jelasnya
“Okay deh, mana semprotannya aku isi air sekalian”
Sri membuka pintu dan aku sempat lihat kaosku yang dipake kedodoran. Kelihatannya dia tidak memakai BH didalamnya dadanya yang menonjol kelihatan bergoyang goyang. Tontonan yang menarik karena sangat merangsang bila melihat cewek tanpa BH berjalan jalan karena goyangan Payudaranya mempesona dan menarik untuk diremas. Itulah perasaanku saat itu.
“Hayoooo, lihat apa?” dia menghentakkan lamunanku
“Aaaaaaaaa….hhhhh ketahuan deh? Melihat yang indah dan gratis” Jawabku sambil meraih alat penyemprot.
“Iiiiiiiiiiihhhhhh genit deh” ledeknya
“Itulah kenapa aku salah tingkah kalau melihat yang indah indah? Makanya aku takut kalau kamu anggap kurang ajar…….hehehehe”
Aku segera turun ambil pengharum untuk setrika baju dan mengisi botol spray, setelah selesai aku kembali dan ketuk pintu kamarku.
“Masuk mas………….?” Pintanya
Aku masuk dan memberikan botol semprotan setrika kepadanya. Aku berjalan kearah lemariku untuk mengambil bajuku karena aku mau mandi. Sri sedang setrika kaosnya dan Bhnya tergeletak di sebelah kanan. Aku kaget karena dibawah bhnya yang tergeletak, aku melihat cdnya yang dia pake tadi. Pikiranku langsung bekerja, berarti Sri ini tidak memakai cd alias telanjang bagian bawahnya. Aku buka lemari dan ambil baju ganti.
“Sri…………slamet baru saja kesini beritahu kalau hari ini aku tidak jadi ke Makro sama Mas Jaya. Dan kamu diminta juga tidur disini karena pembantu mamanya mbak Aling semua nginap dirumahnya Mas Jaya.” Jelasku
“Lah……aku tidur dimana mas? Tanyanya lagi
“
“Jangan deh biar aku saja yang disofa” katanya
“Yaaaa lihat saja deh nanti………aku mau mandi dulu” aku berjalan ke kamar mandi. Aku sempatkan melihat gundukan di dadanya. Aku ingin sekali meremas lagi dadanya yang tambun. Juniorku udah kembali bisa bereaksi normal ketika aku melihat dadanya.
Tiba tiba aku punya pikiran untuk menanyakan berapa ukuran BH nya tapi aku urungkan saja karena aku mau mandi. Mungkin lebih baik setelah mandi supaya ada waktu untuk berbicara lebih lanjut.
Mandi cepat karena ada daya tarik magnet yang kuat dari dalam kamarku.
Aku kembali masuk kedalam kamar dan bilang………..
“Sri bhmu tidak usah disetrika
“Betul juga ya………. Lebih baik kaosku juga tidak perlu disetrika ya, toh sekarang aku
“Wah kalau kamu pake cdku pasti melorot Sri” jawabku.
“Lah terus bagaimana mas? Aku
“Kamu pake saja sarungku,
“Ngga bisa mas kalau aku tidur ngga pake cd, bisa masuk angin” jawabnya.
“Ohhh kalau begitu kamu pake celana trainingku kalau tidur.”
“Ya sudah………….”
“Mas kelihatan segar deh habis mandi”
“Srriiiiiii……….. itu kutangmu ukuran berapa ya” tanyaku
“Coba saja lihat sendiri.” Jawabnya diplomatis
“Aku malu pegang bh nya dan mencari nomor sizenya” balasku
“Kalau malu ya tidak akan pernah tahu mas……?” Dia berkata sambil tersenyum
“Mati guee.e…..” pikirku dalam hati. “Tapi enak ya Sriii raanya kalau dada perempuan dipegang cowok” tanyaku lugu.
“Yang enak cowoknya mas, memegang benda lunak dan berisi. Mahal tuh kalau dijual” jelasnya lagi sambil tertawa.
“Kamu kenapa kelihatan pengalaman sekali ya Sri……?” tanyaku
Dia terhenti sejenak dan melihat mataku seolah olah dia ingin mendalami sejauh mana pertanyaanku tadi.
“Aku punya pacar …………..Mas? Ya sudah pasti tahu seperti ini.?” Jelasnya
“Memang kalau sama pacarmu, kamu sering begitu tadi?” Aku ingin tahu
“Iya mas tapi tidak pernah melakukan lebih jauh?” Jujurnya
“Maksudnya lebih jau itu apa Sri?” desakku
“Ya maksudnya aku tidak pernah melakukan itu loh …mmmmmm coitus”
Coitus……….dia baca seperti tulisannya.
“Apa itu Srriiiii coitus itu?” aku ingin tahu. Aku lebih enak bertanya sama dia.
Karena dia begitu terbuka kepadaku. Dan aku tidak mau mendahului langkah karena aku masih tidak yakin langkah apa yang akan aku jalani selanjutnya.
Dadanya masih bergoyang goyang kekanan dan kekiri karena dia menyetrika. Aku melihat kearah dadanya sambil melamunkan keindahaan bentuknya. Tanganku masih terasa hangat, teringat bahwa aku tadi pernah menyentuh benda itu dikamar mandi. Keinginan untuk menyentuhnya lagi semakin kuat. Juniorku juga tidak surut dari tegak lurus ngacung.
“Coitus itu ya………….berhubungan sex mas. Kita selalu selesaikan ya seperti itu tadi.” Jawabnya. “Aku punya teman sekolah namanya Fitri. Dia terlalu jauh dalam berhubungan dengan pacarnya.
“Cerita dong Sri………!!” Aku ingin tahu.
“Cowoknya kerja di
“Terus dia cerita sama kamu” tanyaku lebih jauh
“Kita sering cerita satu sama lain, tapi dari pengamatanku Fitri ini yang paling kebablasan. Setiap hari senin lagaknya sangat malas dan maunya tidur. Kalau dia begitu kita sudah yakin kalau hari sabtu malam dan minggu pasti dia habiskan sama pacarnya.”
“Kamu tidak rindu pacarmu Sri……..? tanyaku lagi
“Iya pasti dong Mas……… tapi kalau jauh begini mau diapa?” jelasnya
“Jadi caranya membuat cupang bagaimana Sri?” tanyaku
“Mas mau kalau aku bikin cupang ditubuhnya mas Polie?” tantangnya
“Ya………Cuma dibagian mana Sri. Aku tidak mau orang lihat aku punya cupang” jelasku
“Mas berbaring dikasur sini, pilih sendiri dibagian tubuh mana mas mau aku bikin cupang” dia berkata sambil mencabut kabel setrika.
Aku nurut padanya, dan berbaring dikasur. Kasurku tergeletak di lantai jadi tidak ada bunyi apapun. Dia sibakkan kaosku dan mulai menempelkan bibirnya kedadaku.
“Ahhhhhh jangan disitu Sri…….aku geli” pintaku. Dia menundukkan kepala mau nyosor leher depanku.
“Jangan disitu Sriiii………semua orang akan lihat.” Jelasku sambil mendorong badannya. Tanpa sengaja waktu aku dorong badanya terkena payudaranya. Empuk sekali rasanya. Tapi dia tidak bereaksi atas apa yang terjadi.
“Ngga usah deh Sriiii, aku terasa geli” kataku sambil mau bangun
Tapi tangannya sri menahanku dan langsung bibirnya langsung nyosor dada kananku. Dia hisap kulitku kuat kuat.
“Ahhhhhhhhhhh………….geli Sri” aku memutar badanku berusaha melepaskan dari bibirnya. Tanganku kembali menyenduh payudaranya. Kembali tidak ada reaksi apa apa dari dia. Dia terus menempelku dan terus nyosor. Aku terhisap oleh nikmatnya menyentuh dadanya yang tanpa bra. Lunak sekali empuk dan oooohhhh tiada taranya.
“Sudah ………..sudah……Sri…Ampun dehhhhh geli bikin aku tidak kuat” erangku.
Aku melihat didadaku terbentuk sebuah cupang merah muda.
“Ya, itu cupang pertama. Coba kesini aku bikin satu lagi disebelah
Aku diam saja nurutin maunya. Ketika dia letakkan bibirnya kekulitku kembali rasa geli meliputi dadaku. Karena tidak tahan aku kembali menggeliat dan lenganku menyentuh dadanya. Kenikmatan kembali menjalar yang bermuara dari juniorku. Aku beranikan diri untuk memegang dadanya seolah olah mau mendorong dia. Ya……. Telapak tanganku mendekap dada kirinya. Masih diam saja seolah olah tidak perduli. Aku makin dapat angin. Terus dia bicara………………..
“Udah deh mas pegang yang satunya sekalian, tapi aku harus bikin lagi satu cupang.” Tawarnya kepadaku.
Tidak aku tunda lagi untuk memegang payudaranya yang satu. Aku cengkeram dua duanya sekarang. Sensasi dada empuk menyeruak seperti mengalir keseluruh tubuhku melalui jari jariku. Badannya Sriii agak terangkat dan kulihat bagian perut kebawah masih berbalut sarungku. Nafasku ngos ngosan dan tiba tiba dia lepaskan bibirnya sambil berujar “Ya sudah dapat dua cupang”
“Sekarang gantian aku yang membuat cupang ditubuhmu Sri……? Ideku muncul begitu saja
“Iiiihhhhh tidak deh……….. aku
“Yaaa….. sudah mandi dulu sekalian baru kita lanjutkan” aku bilang kepadanya. Nafsuku sudah dipuncak tapi aku tidak mau memburu segera diselesaikan. Lebih baik tunggu saja sampai dia mau memulainya lagi. Lebih baik bersabar tapi puas.
“Okay deh aku mau mandi dulu” dia berdiri dari lantai dan tanpa dia sadari sarung yang dia pake melorot. Sempat kulihat rambut hitam yang membentuk segi tiga dipangkal pahanya sebelum dia menarik sarungnya kembali dan berjalan ke kamar mandi.
Aku tidak bisa berkata kata lagi melihat kaejadian itu. Aku rindu memegang dadanya lagi.
----------------------------
Sri mandi dan aku terus saja menunggu berbaring di kasur. Aku membayangkan kembali rambut hitamnya dipangkalan paha……………ingin tahun bagaimana bentuknya, lunaknya, empuknya dan tentu saja rasanya daging dibalik rambut hitamnya tadi. Aku juga berpikir apakah boleh dipegang atau tidak. Badannya yang ramping serta pinggulnya yang melekuk terlalu indah untuk dilupakan. “Sriiii………memang kamu mahluk yang indah.” Teriakku dalam hati
Dalam hatiku aku memuji kemolekan tubuhnya, mengingat kehangatan tubuhnya dan mengingat sentuhan sentuhannya. Muaaaaaaaa hhhh indah sekali. Ingat bibirnya ketika menempel didadaku dan ingat dingin bibirnya sesaat menghisap kulit dadaku saat membuat cupang merah. Aku raba dadaku dan kubuka kaosku.
Aku meraba raba cupangannya sambil tersenyum, pelajaran pertama udah aku lalui dan pelajaran kedua sudah aku jalani. Ini mungkin pelajaran ketiga……….membuat cupang. Saat aku meraba cupangan didadaku dan melamunkan tentang dirinya, sebuah ide melintas dipikiranku ………….. lebih baik aku tidak pakai cd saja. Aku berdiri melapas celana longgarku dan melepas cdku dan kulipat kembali serta kukembalikan kedalam lemari bajuku. Aku bercermin dan mengangkat baju kaosku sambil kulihat cupangan lagi. “Warna merah”
“Lihat apa mas…………?” tegurnya saat dia berjalan kearah pintu.
“Cupang yang kamu bikin Sri………… Kamu pintar sekali ya kalau bikin.” Dia memakai kaosku sama yang tadi.
“Loh kenapa kamu tidak pake sarungku Sri? Kenapa pake handuk lagi?” tanyaku ingin tahu………
“Sarungnya basah mas……..jatuh di kamar mandi waktu aku gantung. Tapi udah aku jemur nanti pasti kering.” Jawabnya.
“ Ya sudah ……..kamu pake saja celana pendekku ya………?” Aku ambilkan satu celana pendek terbuat dari kain yang tidak tebal. Celana pendek bermotif batik kesukaanku warna coklat. Biasanya kalau tidur aku suka pakai celana batik karena celana batik katun tersa sejuk dikulit kalau dipakai. Kamarku tidak ada AC nya jadi kalau siang pasti panas kalau semua jendela ditutup. Aku berikan kepadanya dan dia menerima dengan tangan kanannya. Dia angkat sejenak didepan matanya mengukur apakah kebesaran atau kekecilan pinggangnya.
“Waaah ini kebesaran mas……….melorot melulu nih kalau aku pake…….” Komentarnya.
“Kamu jangan banyak berdiri Sri………….supaya tidak melorot” pintaku
Dia pake celana pendeknya didepanku sehingga aku bisa melirik kearah bulu hitam segitiga di pangkal pahanya. Tapi karena dia membelakangiku, aku hanya bisa melihat daging pantatnya. Ingin ku pegang daging empuk yang ada dipantat tapi niat itu aku urungkan. “Saaabaaar sabaaaar…….jangan keburu nafsu karena akan bisa merusak alur nafsunya.” Pikirku
“Sri…………nanti mau makan apa?” tanyaku. Kamu mau keluar tidak beli makanan. Kalau beli makanan kita harus keluar sekarang keburu habis warungnya.
“Mas, kita
“Tidak untuk dimakan sekarang Srii…….Nanti malam kita makan apa?”
“Nanti aku keluar saja …….ya kalau jam 6 sore. Aku bisa cari makanan kaleng deh di toko Fajar. Trus nasi putihnya aku beli diwarung
“Ya sudah…………aku mau minum, tolong ambilkan cangkirku yang besar dibawah, tadi aku lupa membawanya keatas.” Pintaku…….
Srii berjalan keluar kamarku dan kembali kupandang dadanya yang bergantungan bergoyangan kesana kemari. Adikku masih saja terus menengadah keatas dan keras. Aku tak henti melihat goyangannya. “Aku akan memegangnya sekali lagi setelah ini” pikirku.
Aku berbaring dikasurku sambil menunggu minumku. Sesaat kemudian Sri masuk dan membawa minumanku. Dia berikan cangkirku dan aku minum air didalamnya.
Aku letakkan cangkir di meja tulis kamarku dan kembali berbaring.
“Sri………..nanti kamu tidur dikasur saja ………..disini ya sama aku” pintaku
“Mana bisa muat mas kalau untuk berdua?, kasurnya
“Bisalah nanti kita atur, aku tidak banyak goyang kalau tidur” ceritaku “Jadi tidak dibikin cupang dadanya Sriiii” ingatku
“Ya mas………..aku mau.” Jawabnya
“Sini baring disebelahku” aku geser badanku untuk memberi dia space baginya berbaring. “Tuuuuuu…….uuuuh muatkan untuk tidur berdua.” Tambahku
“Mas…….lepas dong baju kaosmu, aku ingin peluk mas telanjang dada” pintanya
Aku lepas baju kaosku dan berbaring di disebelahnya. Dia peluk aku seolah olah sedang rindu pada seseorang aku beranikan diri kecup bibir bawahnya dan dia membalasnya dengan semangat. Terasa dingin bibirnya saat aku lumat, tangan kirinya menarik kaosnya keatas dan menempelkan perutnya ke bagian perutku yang telanjang. Juniorku makin menjadi keras dan menonjol tegak karena aku tidak memakai cd. Tangannya kembali mengelus dadaku naik turun. Aku menggelinjang saat tangannya menggapai tepat dibagian atas juniorku dan dibawah pusarku. Aku sempat melenguh keras “aaaaaaaaah”
Akupun tidak mau diam, tanganku juga aku tempelkan dibagian yang sama diatas mq dan dibawah pusarnya. Broooo emosi nafsu yang timbul luar biasa…………. Bibir kita masih berpagutan dan berusaha menggerayangi tubuh masing masing. Indaaaaaaahhhhh sekali dirasa sulit dijelaskan maknanya karena bukan sebuah gambar nyata. Aku tidak bisa membaca peta nafsunya, tapi dia bisa menuntun aku kearah mana dan bagian tubuh mana yang dia mau aku raba. Setiap kali dia gerakkan tangannya kebagian tubuhku, tanganku tidak tinggal diam kearah
Tangannya bergerak keatas kebagian nippleku dan akupun arahkan tanganku kesana. Rasanya selangit boss kalau mengingat kejadiannya. Dia berhenti dan memandang mataku.
“Kenapa berhenti……….?” Tanyaku ingin tahu
“Mas……….katanya ingin buat cupang di badanku….? Ingatnya
“Iyaaaaa……..sekarang ya…….tapi bagaimana caranya….?” Tanyaku minta ajar
“Mas coba tempelkan bibir mas ke sini” katanya sambil menunjuk kearah perut yang terbuka. “Trus mas sedot seperti yang aku lakukan pada mas tadi. Atauuuu coba sini aku tunjukkan lagi kepada mas” dia akan bangun untuk memberikan praktek.
“Tidak deh, aku saja yang melakukan, kamu kasih aba aba saja ya? Pintaku
Aku basahi bibirku dan mulai menempelkannya ke bagian perutnya. Baru saja nempel “Mas geliiiiiii” sambil menggeliat keras.
“Terus bagian mana yang tidak geli” tanyaku mau tahu
“Sebentar mas……….” Dia bergerak untuk membuka seluruh baju kaosnya.
Aku melongo melihat ini…………didepanku ada mahluk berbuah dada telanjang. Aku tidak bergerak, untuk pertama kalinya dalam hidupku melihat seorang gadis bertelanjang dada. Jantungku tidak karuan degupnya………dag………….. dig ……….dug ………dag…………. Dig………….. dug seeeeeeeeer
Mataku nanar melihat gundukan dua bukit didadanya, kenyalnya daging dada sangat memukau. Hati senang dan gembira, nafsupun semakin membara. Aku tempelkan kembali bibirku keatas permukaan kulitnya, tidak ku hisap tapi aku julurkan lidahku menyapunya. Dia melenguh lirih mengimbangi sapu bibirku. Badannya melengkung keatas seolah memunjukkan bagian tubuh mana aku harus sapu dengan bibirku.
Terlihat jelas bulu bulu halus kecil dibadannya berdiri dan
“Aaaaaahahh…….a.a..aaaahhhhh mas, teruskannnnnn…..oooohhoooohhhh” dia melenguh terus. Kepalanya menggeleng kekiri dan matanya tertutup rapi. Gejolak nafsukupun juga semakin besar respon dari lenguhan mulusnya kulit badannya dan bukit dadanya.
Tangannya menyentuh wajahku dan dia tarik kearah kiri.
“Mas…………..kamu menyiksa aku……….aku mau teteqku di lumat jugaaaa.” Kata katanya adalah sebuah perintah bagiku dan aku laksanaka. Tanpa mengangkat wajahku, aku arahkan lidahku ke dadanya. Menyapu seluruh kulit dibawah teteqnya dan sampai dibagian kaki bukitnya. Berhenti sejenak dan berputar putar disitu…………”oooooh masssss enaaaaaaaaaaakkkkk” Aku menaiki bukit dadanya dengan lidahku dan gerakan tubuhnya semakin liar. Bulu bulu di daerah dada atas semakin tegak. “Oooooooh ooooooooh ooooooooooooh yaaaaaaaa eeeeeessss mmmmasssss……………… dia semakin melenguh keras. Ujung nipple nya ngacung keatas. Aku jilat pelan pelan di ujungnya. Tanpa aku sadari tangannya udah menekan kepalaku. Mulutku yang terbuka menutupi putingnya.
“Hisaaaaaaap mas………….ayooooo cepat hisap” aba aba nya
Kasihan ……….mendengarkan permintaannya aku lakukan hisapan hisapan lembuttttt
“Oooh…………ooohhhhhh massss pintar juga kamu ternyata” dia berbisik lirih.
Positive signs……….aku lanjutkan hisapan hisapan lembut diputingnya.
“maasss enak sekali………..aku tidak tahan massss……….” Tangannya meraba raba tubuhku dengan liar. Seolah ingin mencari sesuatu yang hilang. Aku biarkan saja mau apa dia. Aku terus hisap putingnya dan mendengar erangannya terus menerus sebagai tanda positive di telingaku. Aku pindah keputing satunya dan tanganku menyentuh puting di teteqnya yang lain. Aku elus ujungnya dan lidahku menyapu putting bukit satunyaa. “a…aaaa……aaaaa……..nikmat eeenakakkk masssssssss.
Tiba tiba dia lemas, tidak bersuara dan bergerak. Hanya nafasnya saja yang tersisa………..peluh keringat membasahi tubuhnya.
“Adddddddduhhh mas enak sekali…………., aku sperti melayang dan dihempaskan turun.” Jelasnya kepadaku.
Dia bangun untuk duduk dan aku melihat teteqnya bergoyang, juniorku tersontak sontak. Matanya melihat kecelanaku dan tangannya menjulur kearahnya, dia genggam dan
“Loh mas kenapa tidak pakai cd……?” tanyanya
“Iyaaaaa, aku tidak pernah pakai cd kalau tidur”? kataku
“Sekarang kan lagi jam 4 masa mas mau tidur sekarang?” dia tidak mau kalah
“Kan aku sedang ditempat tidur sekarang sri….?” Aku jawab asal
Aku belum lulus pelajaran ketiga “membuat cupang” pikirku
“Mas……….suka dengan teteqku” tanyanya, tangannya masih menggenggam juniorku. Dia kocok perlahan lahan dan membelai kepalanya.
“Iyaaaa dong” kataku sambil berbaring. “Capek, sri setelah menghisap teteqmu.”
“Oh aku kira sehabis minum susu biasanya segar bugar, tapi kenapa mas kok malah capek” katanya “Itu berarti susunya tidak cocok ya mas” timpalnya
“Tidak begitu Sriii………., aku menghisapnya dalam keadaan duduk dan bengkok badanku jadi aku capek. Coba kalau posisinya sambil berbaring kan enak dan pastinya segar setelah menyusu.”
“Mas buka celananya dong…….. tuh batreinya udah penuh” tangannya menggapai celana pendekku.
Tanpa berkata a b c d aku mengangkat pantatku dan dia membantu melepaskan celanaku. Juniorku berdiri tegak.
“Mas…………..kamu orang kedua yang menyentuh dadaku dan melihatku telanjang, mas jangan pandang aku sebagai cewek murahan ya……..?” pintanya
“Memang dari matamu aku memandang kamu begitu Sri? Jelasku
“Tidak mas…………siapa tahu mas memandang aku begitu” elaknya “Aku senang berduaan sama mas, lupa kalau dikampung aku udah punya pacar” tangannya tetap memegang juniorku.
“Sri………….kocokkan tanganmu enak.” Erangku
“Iya aku tahu…………tuh udah keluar cairannya……….” Berarti sebentar lagi ingusnya juga keluar. “Aku ingin cium kamu mas……..” dia menunduk dan mencium bibirku. Aku tarik badannya untuk menindihku dan teteqnya tergencet diatas dadaku. Pemandangan yang indah melihat teteq yang menempel di dada.
“Tidak sakit.teteqmu Sri….?” Tanyaku sesaat bibirku terlepas
Dia hanya menggelengkan kepalanya dan kembali mencium bibirku. Tanganku memeluk badannya yang hangat dan menggerayangi punggungnya. Aku gerakkan tanganku menuruni pinggangnya sambil tetap berciuman. Ciumannya semakin liar. Nafaskupun mulai tersengal sengal karena nafsu ingin dituntaskan. Tapi aku selalu menunggu apa yang selanjutnya terjadi.
“Sriiiiiiiiii…………….” Ucapku lirih.
Dia tidak menjawab, bibirnya lepas dari bibirku dan wajahnya menuruni kepipiku. Pipiku disapu dengan bibirnya yang basah dan sensasinya “ooooooooohhhhhhhhh luar biasa enaaaakkk” aku mendesis.
Aku raba turun kepantatnya dan aku belai dagingnya dari luar celana batik yang dia pake dan remassssssss karena gemas. Dia menggelinjangkan pantatnya yang menyentuh langsung juniorku.
“Oohhh sri enak sekali kamu gerakkan pantatmu lagiiii” pintaku
“Enak ya mass……”senyumnya “Bagiamana begini ya?” sambil goyangkan lagi pantanya maju.
“Oohhhhhh……..ooohhhhhh” erangku
“Ohhhh begitu ya…………? Enak kalau dibegitukan. Aku tidak mau kasih enak enak deh. Kenapa kedengarannya kesakitan oooooooooooohh begitu mas suaramu?” ledeknya.
Aku masukkan telapak tanganku ke celana pendeknya dan aku sentuh pantanya. Dingin terasa kulitnya.
“Eeeeeeehhhh mas jangan kamu masukkan jarimu ya, aku masih perawan” dia peringatkan.
“Aku tahu Sri……., aku tidak akan berbuat lebih. Kita saling jaga ya?” aku menenangkannya
Aku terus telusuri setiap inci daging pantatnya dengan jari jariku, aku semakin berani berekplorasi menjelajahi. Aku belai belahan pantatnya, dia menggelinjang panas. Pantantnya menggoyang goyang adik juniorku. “oooooohhhhhhh” Tanpa aku sadari aku mengerang keenakan dan pada saat yang sama aku dengar lenguhanya “Sssss…ss..ssss enak mas.”
Aku telusuri lagi bagian depan dan aku menyentuh rambut rambut kaku. “Ini dia” pikirku “rambut hitam yang kulihat tadi”
“Maaasssss, janji ya tidak memasukkan jarimu” pintanya lagi
“Hhheeemmmmm” aku menjawab
“Mas……….raba kulitnya mas bagian situ, jangan pegang rambutnya saja”
“Aku lagi mempelajari Sri sebagian demi sebagian” jawwbku
“tapi aku tidak kuat kalau mas beginikan terus”
“Aku apakan kamu Sriii” tanyaku
Dia goyang terus pantatnya maju mundur putar kanan dan kekiri.
“Ooooooooooooohh erangku” kini giliranku yang keenakan.
Batang penisku udah terasa mau bocor. Rabaan jariku dirambut rambut vaginanya terlepas karena goyangannya.
“Mas…..sss?’ dia goyang makin liar
“Jangan dulu Srii…….aku mau menikmati moment moment seperti ini”
Dia berhenti wajahnya sendu dan kelopak matanya bengkak [pertanda sedang high]. Wajahnya kembali dia dekatkan kewajahku, kecup bibirku dan bibirnya terasa dingin. Dia lepaskan lagi sambil menggoyangkan pantatnya kedepan maju mundur dan putar putar terus. Matanya memandang kearah wajahku melihat expressi yang aku lakukan. Kenikmatan hampir memuncak dan diapun rasanya sudah berada disana puncak juga.
“Mas aku mau ngesex yang sebenarnya………..?” bicaranya lirih
“Huuusss kamu tadi bilang masih perawan kan?”
“Tapi keinginan ini sulit dibendung” protestnya
“Sudah goyang saja terus?” pintaku
“Tapi yang gatal bagian bawah sana mas”
Aku letakkan jari tanganku ke bagian bawah, aku gerayangi setiap struktur dan liku liku lipatan vaginanya. “Aku ingin melihat nya” pikirku
Tanganku menelusuri setiap bagian detail kulit kulit kasar vaginanya. Rasanya empuk dan tidak berdaging. Seolah olah hanya gundukan lemak yang agak keras dan kenyal. Bagian bagian yang aku pegang dan sentuh menimbulkan erangan erangan kecil yang keluar dari mulutnya. Semakin dalam aku telusuri bibir luar vaginanya semakin berkelejotan gerakan badannya. Tanganku masih terhalang oleh celana batik yang dia kenakan sehingga tangan dan jariku sedikit terhalang ruang geraknya. Sedangkan dari gerak pinggulnya menggambarkan keinginan lebih dari yang dia terima saat itu. Aku gerakkan tanganku meninggalkan bibir vagina yang sudah basah kuyup oleh cairan. Celana batiknya yang tipis sudah basah kuyup di bagian selangkangannya. Cairan yang kupegang terasa lengket, ingin aku cium dan jilat ingin tahu bagaimana rasanya dan baunya.
Aku tarik tanganku dua duanya, tapi ada protest sedikit dari mulutnya.
“Jangan dilepas mas, ayo mas………tolong aku selesaikan lagi.” Rengeknya
“Aku lepas celanamu ya…….?
Dia terdiam sesaat, bimbang mau kemana arahnya nanti.
“Iya tapi jangan dimasukkan batreimu ya”
Aku mengangguk tanda menyetujui persyaratan yang dia utarakan. Aku pelorotkan celana batik yang dia pakai, kulit bersih dan mulus menempel hangat di burungku. Penisku mematuk matuk rambut hitam bagaikan rumut hijau nan subur. Pahanya masih merapat ketakutan seolah olah goa ditutupi olah sebongkah batu besar. Penisku terjepit oleh paha empuh nan lunak. Seolah olah ingin membangun sarang disana dan rambut rambut hitam dipangkalan pahanya adalah jerami jerami kering penghangat tubuh batangku.
“Sri, pahamu hangat sekali, aku mau kamu goyang sedikit dong. Trus dibuka sedikit pahamu supaya aku bisa lebih nyaman” pintaku
“Aku takut nanti nyelonong masuk nih” dia khawatir.
“Ya sudah tidak apa apa kalau kamu takut.” Aku jawab sambil jari jariku kembali bekerja menelusuri bagian bawahnya”
“Oohhhh mas” dia melenguh. “Enak sekali rasanya” lanjutnya.
Sedikit demi sedikit jariku melintasi kulit pantatnya dan kembali bermuara dibelahan pantatnya. Aku biarkan disitu dan bergerak meraba raba lebih dalam sedikit demi sedikit. Dia diam menindihku dan menikmati setiap gerakan jari tanganku yang selalu aktive. Tuntutan ingin dipuaskan mengalahkan tekad, dia buka sedikit demi sedikit paha yang terkatub rapat tadi jariku diberi ruang gerak yang lebih. Adikku pun juga bisa bernafas sedikit dengan renggangnya pahanya. Juniorku belum bisa membedakan daging lunaknya. Tanganku kembali bergerilyaa kedalam dari bongkahan pantatnya.
Serangan aku tambah dengan ciuman di telinganya. Da melenguh keras
“Masssssaaaaaaaaaaaaasss…………terus mas, aduh massssssss jangan berhenti, jangan hentikan mas.” Pintanya setengah menangis. Gerakan pinggulnya menjadi jadi. Mengocok batreiku yang semakin tenggelam diantara dua pahanya. Dia angkat badannya sedangkan pantatnya masih menempel dia atas pinggulku. Pinggulnya pun dia putar putar batreiku semakin senyut senut dengan serangan yang dia buat.
“oooohhhhh mas, mas mas oooooohhhh massss ……….?” Mulutnya mendesisss
Aku melihat setiap geliat tubuhnya yang meliuk liuk seperti cacing kepanasan. Indah ya memang indah sekali, ada rasa puas melihat dia bisa membuat diriku diperlukan dan dibutuhkan untuk hal yang exsotis ini. Rekaman kejadian seperti ini sulit hilang dari cpu dikepalaku.
----------------------------
Pahanya dia buka lebar dan mengangkangi bagian batang penisku dan terus dia tindih. Badannya sudah berdiri tegak diatas tubuhku. Aku angkat tanganku dan meraih kedua teteqnya yang ranum. Aku tancapkan jari telunjuk dan jempolku untuk menjepit putting merah muda yang menonjol bak tombol bel. Gerakan semakin liar dan membuat batreiku hampir bocor.
“Sriiii………..kamu rasa enak?” tanyaku pelan
“Uuuh iya mas……….mas enak tidak? Tanyanya lirih kepadaku
“Enak juga…………kamu tahu Sriii, Vaginamu tepat berada diatas batreiku, nanti kalau nyelonong masuk bagaimana?” tanyaku
“Mas…….ini enak sekali. Aku ngga akan masukkan……..kamu ikut jaga aku ya?
Permintaan yang sangat sulit untuk dikabulkan tapi demi sebuah keutuhan mahkota seorang gadis, kata katanya adalah sebuah wejangan bagiku.
Vaginanya sangat basah dan licin, batreikupun udah mengeluarkan cairan bening. Kadang terasa sakit ditindih dan digoyang goyang. Gerakannya makin tak karuan, Klitorisnya dia gesek gesekkan pada kulit tepat di bawah perutku. Sesaat kemudian…………..
“masssssss.s………….ohhhhh massssssssssssss aku keeeeeeennnnnnaaaaaaa” Badannya lemes ambruk diatasku dan menelungkupiku. Pantatnya ketarik keatas dan Kepala batreiku udah berada di depan mulut vaginanya. Entah dia sadar atau sengaja dia tidak mau bergerak memindahkan pantatnya. Perutku terasa basah dan lembab oleh cairan vaginanya. Nafasnya terengah engah dan badannya naik turun seirama nafas yang dia hirup dan keluarkan. Jantungnya berdetak lebih kencang, bertalu talu seperti gendang ditabuh. Tanganku mendekapnya sesuai permintaan yang dia inginkan, rambutnya yang menghalangi wajahnya aku sibakkan sehingga aku bisa melihat wajahnya yang masai. Wajah itu penuh damai dan kepuasan.
Penisku udah minta perhatian tapi aku tidak ingin mengusik keindahan dan kenikmatan yang sedang dia rasakan. Tangan kiriku mengelus seluruh jenjang punggungnya sedangkan tangan kananku masih mendekap kepalanya. Tubuhnya masih menindihku dan tangannya masih mendekapku. Dia bergerak kembali setelah beberapa saat dan memandangku sejenak bibirnya yang lembut kembali menempel dibibirku. Bibirmya masih terasa manis dan tebal. Aku julurkan lidahku menyambut lidahnya yang ia tawarkan diujung bibir bawahku. Aku udah semakin panas dan ingin juga segera tuntas tapi aku tidak ungkapkan kepadanya. Hatiku berdesir desir karena aku merasa pantatnya bergoyang. Batreiku udah menyeruak kedalam helai helai rambutnya yang kaku dan tebal.
Nafasku tersendat menunggu apa yang dia akan lakukan, apakah dia akan mempermainkan aku atau memang dia akan kembali memanjat birahi yang tadi sudah drop. Aku tunggu, goyangannya semakin berani lagi, bongkahan pantatnya aku remas dengan gemas dan kadang kadang aku sentuh bagian belahannya. Dia menggelinjang dan menggosokkan clitorisnya kekulitku lagi. Lenguhannya kembali panjang “aaaaaaaaahh”
Klitorisnya menyenggol kepala batreiku dan akupun cukup kaget karena aku kira masuk kedalam goanya. Aku pegang kembali pantatnya sambil menggoyang nya maju mundur.
“Mas rasanya keinginanku mulai naik lagi, bagaimana ini. Kenapa aku tidak mau berhenti. Rasanya ingin selalu lebi………iiiiiiiih deh” katanyanya
Matanya mulai sembab lagi oleh nafsu yang mulai naik. Aku hentikan tanganku yang menggoyang pantatnya dan berbisik
“Aku belum selesai………….batreiku minta diperhatikan” beritahuku
“Iya deh mas…………aku akan perhatikan sekarang.” Beritahunya kepadaku sambil dia turun dari badanku.
Aku kembali melihat rambut rambut lebatnya sepintas dibelahan kedua pahanya dan menutup kembali. Rasa sesal menjadi muncul sesaat ketika dia harus meninggalkan batreiku karena rasa nikmat ditindih oleh vagina tiba tiba terangkat. Dia
“Batreimu bikin aku gemes mas, tuuuu….uuh lihat dia menantang aku.” Di pegangnya penisku erat erat seolah benda mati.
“Aaaaaaaaaaaaaaa…hhhh jangan kau tarik begitu”!!? ini ada nyawanya
“Sorryy ……….mas aku gemas melihatnya. Tadi katanya batreinya minta perhatian.” Dia merajuk sambil memegang batang batreiku.
“Iyaaaa memang minta diperhatikan…………., tapi jangan ditarik dan diremas” jawabku sekenanya.
Sri duduk disampingku dengan paha terlipat, segitiga hitam yang ada di ujung pahanya tertutupi, padahal aku ingin sekali melihat gundukan empuk berlemak yang memmbentuk barang magis itu. Tangannya sudah mulai lagi menggoyang goyang batreiku dan teteqnya berayun ayun seirama goyangan tangannya.
Tiba tiba Sri menunduk kearah perutku yang tidak berproteksi dan menjulurkan lidahnya ke arah pusarku. Dia sapu melingkari seluruh permukaan kulit disekitarnya”
“Aaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhh” teriakku ke enakan. “Aduuh Sriiiiii luar biasa enaknya. Kamu apakan itu disana, kok terasa enak sekali.”
Lidahnya menjulur lagi kebawah dan menukik diatas daerah batreiku. Otot batreiku kembali mengencang tidak karuan. Kepalaku bergerak liar tidak karuan. Aku ingin menikmati sepenuhnya pelayanan darinya. Tapi aku tidak ingin mengumbar nafsuku saja, otakku juga bekerja “oooooh daerah situ kalau di jilat begini rasanya, membuat orang semakin gila”
Tanganku meraih rambutnya dan mendorong kepalanya ke arah batreiku dan dia menuruti keinginannku. Dia menuruni kulit kulit daerah selangkanganku dan rasa nikmat, geli dan rasa lainnya yang selama 19 tahun umurku baru sekarang aku rasakan.
“Aaaaaaaaaaaaa…………..aaahhh……Srrrrrriiiiiiii enak sekali” aku terjingkat. Bibirnya yang lunak dan basah menghisap dan mengecup kepala penisku.
“Masukkan kemulutmu Srrrriiiiiii…………masukkan kemulutmu cepat” aku mendesaknya
Dengan ragu ragu dia mulai memasukkannya kedalam rongga mulutnya. Kepala batreiku yang sudah bengkak semakin membara suhunya.
“aaaaaaaaahhhhhhhhh enak sekali……….jangan berhenti……….ayo tanganmu juga kocok kocok keatas dan bawah.
“Tangannya mulai bergerak sesuai intstruksi yang aku berikan…………..naik turun kocok coccocooooccok”
Tiba tiba dia berhenti dan menanyakan” Mas eaaaannnaaak ya………? Cairan disini kok rasanya aneh ya mas…….? Aku kira tadi seperti kencing dan baunya kok bikin aku merasa terangsang lagi. Rasanya asin dan ………. Apa ya? Tanyanya
“Kamu ngga suka rasanya………….? Tanyaku minta konfirmasi
“Aku suka mas………..” jawabnya tegas.
“Lanjutkan dong Sriiii…….? Pintaku memelas
Dia kembali ngerjain batreiku yang sudah tegang dari tadi. Bibirnya mengecup kepala batreiku dan menggeliatkan bagian batangnya dengan lembut. Aku merasakan tekanan tekanan dari dalam bola telur batreiku. Tekanan tekanan itu naik………. turun naik…………. turun dan seterusnya. Ingin keluar cairan yang membuat orang kenikmatan tapi aku tidak mau begitu cepat karena perasaan menyesal karena harus meninggalkan kontak tangan dengannya. Tapi kekuatan itu begitu menggebu dan berkumpul disatu sisi bawah sana yang menyatu seirama dengan kocokan dan elusan lembut bibirnya. “Oooooooooo sri……..iiissssrrrrrrririiiii desisku ayo teruskan kocokanmu bibirmu jangan berhenti dan oooooohhhh ya “ suaraku tidak terbendung keluar keras.
Dia lepaskan balutan tangannya dari batangku dan dia turunkan jalan arah tangannya ke bola. “Auh mas disini sejuk sekali rasanya” kenapa bisa ya dia lepaskan kepala batreiku sejenak. Mulutnya dia sumbat lagi dengan batreiku dan dia hisap kuat kuat bagian kepalanya
“Srrrrrrrrrrrriiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii…………….iiiiii iiiiiiiiiiiiii aku mau keluar oooohhhhhhhhhhh” dan berakhirlah pertahananku bobol aliran deras bak air bah yang kuat keluar dari batang pipa ledeng batreiku. Spermanya meleleh keluar dan menyemprot masuk kedalam mulutnya. Dia tenang saja seolah olah menikmati apa yang baru saja keluar itu. “Sorry sriiiiii aku seharusnya memberitahu kamu” maafku
-----------------------------------------------
“Srrrrrrrrrrrriiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii…………….iiiiii iiiiiiiiiiiiii aku mau keluar oooohhhhhhhhhhh” dan berakhirlah pertahananku bobol aliran deras bak air bah yang kuat keluar dari batang pipa ledeng batreiku. Spermanya meleleh keluar dan menyemprot masuk kedalam mulutnya. Dia tenang saja seolah olah menikmati apa yang baru saja keluar itu. “Sorry sriiiiii aku seharusnya memberitahu kamu” maafku
Sri masih sibuk dengan benda didalam mulutnya yang baru saja dia terima. Dia kelihatan tidak begitu jijik dengan apa yang ada didalamnya. Lidahnya dia julurkan dan gerak gerakkan seolah olah dia sedang mengunyah sesuatu. Aku sendiri tergelepar menikmati sisa sisa perjuangan dalam mempertahankan cairan yang sedang ada didalam mulutnya Sri.
Akhirnya dia telan juga Spermaku “Glek………glek” dan lehernya bergerak gerak.
“Rasanya asin,………..mas? ungkapnya dengan polos
“Kenapa kamu telan Sri……? Tanyaku ingin tahu
“Temanku Fitri pernah cerita kalau dia selalu telan sperma pacarnya bila sedang begituan. Makanya aku mencoba menelan spermamu mas, ingin tahu rasanya bagaimana. Tapi kenapa bau spermamu begitu kuat ya mas?” katanya ingin tahu
“Aku tidak tahu Sri……..? Memangnya kenapa? Kamu tidak suka ya?” Kataku
“Suka mas, rasanya juga enak ya………..? Asin asin begitu. Seperti air Tajin beras yang hangat dan kental dibumbui garam.” Lain kali aku tidak akan menyia nyiakan terbuang. Mubazir” katanya menjelaskan.
“Sri………..kamu tidak jijik ya? Tanyaku
“Ngga mas………” jawabnya dengan tegas
“Aku mau melihat itumu Sri…………” kataku sambil menunjuk Vaginanya yang terhimpit dua pahanya yang sekal. Paha yang hampir tidak mempunya cacat dan bentuk yang indah panjang berdaging bersatu dalam sebuah liang Vagina yang tertutupi.
“Jangan mas……….Mas boleh meraba dan memegangnya tapi aku tidak mau mas melihat bagian itu.” Katanya
“Kenapa Sri…….” Tanyaku minta penjelasan.
“Karena itu adalah batasannya Mas, supaya mas tidak terlalu terobsesi untuk mencobanya” katanya
“Justru kalau kamu beri batasan akan menjadi sebuah obsesi Sri. Boleh aku pegang sekali lagi?” Pintaku kepadanya dengan memelas
“Memangnya kenapa sih mas kok ingin melihatnya? Aku sendiri yang punya belum pernah melihat” katanya
“Aku juga ingin menjilati Vaginamu Sriiii” Jelasku kepadanya. “Kamu tadi udah servise aku sekarang giliranku untuk menciumi lobangmu itu.” Rasanya enak sekali Sri waktu kamu menjilati bagian ituku. Rasanya selangit, aku mau juga kamu merasakan yang sama saat aku menikmati sentuhan bibirmu di Batreiku.” Bujukku
“Memang tadi enak ya mas?” tanyanya ingin tahu
“Iya Srii…..enak sekali” Tiada taranya dan bandingnya
“Mungkin masih ada bandingannya mas” sergahnya “Ini mungkin lebih enak mas” Sambil nunjuk kebagian selangkangannya yang hanya kelihatan rambut rambutnya.
Aku edarkan mataku kesana dan dia segera menutupi bagian magisnya itu dari tatapan tajam mataku dengan bantal kepalau.
“Aku mau menyentuhnya lagi Sri……….boleh?” Nanti saja mas ya. Aku lapar nih
Hari sudah mulai larut, jam sudah menunjukkan hampir jam 6 sore. Aku tarik dia untuk berbaring di sebelahku. Kepalanya tepat berada disampingku karena tinggi kita tidak jauh terpaut. Dia memandangku dengan tenang dan seolah olah sedang menilai isi hatiku. Tangannya memelukku dan turun kearah batreiku yang masih telanjang. Dia genggam lembut dan perasaan tenang menyelimuti batang dan kepala penisku. {Aku rasa perasaan sama akan muncul begitu pada setiap lelaki yang burungnya digenggam oleh kekasihnya, Mohon konfirmasi para pembaca untuk memberikan komentar atas pernyataan ku}
Kaki kananya dia angkat dan menindih kakiku seolah olah kakiku adalah guling. Aku taruh satu tanganku dibawah kepalanya sebagai alas kepala.
“Mas………………?katanya lirih “Boleh aku tanya sesuatu sama kamu”
Aku menoleh dan melihat kedalam matanya ingin mengetahui kira kira pertanyaan apa yang akan dia akan sampaikan” Dadaku juga bergetar apakah dia akan meminta tanggung jawab atas apa yang baru saja kita lakukan dan alami.
“Boleh saja Sriiii………….” Kataku ingin segera tahu pertanyaannya. “Memang, ada sesuatu yang mengganjal?”
“Iya mas…………kalau aku sedang bersama mas, rasanya damai. Keingat sama yang di desa” Jelasnya kepadaku
Sorry bro.............aku ingin sekali menulis panjang tetapi keadaan dan waktu yang menghalangi. Kerjaan juga membutuhkan perhatian dan klien serta staff juga perlu waktu. Jadi mesti sabar ya. Kadang harus curi waktu untuk ke Warnet, pake komputer kantor tidak memungkinkan hehehehhehe
----------------------------------------------
Para pembaca semua ............fr ini bersambungan terus dan bagi yang pernah membaca dan terputus disarankan untuk membaca dari potongan cerita sebelumnya karena bila tidak maka akan terasa tidak lengkap. Perlu dihayati sehingga akan terasa bagaimana cerita ini berinti. Komentar anda sangat dihargai............. bagi yang belum berkomentar jangan sungkan sungkan. Bagi yang tidak suka boleh saja mengkritik tapi jangan melemahkan birahi.
“Keingat bagaimana maksudmu Sri……..?” tanyaku lebih jelas.
“Mas …………aku sudah punya pacar di desa, jadi kadang aku teringat dengannya dan rindu. Untung aku kerja sama mas Polie….? Kalau sama orang lain mungkin aku dikerjai” katanya tulus.
“Ohhhhh…………..” aku tidak pernah merasa cemburu atau sakit hati bila dia berbicara tentang pacarnya.
“Mas………..pernah ngga merasa diduakan atau merasakan di jadikan saluran birahiku” tanyanya ingin tahu.
“Tidak pernah sri………….aku merasa kamu ajarin tentang semua ini, aku suka dengan apa yang aku lalui sehingga aku merasa bahwa suatu saat kita tidak bisa bersama adalah hal yang harus kita hadapi” jawabku
“Jangan bicara dulu begitu deh mas…………..kok kedengarannya sedih sekali” katanya
“Iiiihhh tidak sedih …………..aku senang bisa bersama kamu malam ini, kamu tidur disampingku dan aku sangat ingin menikmati pelukan seorang wanita.” Kataku. Aku bergeser sedikit mencari ruang dan memutar badanku untuk menghadap padanya. Buah dadanya tidak tertutupi dan menantang di depan mataku. Aku tengok dan ku raih bagian kirinya serta mengatakan kepadanya. “Boleh aku cium Sriii…”
Dia menggoyangkan kepalanya tanda ijin dan menyorongkan buah dadanya kearah mulutku. Aku angkat badanku untuk bergeser kebawah sampai wajahku berada di depan bangunan bukit indahnya.
Aku sapu gundukan bukit yang membusung dari pangkal bawah. Dia tersenyum dan sempat berujar.
“Aku belum menikah kenapa aku sudah menyusui bayi seperti ini” candanya kepadaku. Aku tidak membalas ucapan candanya. Tangannya membelai wajahku dan bergerak kearah rambutku yang berserakan. Aku merasakan kasih sayangnya dengan setiap belaian tangan yang dia usapkan padaku. Memang aku seperti bayi yang sedang menyusu ibunya……….
“Aaaaaahhhhh mas…………” erangnya saat aku mengulum putting susunya.
Aku lanjutkan mengulum putingnya yang kecil dan terus menggerakkan lidah dan bibirku untuk menyedot ujung buah dadanya. Tangan kananku menempel dadanya untuk menekan dekat hidungku karena aku tidak bisa bernafas dengan posisi seperti itu. Tangan kiriku berada dibawah tubuhnya. Batreiku sudah mulai lagi bergerak gerak sedangkan kaki kirinya masih menumpang di kedua kakiku.
“Oooooooo masss………….enak sekali mas. Jangan dilepas dulu ya mas……….” Terus mas…………ya di seebbeelah situ sensitive sekali mass……, ohhhhhh enak.
“cuup cuppp………..” bibirnya yang basah mengecup dahiku dengan mesra. Dia peluk kepalaku dan dia dorong kearah dadanya yang masih aku nikmati. Aku diselimuti kehangantan dada indahnya dan belaian serta pelukan kasih.
“Mas…………….., aku lapar” bisiknya. “Bisa kita cari makan dulu” Nanti kita lanjutkan lagi sedot susunya” pintanya.
Aku mengiyakan tetapi tidak lepas putingnya dari mulutku, tubuh kita masih sama sama polos dan tak berbaju. Aku bergerak akan melepas teteqnya ketika dia tarik aku untuk menindihnya.
“Gantian kamu mas yang diatas……………” katanya “Aku mau tahu rasanya kalau ditindih” jelasnya lagi.
Aku memposisikan wajahku tepat di wajahnya dan mulai mencium bibirnya. Aku lumat dan julurkan lidahku kedalam rongga mulutnya. Lidahnya melawan gerakan lidahku yang bergerak liar. Pertarungan lidah dengan lidah tak terelakkan dan percikan percikan birahi mulai menyala. Kedua sikuku tertekuk menahan tubuhku, kulit telanjang kami berjibaku bergesekan dan tubuhku menindih tubuhnya. Batreiku melesak kedalam jepitan pahanya. “Nyaaaaaaaaaaammmmmmaaaannnn……..terasa” pikirku.
Aku berhenti “Kita makan dulu saja Sri……aku juga sudah lapar” kataku
“Jangan sekarang mas…………nanggung nih……” dia bicara lagi dengan suara parau karena nafsu.
Dia buka sedikit pahanya dan batreiku terasa masuk kedalam bagian tengah rimbunnya helai helai rambut yang lebat. Gesekan diantara dua pahanya membuat batreiku semakin tagang. Kenyalmya daging paha menghangatkan batreiku yang kuat dan gagah.
Kenyataan bahwa batreiku juga udah mulai panas dia ungkapkan melalui kata katanya. “Batreimu hangat sekali ma……..aaaaasss, terasa sekali rasanya di pahaku, mas bisa goyang pantatmu sedikit mas” pintanya kepadaku. “Tapi jangan keras keras ya……..” tambahnya lagi.
Aku goyang naik pantatku seolah olah mencabut pedang dari sarangnya, kemudian aku turunkan kembali pelan pelan. Gesekan dengan kulit pahanya, rambut dan kandas dibagian atas Vaginanya yang empuk. Matanya terbelalak dan expresi wajahnya sangat jelas menikmati gesekan dan hujaman penisku.
“Bisa kamu buka sedikit pahamu Sriii…………., batreiku tidak bisa bergerak” pintaku. “Kamu menjepitnya terlalu keras nih” jelasku
“Ooohhhhh mas jangan lepas dulu…………….disitu dulu taruh batreimu mas. Gooooooyang sedikit demi sedikit mas……………” rengeknya penuh permintaan seoalh olah dia menahan sesuatu yang menyiksa.
Aku goyang seperti permintaanya perlahan lahan, dan menusuk nusuk kearah yang membuatnya keenakan.
“Iyaaaaa………mas yaaaaa. Benarrrrrrrr ooooooooohhhhh” erangnya
“Penisku tidak masuk toh sri……………?’ tanyaku sambil menggoyang pantatku.
“Tdak massssssss…….oooooooooooohhhhhhh masssss terus” Dia gerakkan kepalanya. “Aduhhhhhhh massssssssss rasanyaaaaaaaaaa selangiiiiiiiiiiiiitttt ………jangan berhenti dulu………….ohhhhhhhhhhhhh yaaaaaaa sssiiiiiiituuuuuuuuuuuu pleaseeeeeeeeeeeeee” Kepalanya menggeleng geleng “…………….aduhhhhhhhhhhhhh masssssssssss aku nggga aaaaaaa taaaaaaaaaahaaaaaannn dehh.”
“Buka lagi sedikit pahamu Sriiiiii………..Betreiku sakit rasanya karena kulitnya terjepit pahamu terlalu kuat.” Alasanku kepadanya.
“Iya…………tapi jangan sampe masuk ya masss.? Pintanya lagi.
“Aku janji Sriiiiii…………….” Nafsuku sudah berada diubun ubun san akupun ingin tuntaskan juga birahi yang terus meningkat.
Aku gerakkan kembali pantatku naik turun dan tusuk pada bagian yang dia kehendaki dan membuatnya selalu tersengal sengal. Bateriku juga terasa penuh lagi ingin segera keluar bocor. Pahanya sudah mulai basah dan licin oleh cairan yang kita keluarkan dari alat vital masing masing. Aku merasa semakin kuat dorongan untuk menusuk dan tiba tiba dia berteriak “Maaaaaaaaaa…aaaaaaaaaaaas Ooooohhhh massssss……….ssssssssss pahanya mulai menjepit keras kencang Batreiku………….seolah dicengkeram suatuuuuu benda yang lunak dan licin sehingga tekanan Penisku meluncur bersamaan dengan gerakan dan goyangan pantatku yang terus maju mundur.
“Addddddddddduhhh massss…….teruskannnn tekan disitu yaaaaaa. Oooooooooooohhhhhhhhhhhh.” Suaranya terus menggema dan tidak karuan. Kini pantatnya juga bergoyang goyang entah mau mengimbangi gerakanku atau dia juga merasa nikmat dengan sepak terjang pantatnya. Kontolku seperti di kocok kocok dengan lembut.
“Srrrrrrriiiiiiiiiiiiiiii …… batreiku hampir bocor. Goyang terus pantatmu……..jangaaaan berhenti dong …………terusssss” kocokan pahanya dan goyangan pantatnya beirama dan menghasilkan pijatan pijatan lembut dipenisku. Mengantarku kesebuah perjalanan yang segera berakhir dan tak lama kemudian aku merasakan letupan letupan nikmat yang aku sadari bahwa aku merasakan sebuah orgasme yang panjang. Kontraksi kontraksi otot pinggul dan pantatku menyatu dengan denyutan denyutan yang terasa di otot oto batreiku.
“Oooooooooooohhhhhhhhhhhhhhhhh……………..”erangku . Aku ambruk menelungkupi tubuh telanjangnya yang tergolek lemas. Matanya masih tertutup rapat aku baringkan wajahku didalam dadanya yang sedang bergemuruh dan jantungnya berdetak detak seperi di pacu. Tulang pinggulnya terasa sekali menonjol dan mengganjal di tulang pinggangku. Aku menuruni tubuhnya dan memeluknya dengan lemas………………….
Kupeluk dia dari belakang sambil melingkarkan tanganku kedadanya. Payudaranya yang lunak tersentuh sejenak tapi tidak ada rasa dan reaksi lagi. Perjalanan hari ini berakhir dengan sebuah makan malam dengan menu indomie soto warna hijau yang dia masak. Walaupun hanya indomie tapi kalau hati senang, makanan terasa nyaman.
“Lak iye dik……………” kata orang madura.
------------------------
Malam itu kita tidur sekitar jam sembilan malam karena kita perlu istirahat untuk kembali kerja besok. Badan sangat lelah setelah seharian melakukan aktifitas diluar kerutinan. Pengalaman baru dan kepuasan batin meredakan ketegangan ketegangan otot dan membawa ketempat tidur. Pulas sekali rasanya karena keadaan tubuh memang menginginkan istirahat.
“Mas……..bangun mas jam 5.30 belum mandi lagi. Takut nanti kalau Mas Jaya datang mengecek bagaimana?” katanya.
“Iya……….okay aku bangun” jawabku masih malas
“Nanti kalau Mas Jaya tanya aku tidur dimana semalam, aku harus jawab apa mas? Tanyanya ingin tahu
“Mmmm…….mmmmm iya ..ya.. Anu ………Sri kamu bilang saja kalau kamu tidur dikamar sebelah saja pake tikar.” Jawabku menyarankan
“Baiklah…………mas mandi dulu saja ya… saya buatkan the.” Dia bilang
Tidak ada pembicaraan pagi itu mengenai kejadian semalam. Toko buka seperti biasa jam 6 pagi. Mas Jaya datang kira kira jam 8.15 mengirim beberapa barang baru.
“Polie, ………….barang barangmu yang kurang apa, kamu catat” tanyanya
“Iya Mas………kapan kita pergi ke Makro.” Tanyaku balik
“Aku tidak jadi ngajak kamu, aku sudah pergi sendiri sama iparmu”
“Berapa lama Sri………..tidur disini mas?” tanyaku ingin tahu. “Kasihan dia tidur ditikar tadi malam” lanjutku
“Tidak tahu mungkin semingguan sampe mertuaku datang”
“Kok mbak Aling tidak ikut mas” tanyaku
“Toko sibuk, mana bisa ditinggal, nanti aku bawakan kasur kesini. Kasurmu kamu berikan Sri………..aku belikan kasur baru buat kamu” jawabnya “Mana Sri……….?” Tanyanya ingin tahu
“Dia lagi cari nasi bungkus” kataku
“Cepat atur barang barangmu, kamu taruh di rak atas sebelah kiri kapas kapas ini” katanya sambil menunjuk kapas yang dibungkus plastik. “Ini daftar harganya……..”
Mas Jaya pulang dan aku segera meringkasi semua barang.
Ketika sedang mengatur barang Sri datang dan membawa nasi pecel bungkusan.
“Mas Jaya datang ya mas………aku tadi ketemu di jalan.” Katanya. Tanya apa mas………….? Tanyanya kepadaku
“Tanya berapa kali aku menidurimu semalam” godaku
“Huh ……….masa tanya begitu” dia cubit lenganku sambil ketawa. “Trus…….mas jawab apa?”
“Aku jawab saja, kalau kamu tidak mau ditiduri” jawabku
“Iiiiiiii……iiiiih jahatnya, mestinya mas bilang kalau aku udah pasrah tapi burungnya mas ngga mampu” di berkelakar
“Aaaaaaaahhhhh apa kamu bilang!!!!? Aku tunjukkan deh nanti malam” jelasku kepadanya. Aku pegang pinggangnya untuk menggelitiknya tapi dia lepas dan lari kebelakang lemari penyekat.
Aku kejar dia kebelakang dan kutarik pinggangnya yang kecil. Aku cium bibirnya, ada keberanian untuk memulai menciumnya. Aku kaget atas keberanianku ini, kenapa sebuas ini aku hanya dalam hitungan semalam. Sri menerima ciuman bibirku dengan panas juga. Dia biarkan aku menelusuri setiap jengkal sudut bibirnya, “aaaaahhhhhh mas, buasnya kamu pagi ini” bisiknya diantara kesibukan ciuman kamu.
Aku telusuri pipinya dengan jariku dan belai rambutnya dengan tangan lainnya. Aku lepas ciumanku dan ku geser bibirku kearah telinganya. Sri mengaduh keenakan ketika jilatan lidahku melekat di daun telinganya. “Oooooooohhhh mas enak sekali, mana bisa aku tahan memakai bajuku kalau setiap saat kita bercumbu seperti ini?” erangnya
Ciumanku berjalan kesana kesini disela dengan kecupan kecupan kecil dibelakang daun telinganya. Cumbuanku dirasa sangat panas terlihat dari erangan dan goyangan pantatnya. Aku seperti terpacu dengan keadaan dan rasa ingin memuaskannya. Tanganku menempel didada kirinya dengan leluasa, setelah aku bergeser kebelakangnya. Aku sibakkan rambutnya dan kujilat leher belakangnya. “Maaaaaaaassss…….aaasss erangnya” terdengar kembali. Aku bertambah semangat, batreiku sudah mengeras. Tanganku yang kanan turun keperutnya sambil meraba raba bagian atas vaginanya. Reaksinya adalah pantatnya mendorong kebatreiku, “Sri………..kita lanjutkan nanti ya, kita makan dulu yuk. Banyak barang masuk dan perlu segera dibenahi” kataku menyadarkannya.
“Oohhhh mas…………sayang sekali kalau tidak tuntas, tapi mau di apa kalau kerjaan sedang menunggu……. Ayo kita tuntaskan dulu kerjaan.” Dia sadar.
“Ambilkan sendok dulu sana kita makan berdua” balasku
Sri berjalan keatas untuk mengambil sendok dan garpu. Aku bercermin sejenak untuk mematut diriku. Bagian bawah mataku terasa menggelembung karena birahi dan mataku kelihatan sayu. Sri turun dan membawa dua senduk dan gelasku, kita makan sama sama di bagian depan toko sambil sesekali melayani pembeli.
Kita lanjutkan membenahi barang barang yang datang dan mengaturnya ke rak rak. Terakhir adalah menaikkan kapas kapas kecantikan yang dibungkus plastik perlusinan. Aku harus naik turun tangga untuk mengaturnya.
“Mas………coba kamu lempar plastik kapas itu keatas bisa tidak?” Katanya
“Mana bisa Sri………kapas kan ringan” jawabku
“Coba dulu dong mas……, kalau bisa aku gigit batreimu lagi kayak semalam” tantangnya.
“ Kalau ngga bisa ada hukumannya tidak” tanyaku
“Yaa… pasti adalah” jawabnya dengan senyum nakal
“Apa dong hukumannya……..? tanyaku
“Apa ya………..bagaimana kalau Mas Polie gagal, mas harus cuci sendok ini” jelasnya
“Tapi kamu kasih aku berapa kali kesempatan Sri………?” tanyaku ingin tahu
“Mmmmmmmmmm…mmmmm bagaimana kalau tiga kali mas?......cukup?” tantangnya
“Bagaimana kalau kamu yang lempar saja Sri……? Aku kasih kamu empat kali kesempatan” pancingku kepadanya
“Yang punya ide kan aku mas, …………? Sudahlah………… mas laksanakan!!” Katanya lagi
“Bagaimana kalau gantian?” kataku tidak mau kalah
“Apa maksudnya………? Tanyanya
“Setelah aku lemparkan tiga kali kalau aku gagal maka gantian kamu yang lempar” kataku
“Terus hukumanku apa kalau aku tidak bisa” tanyanya
“Bagiamana kalau kamu mandikan aku kalau kamu gagal” kataku dengan senyum nakal
“Haaa………aahhh mandikan kamu mas……??? Hehehehe boleh juga” katanya
Aku lempar keatas dan lemparanku tidak membuat plastik berisi kapas selusin itu hinggap di rak paling atas. Aku terus berusaha dengan lemparan kedua, lemparan kedua jauh dari rak paling atas”
“Siap siap cuci piring ya mas………..? gertaknya
“Lebih suka kalau kamu yang mandikan aku Sri………..? kataku lirih. Aku mengambil bantalan stempel dan aku sobek plastik besarnya, aku masukkan bantalan stempelnya kedalam plastik besarnya sebagai memberat. Dia melihatnya tanpa ada komentar.
“Waaah waaahhh mati aku, ternyata Mas Polie tidak mudah menyerah ya” komentarnya
“Demi sesuatu yang nikmat Sri…………aku harus memutar otakku heheheh” kataku kepadanya.
Aku lempar lagi keatas dan Huu………..uup, plastik yang berisi kapas selusin itu mendarat di rak paling atas. Senangnya hatiku melihat kapas itu tidak jatuh………….aku lompat lompat tak karuan senang. “Kapan nih batreiku di kupas?” tanyaku
Sri berjalan kearah belakang lemari dan berbalik memandangku, dia tersenyum dan melambaikan tangannya kepadaku. Jari telunjuknya diarahkan kepadaku dan dia goyangkan maju mundur seolah olah seorang boss memanggil sekertarisnya. Aku maju mendekat dan kembali memeluk dia. Aku pegang wajahnya yang polos dan menjulurkan bibirku kearah bibirnya. Dia buka bibirnya dan membelot lidahku yang terjulur. Aku tidak mau berlama lama perang bibir dan aku lepaskan bibirku dan gerakkan kepalaku untuk mengexplore bagian telinganya lagi. Tanganku meraih gundukan dadanya yang empuk. Suara lenguhan terdengar dari mulut kecilnya. Aku gesek terus bagian dadanya dan kuhujani kupingnya dan bagian belakang daun telinganya dengan kecupan kecupan lembut yang membuatnya tambah meradang……
”Ooooooohhh massss……….mana kuat aku menahan ini” erangnya sambil tangannya bergerak kearah batreiku tersimpan. Aku biarkan tangannya menggenggamnya dari luar celana. Dia gosok naik turun dengan tangannya yang lembut.
“Srrrrrrriiiiiiiiii enak sekali” aku bisikkan kelobang telinganya. Badannya menggelinjang saat dia merasakan nafasku mengenai telinganya. Mulutnya terbuka lebar kearah atas dan wajahnya menengadah seolah olah menunggu untuk dipagut. Aku biarkan dengan keadaannya.
“Mas celana dalamku sudah basah lagi, bagaimana aku belum ambil baju gantiku di rumahnya Mas Jaya.” Katanya disela sela nafasnya yang menggebu.
“Kamu lepas saja celanamu Sri……. Kamu simpan dilemari situ supaya kamu bisa pake lagi kalau kamu pergi kerumah Mas Jaya ambil baju gantimu.” Aku sarankan. Dia berhenti sejenak dan mengangkat roknya yang panjang sambil menarik celana dalamnya turun. Aku melihat sejenak kepahanya dan meraba sedikit. Aku berjongkok untuk menciumnnya namun tanganku ditariknya.
“Mas mau apa………??” tanyanya ingin tahu
“Aku mau cium vaginamu Sri………..” jelasku
“Jangan mas…………, aku ngga mau. Aku kemaren sudah beritahu mas kalau aku ngga mau mas melihat memeqku.” Katanya
Aku turuti saja permintaannya dan berdiri lagi. Dia membelakangiku dan aku sentuh dia dari belakang. Aku cium leher belakangnya dan meremas bukit dadanya. Tangannya dia arahkan kebelakng memegang batreiku erat erat dan meremasnya.
“Sriii kamu apakan itu……….sakit tahu!!!??? Tegasku
“Aku gemas mas,……….rasanya tidak ada yang ngalahin enakkya kalau udah pegang. Ini buat aku saja ya mas” pintanya
“Iya………untuk siapa lagi kalau bukan buat kamu” kataku
“Siapa tahu mas juga nidurin Rosminah………..” katanya dengan nada cemburu
{Rosminah adalah pagawai Mas Jaya juga yang berasal dari Blitar. Ada cerita tersendiri dengan Rosminah ini. Semoga masih bisa nulis tentang dia setelah dengan Sri}
“Aaaaaaah…aaah aku udah jelaskan kepadamu kalau kamu adalah yang pertama” kataku
“Mas masukkan tanganmu ke bawah rokku” pintanya
Aku turuti maunya dan aku menggerayangi bibir tebalnya yang dibawah. Aku teliti dari ujung tepi atas ke bawah didekat perbatasan anusnya. Aku sisir helai demi helai semua rambutnya dengan ujung jariku. Hingga aku menemukan tombol nikmatnya yang tergolek dibawah lipatan ujung bibirnya.
“Oooooooooooohhhhhhhhhhh mas ya disitu sumbernya” erangnya. Aku rasakan bibirnya yang sudah basah lengket. Jari jariku bertambah licin dengan pelumas yang aku pegang dipinggir bibir tebalnya. Aku geserkan posisiku sehingga aku dan dia menghadap cermin bekas salon Sao saoku. Aku melihat tanganku bergoyang goyang dan dia menikmati gesekan gesekan di clitorisnya”
Maasssss…….asss aku mau terus begini, jangan dilepas ya jarimu. Seeeeeddikiitt lagi mas oooooogggg hhh yaaaaaaaa mas disitu. Dia berhenti dan berbalik menghadap kearahku. Dia pelorotkan celana pendek yang aku pakai dan raih batang batreiku yang berdiri gagah. Aku tidak tahu apa yang selanjutnya mau dia lakukan. Aku dia saja menunnggu. Mas aku mau tempelkan kepala batreimu ke tombolku sini. Dia angkat kembali rok panjangnya dan dia tempelkan palkonku kememeqnya. Dia angkat satu kakinya dan taruh ditaruh di kerdus barang. Dia gesek gesekkan palkonku ke memeqnya yang basah. Kenikmatan menjalari seluruh tubuhku yang bermuara di kepala batreiku.
“Uuuuuhhhhh mas hangatnya baterimu mas. Aku ingin ini bisa masuk kesini……. Mas, tapi jangan ya mas. Dia jepit batreiku dengan jari jarinya dibagian bawah dan memeqnya menjepitnya dari bagian atas.
Aku maju mundurkan palkonku sepaya gesekan semakin terasa. Gesekan gesekan kecil maju mundur mematik gairah yang semakin besar.
“Maassa.. aduh terus terus” memeqnya semakin basah dan licin. Dia goyang terus tangannya menggosok gosokkan palkonku ke memeqnya. “Aku juga enak Sriiii…….!! Erangku. Dia megap megap dan erangnya makin menjadi
Oooooohhh ohhoohhooohh” aku bekap mulutnya dengan tanganku.
Lemas dia rasakan setelah dia sampai, dia peluk badanku erat erat sedangkan palkonku dia tinggal diantara kedua pahanya.
“Ayo Sriii lanjutkan permainanmu” pintaku. Kita ditoko loh ini……..” terusku
Dia jongkok dan memandangku. Dia pegang dan kecup kepalanya sebelum dia masukkan kedalam rongga mulutnya. Tiba tiba dia gigit kepala palkonku.
“Aaaaaaaaaaaaaaahhhhh sakit Srii……! Teriakku
“Oooooooohh sorry mas, sakit ya” bisiknya kearah batreiku
Dia masukkan lagi palkonku ke mulutnya dan hangat terasa menaungi kepalanya. “Oooooohhh enak srii…….., teruskan yaaaa “ Dia kocok batangnya dan maju mundur. Sedangkan kepala palknku terus dihisap. Lidahnya menari nari melingkari palkonku yang botak. Mataku merem melek keenakan kenikmatan menjalar dan otot otot menegang dan “Ooooooooooooooooohhhhhhhhhhhhhh “ semprotan sperma tak terkendali keluar darri lobang kecil. Kedutan kedutan kecil menggoyang batang batreiku. “Luar biasa wanita satu ini.” Pikirku.
Dia telan seluruh cairan yang keluar dan jilatan jilatan berlanjut didaerah palkon.
“Aku mau minum………….”kataku sambil memasukkan Batreiku. Dia berdiri dan memelukku.
“Enak mas………..?” tanyanya ingin tahu. “Mas pasti tidak akan pernah melupakan aku” katanya dengan yakin. {memang benar kata katanya, sampe sekarang sudah 10 tahun aku selalu ingat padanya}
Aku diam saja tidak bereaksi atas apa yang dia katakan. Aku peluk dia lagi dan aku bisikkan sebuah kalimat.
“Nanti kamu mandikan aku ya Sri………….” Kataku padanya.
“Mas ………..aku mau ambil baju gantiku dulu.” Katanya
“Ya sudah ………… cepat balik ya sri? Pintaku.
---------------------------------------------
Sepeninggal Sri, aku duduk dikursi mengingat kembali apa yang sudah terjadi antara aku dan Sri selama ini. Ada sesuatu di relung hati yang terpatri, sesuatu yang baru dan menghiasi hari hariku. Keinginan untuk bersama dengannya dan berdua berbicara dengannya adalah suatu hal yang menyenangkan. Rasa sepi menyelimuti pikiran dan perasaan hatiku karena Sri tidak ada di tempat. Begitu cepatnya perasaan ini menutupi dan membungkus naluri kelakianku. Kenapa aku mempunyai pikiran seperi ini? Aku teringat pertama kali dia memasuki toko bersama kakak lelakiku, teringat ketika tanpa sengaja memegang tangannya yang halus, teringat saat pertama kali memegang pinggang rampingnya dan teringat saat saat tanganku meraba seluruh badannya yang hangat polos tanpa busana. Indahnya Sri,…….tubuhmu, harum bau rambutmu dan aduhainya lekuk tubuh serta halus lembut kulitmu.
Ingatan ingatan seperti ini muncul sesaat setelah Sri pergi untuk mengambil pakaiannya dan aku tercenung “Sudah sejauh dan sedalam inikah peraasanku kepada Sri?” Aku tidak pernah mengatakan sayang atau cinta kepadanya sebaliknya perkataan yang sama tidak pernah keluar dari mulut kecilnya juga. Tetapi ada tautan yang kuat yang membuat dirinya berarti dalam hidupku, tapi apakah tautan seperti ini juga dia rasakan? Aku tidak pernah tahu tentang hal itu.
Kilatan memori saat aku memegang payudaranya dan meremas gundukan dadanya membuat fantasiku kembali terang. Erangan erangan kecil dan desahan panjang penuh nafsu terngiang di telinga hatiku sehingga membuat batreiku kembali melotot. Geliat tubuhnya saat kukecup cuping telinganya dan tarian lidahku diatas perutnya masih terekam dan playback lagi mengingatkan masa masa indah bersamanya. Akan kemanakah hubungan ini selanjutnya, akan berapa lama lagi keadaan ini berlangsung? Semuanya masih terasa kabur dan tidak ada arah tujuan yang jelas tetapi aku semakin menikmati lamunanku.
“Mas…………..” kata seorang pembeli mengagetkanku “ Mas ada jual Stud” tanyanya melanjutkan.
“Stud…..?’ tanyaku ingin lebih jelas. “Apa itu stud mas?” lanjutku
“Obat oles untuk begini supaya tahan lama” sambil menunjukkan jempolnya yang terjepit diantara telunjuk dan jari tengahnya.
“Wah…..tidak punya mas. Bentuknya seperti apa sih mas?” tanyaku lebih lanjut
“Dalam kerdus kecil dan sperti odol warna kuning tubenya.” Dia menjelaskan
“Wahhh memang bisa buat begitu ya mas?” kataku
“Aku tidak tahu mas karena aku juga dititipi sama temanku” elakknya
“Ooooohhhh ya nanti kalau ada sales yang datang aku akan tanyakan, siapa tahu dia punya. Berapa harganya mas biasa?”
“Lima belas ribu” dia jawab. “Nanti kalau ada beli saja, ada banyak temanku yang ingin membelinya.” Dia berkata sambil berlalu.
“Baik mas nanti kalau ada aku carikan” kataku membalas.
Ada salah satu salesman yang sering datang ketoko mengirim Softex dan barang barang lain ke tokoku, mungkin dia mempunyai pikirku. Aku catat pesanannya dan di buku stok supaya selalu kuingat.
Sri belum juga muncul walaupun sudah satu jam. “Kenapa begitu lama ya” pikirku. Aku kembali mengerjakan pekerjaan toko. Mengatur dan membersihkan barang barang yang ada didalam toko.
Kira kira 20 menit kemudian, mobil box Mas Jaya datang dan Sri duduk didepan. Slamet sopir kakakku turun dari mobil dan membuka box belakang. Sedangkan Sri turun berjalan menghampiriku sambil membawa tas bajunya.
“Loh Srii, kenapa kamu bawa semua pakainmu” kataku
“Iya mas……..Mbak A ling bilang mungkin aku akan lama disini sampai mamanya mbak A ling pulang” jawabnya.
“Terus kenapa kamu lama……..? tanyaku lagi
“Ahhhhhh masa lama” katanya dengan heran. “Aku tadi diminta Mas Jaya ambil kasur dulu di toko Sinar. Katanya Mas Jaya kasur yang mas pake sekarang ini suruh memindah kekamar sebelah. Tuh kasurnya sudah datang” sambil menunjuk sebuah spring bed ukuran super single yang di angkat slamet.
“Mas Polie,……………dijamin nyenyak tidur disini” kata slamet senyum “empuk dan mentul mentul karena ada Pernya.
“Yo Met………..semoga aku bisa tidur nyenyak” balasku sekenanya. “Kamu kuat tidak mengangkat kasur itu kelantai dua sendiri” tanyaku
“Wah aku perlu bantuan Mas Polie, kalau beratnya tidak seberapa, tapi itu loh besarnya yang bikiin sulit.
“Lumayan juga nih kasur baruku” pikirku. “Ukurannya berapa Met” kataku
“Ini namanya super single mas, katanya ukurannya 120 cm x 2 meter, aku juga mau beli kalau sudah gajian Mas” katanya antusias.
“Yaaaa boleh saja kalau uangmu cukup” kataku menjawab
Aku bantu angkat keatas sedangkan Sri berada dibawah. Aku tidak bawa spring bed itu masuk kamarku langsung, takut kalau ada barangnya Sri ada yang tertinggal di dalam kamarku. Slamet turun kembali ke tokonya Mas Jaya.
“Bawa dulu masuk tas bajumu Sri, terus sekalian atur kamarku ya.” Kataku kepadanya. Sri pergi keatas dan mengatur kamarku dan membersihkan lantai atas. Aku berada ditoko sendiri dan melanjutkan pekerjaanku yang kutinggal.
--------------------------------------
Sri tidak turun dari lantai dua hingga toko tutup. Setelah toko tutup aku menghitung uang yang aku peroleh hari itu. Lapar aku rasakan karena tidak ada makanan sore itu. Aku berjalan menaiki tangga menuju lantai dua.
“Sri……..kamu ngapain?” tanyaku padanya
“Mas Polie…………aku di tempat cucian atas mas, aku lagi cuci bajuku yang kotor, sebentar lagi selesai. Aku sekalian mandi disini saja” teriaknya
“Kamu tidak lapar, apa? Tanyaku lagi
“Aku lapar mas, tapi pekerjaanku nanggung kalau dihentikan sekarang. Sebentar lagi aku akan selesai mas” katanya.
“Aku keluar dulu ya, mau beli makanan.” Kataku
“Jangan mas………….aku udah masak nasi, tinggal membuka kaleng ikan didapur, mbak Aling tadi kasih aku 2 kaleng. Katanya bisa untuk besok juga. Mas Polie tolong buka satu ya” katanya
Aku buka kulkas dan mengambil sarden kaleng yang dimaksud. Membuka kaleng sedikit sulit karena tidak mempunya can opener.
“Sriiii,………kamu sebaiknya jangan mandi dulu. Lebih baik kalau kamu masak dulu aku sudah lapar.” Teriakku padanya.
“Ya sudah aku akan turun mas” jelasnya kepadaku.
Sri turun tangga kelantai dua dan aku tertegun sejenak, dia hanya memakai jas mandi terbuat dari kain handuk yang ditali bagian pinggangnya.
“Sudah lapar ya…………?” tanyanya
“Mas nyalakan dulu kompor dan taruh sedikit air diwajan. Aku akan potong bawang putih, jangan lupa ditambah air mas ya.” Potongnya
Aku kerjakan seperti yang dia minta. Setelah aku nyalakan kompor dan menaruh wajan diatas kompor, aku taruh sedikit air.
“Sriii………..dimana kamu beli jas mandi seperti itu” tanyaku ingin tahu.
“Di malang mas………..waktu masih di SMEA Muh****yah. Kenapa tanya? Suka ya?” Tanyanya.
“Ada tidak yang ukuran besar untuk aku?” lanjutku
“Aku kira ini juga cukup untuk mas” katanya
“Coba deh sini aku mau pakai” kataku
“Iiiihh…hhh jangan mas” kalau aku lepas, aku telanjang bulat.
“Masa kamu tidak pake apa apa didalam Sri….” Tanyaku. Aku ulurkan tanganku kearah dadanya. Aku mendekat dan mengintip kearah dadanya.
“Iiiiiiiiiihhhh maunya nyusu ya?” katanya sambil memegang baju mandi bagian atasnya. Dadanya yang putih terlihat sepintas. Kerinduan untuk memegang sudah muncul lagi. Batreiku yang tadi selalu tidur kembali berulah.
“Iyaaaaaa Sri………aku mau nyusu, hari ini kamu belum beri aku susu, aku lapar. Katanya. Tangannya terus mengupas bawang putih dan memotongmya menjadi kecil kecil.
“Mas Polie mau sedikit pedas tidak. Kalau mau pedas aku potong lombok kecil kecil sekalian.” Katanya
“Memang enak kalau diberi lombok?
“Aku sering makan pake lombok mas, kalau tidak pake lombok tidak enak menurutku” katanya lagi
“Ya sudah kalau begitu.’ Seruku
Terus dia mulai memasak ikan sarden yang sudah kubuka. Sementara dia sedang mengaduk ikan dan sausnya aku dekati dia dari belakang. Aku rengkuh tubuhnya dan peluk dia dari belakang. Tangannya terus sibuk dengan gagang sendok besar untuk mengaduk sausnya. Aku lingkarkan tanganku kepinggangnya dan aku dekatkan dibawah Teteqnya yang tanpa bh itu. Kepalaku berada dipundak bagian belakang sehingga mulutku menyentuh bagian belakang telinganya. Aku turun kebagian lehernya dan kukecup dileher kanannya.
“Mas………….tunggu sebentar toh, iiiihhhh badanku lengket semua.” Katanya ingin menghindari kecupanku.
Aku tidak mau kalah dengan strateginya, aku peluk erat erat dan kutempelkan lagi bibirku kebagian leher sampingnya.
Dia melenguh “ooooooooooohhhh mas sebentar lagi lah ya,” selanya.
Aku hisap kuat kuat sebelum terlepas lagi lehernya dan nampaklah sebuah cupang yang sangat jelas dibagian lehernya. Aku diam saja seolah olah tidak ada yang terjadi tapi dalam hati aku berkata “Akhirnya bisa juga buat cupang ya, hehehhehe”
Aku lepaskan pagutan bibirku dilehernya dan aku teruskan dengan memegang teteqnya. Aku merasakan kedua bukitnya yang lembut, aku angkat perlahan lahan sambil menggoyang kanan dan kiri. Aku sentuh ujung nipplenya dan merabanya dari luar jas mandinya. Sri kelihatan tidak berkonsentrasi dalam mengaduk makanan yang ada diwajan.
“Mas………….ohhhh, aku balas dendam perbuatanmu kepadaku, ingat ya.” Erangnya.
“Aku tunggu sampai kamu membalasku Sri……….” Bisikku ketelinga kanannya
Tiba tiba muncul keisengan tanganku meraba tali dipinggangnya.
“Aku bisa saja tarik talinya dan aku akan melihat assetnya secara penuh” pikirku
“Sri………., kamu pernah masak sebelumnya” tanyaku
“Ya pernah dong mas………..!!!?” jawabnya singkat.
“Kalau masak dengan telanjang juga pernah!? Tanyaku lagi
Aku tarik tali pengikat jas mandinya “sreeeeeet” terpampanglah bagian polos tubuhnya.
“Massssssssssss….Malu deh.!” teriaknya.
“Kenapa malu Sri………? Kan Cuma ada aku sama kamu.” Aku remas teteqnya dan aku gerayangi dada telanjangnya. Ujung nipplenya telah keras dan lingkaran aerolanya juga telah berkerut pertanda nafsu. Tanganku menjalar turun kedaerah bawah perutnya dan berhenti tepat diatas hutan rambut hitamnya.
“Maaaaaaaaaasss…………kenapa kamu siksa aku” dia berbalik menghadapku dan mencium bibirku. Terasa dingin nafsu menjalar dari bibirnya.
“Tunggu yaaaa sabar kita makan dulu” bujuknya
Aku lihat matanya bagian bawah telah membengkak pertanda nafsu telah menyelimutinya. Aku raba gundukan rambut bagian bawah dan merasakan cairan yang membasahi permukaan vaginanya.
“Yaaaa makanan sudah siap……….. kita makan dulu ya!” katanya membujukku. Makanan masih panas sehingga dimakan berdua terasa nikmat. Menikmati makanan dengan teman tidur sangatlah enak, sangat sulit tandingannya untuk dicari. Makanan memberi tenaga untuk kita beraktifitas sedangkan teman tidur adalah saluran nikmat kita.
Sri mengambil piring dan nasi menyiapkan sesuatu untuk makanan kita. Jas mandi yng tadi terbuka sudah dia ikat kembali. Aku ingin buru buru segera menyelesaikan makanan supaya segera bisa menikmati hangatnya tubuhnya.
“Mas …………setelah makan kamu mau ngapain” Tanyanya ingin tahu.
“Aku mau mandi Sri…….”kataku “Badanku lengket semua rasanya.
“Mas……….jadi minta dimandiin” pancingnya
“Jadi ………….dong kalau kamu tidak keberatan” kataku lagi
“Ayo deh kalau begitu sekarang………..”ajaknya lagi
“Aku ambil handuk dulu sama baju gantiku…………”kataku
“Kita mandi di lantai tempat cuci saja mas……….?” Sarannya kepadaku
“Aaaaaah kenapa disana,………..”tanyaku ingin tahu
“Disana enak mas…….mandi seperti di alam terbuka” jelasnya kepadaku
“Ooh boleh deh…….?!!” Kataku
Sri naik keatas dimana dia tadi mencuci bajunya, Lantai tempat cuci baju memang berada paling atas sehingga dekat dengan jemuran. Hanya ada sedikit atap di lantai ini dan selebihnya adalah lantai los yang di sekat dengan tembok kira kira 2 meter tingginya. Sehingga tetangga sebelah tidak bisa melihat aktivitas tetangga lain dilantai ini.
Aku naik keatas sambil membawa perlengkapan mandiku.
“Ayo sini katanya mau dimandikan.” Ajaknya
Aku lepas bajuku dan celanaku tapi tidak celana dalamku dan berjalan kearahnya. Ditali jemuran aku melihat beberapa celana dalam dan Bhnya yang tadi dicucinya. Beberapa helai blouse dan roknya.
“Loh kenapa celana dalamnya tidak dilepas mas?” katanya
“Aku ngga bisa lepas sendiri Sri” kataku “rasanya berat sekali” terusku menggodanya.
“Hah berat……?’ memangnya ada apa dibagian dalamnya mas” tanyanya sambil senyum. “Sini aku bukakan, aku mau lihat apa yang ada didalamnya”
Dengan setengah membungkuk Sri menggapai celana dalamku dan memelorotkannya sedang kan Batreiku sudah berdiri tegang mengantisipasi wajahnya didepan hidung batreiku.
“Oooooooooooh ini mas ternyata yang bikin berat,” dia menunjuk batreiku “Sudah kutemukan sumber masalahnya, sekarang bagaimana problem solvingnya” katanya meminta saran
“Srii………kamu kan ahlinya masa kamu menanyakannya pada klienmu?” tanyaku lagi sambil menggoda.
Juniorku sudah berada digenggaman tangannya. Setengah mengocok keatas dan kebawah sambil matanya melihat menatap ke mataku. Mulutnya tersenyum simpul dan kepalanya mengangguk angguk.
“oooooooooohh benar yang ini sumber masalahnya,” katanya. “memang dibagian ini yang membuat berat tadi mas” tangannya bergerak lebih cepat. Genggaman tangannya dipererat dan “Ooooooooh Sriiiiiii benar disitu” kataku mengerang
“Jas mandimu kenapa tidak kamu lepas, “ tanyaku ingin tahu. Aku jongkok didepannya dan meraih jasnya untuk melepasnya. Suka rela dia melepas ikatan tali jasnya dan gantung ditali. Dua bukit menonjol didadanya menarik perhatianku. Aku dekatkan mulutku kesebelah kiri dan menempelkan bibirku untuk menyedotnya. Tangan ku juga meraih sisi bukit sambil mengelusnya perlahan naik turun.
“aaaaaaaah mas………….enak sekali bibirmu” melayang rasanya
Aku lanjutkan menggerayangi seluruh kulit tubuhnya dan menyedot dadanya. Kadang aku lepas putingnya dan menjilati sisi bukitnya. Erangannya kadang membuatku takut tetangga sebelah dengar. Kita benar benar seperti di alam terbuka. Langit biru adalah atap kita. Matahari adalah lampu rumah kita. Kita duduk dilantai cucian baju dan saling meraba. Aku arahkan tanganku keselangkangannya dan meraba raba disana. Gerakanan tubuhnya semakin tidak beraturan lenguhannya semakin jadi. Aku dorong tubuhnya supaya dia berbaring dilantai, dia menuruti . Aku jilat kembali putting susunya dan naik keatas lehernya dan menciuminya disana. Aku kembali turun kedadanya dan menuruni kearah perut. “Oooooooooohhh mas” badannya dia angkat seolah olah ingin menghindari sesuatu. Aku arahkan lidahku kesamping dan erangnya makin menjadi “Ooooooooooooohhhh ampuuuuunnnn……….mas” ketika lidahku menjulur kebawahnya aku melihat hutan yang tumbuh dibagian selangkangannya dan berpikir untuk kesana. Tangannya menahan kepalaku sesaat aku akan menuruni vaginanya”
“Jangan mas…………aku tidak mau mas melihat ituku” katanya setengah mengerang.
“Aku ingin melihatnya Srii…..bolehkan? tanyaku
“kemaren mas udah janji kan” tandasnya
Keinginan untuk melihat apa yang ada didalam rambut rambut itu semakin menjadi. Aku ikut berbaring disamping kirinya dan menghadapnya. Tanganku memegang pipinya dan menarik wajahnya mendekat. Aku kecup keningnya dan kemudian melumat bibirnya. Bibirnya tidak hanya pasrah menerima lumatan bibirku, dia goyang juga serta gerakkan dengan lembut bibirnya. Lidahnya dia julurkan memasuki jaring jaring mulutku dan lidah yang hangat aku rasakan. Permainan lidah seperti sering memicu keinginan untuk terus mendaki ke puncak. Dan keinginanku saat ini adalah mencium vaginanya.
Tiba tiba sebuah ide muncul dari dalam pikiranku. Aku angkat kaki kiriku menyilang tindih badannya dan aku hentikan ciumanku. Dia memandangku sesaat tidak menyadari akan apa yang aku akan lakukan. Dan setelah itu aku bangun dengan kaki masih menyilang ketubuhnya. Dia masih saja tidak menyadari apa yang aku akan lakukan. Setelah aku duduk sesaat, kuangkat pantantku mengangkangi dengan badanku menghadap vaginanya. Pantatku berada di dadanya. Sekarang didepan mataku ada sebuah gundukan indah yang ditumbuhi rambut rambut hitam tebal
“Masssssss…….kamu ngapain?” tanyanya sambil menutup rapat rapat kedua pahanya. Tidak tahu apakah dia takut atau kaget dengan apa yang aku akan buat dengan vaginanya.
Aku tidak jawab pertanyaannya tapi bibirku sudah mengecup daerah bawah pusarnya yang senditive.
“Mas jangan begitu……….kenapa mas ingkar” katanya
Aku julurkan lidahku menuruni daerah itu, masih dikulit atas rambut rambut gelapnya yang kontras dengan kulitnya. “Cuuup cuuupp” kecupku
“Oooooooooohhhh mas…………” erangnya
“Lahhhh kenapa lain dengan kata katanya” pikirku
Aku teruskan kecupanku dan kujilat lagi bagian kulitnya.
“Ooooooohh masss aaaaahhhhhhhhhhhhh jangannnnnnn massssss”
“jangan berhenti ya Sriiiii……….” Tanyaku
“Oooooooooooooooohhhhh massssssssssss” teriaknya sesaat aku menciumi bagian rambut rambutnya. Aku sulit bernafas, tetapi aku teruskan saja seirama dengan erangannya. Badannya menggeliat geliat tak karuan tidak tahu antara mau berontak untuk melepaskan atau terus ingin merasakan nikmat. Yang jelas kelihatnya sekali kalau dia menikmati.
“Mas pantatmu menindih dadaku.” Katanya
Aku angkat pantatku dan kembali menjilati bagian pahanya. Batreiku menggantung diatas lehernya, aku tekuk kakiku dan kulipat sikuku sambil menikmati hidangan pangkal pahanya.
“Masssssss ooooooooooooohhhh masssssssss dia mendesis tidak karuan. Aku sibak rambutnya yang tebal dan menjilati dengan penuh perassan tumpukan lemak yang empuk.
“Sriiii buka dulu sedikit pahamu supaya aku bisa melihatnya” pintaku
“Jangan mas………aku tidak mau” katanya
Aku tidak memaksanya tapi lidahku terus bergerilya kesana kemari. Tiba tiba sesaat aku menuruni lembah lembah dan lereng jepitan pahanya agak renggang. Erangnya terus berkumandang. Semakin dalam aku mencari dan terus menggali dengan lidah, mengipas pelan dan menyapu bagian atas vaginanya. Badanku sudah mulai panas juga. Lidahku aku tenggelamkan diantaranya jepitan pahanya yang sudah mulai renggang. Pertahanannya sudah mulai berkurang, mungkin dia menikmati perlakuan lidahku. Dan semakin dalam lagi lidah ku menyapu dan memporak porandakan garis garis rambutnya.
“Aaaaaaaaaaaaaahhhhh massssssss tolong jangan berhentiiiiiiiii?” sesaat dia tercenung dengan apa yang dia katakan.
Kata katanya adalah sebuah perintah dibenakku yang harus tetap kupegang teguh. Aku sapu kedalam lagi dan kupegang kedua pahanya sedikit memisahkan jepitan. Secara sukarela dia melakukannya dan lidahku mulai menghajar kedalam batok vaginanya. Bibir bibir vagina semakin nampak walaupun belum jelas dan sembulan daging bagian atas menungging kecil. Aku sentuh daging itu dengan ujung lidahku dan reaksi yang timbul luar biasa bukan saja erangan nikmat yang keluar dai mulutnya tetapi kedua tanganya juga mencengkeram pergelangan kakiku erat erat.
“Maaaaaaaaaasssmssssss tolong massssssssss” erangnya
Aku lanjutkan sentuhan ujung lidahku yang mulai kelu didaging yang nungging itu. Air liurku meleleh membasahi rambut hitamnya. Kukucak kucak dengan lidahku ujung daging yang nungging diselingi dengan jilatan jilata seperti menjilat es krim.
“Ooooooooooohh mas aku mau terussssssss. Oooooooohhhhh jangan berhenti” dia buka lagi sedikit pahanya dan lidahku menerobos mudah. Bau aneh menusuk nostrilku dan terjawab sudah pertanyaanku yang pertama” Seperti apa bau vagina wanita?”
Lidahku semakin menggebu dan menyapu dan ujung lidahku mencecap sebuah rasa aneh dari cairan kental dijepitan pahanya. Terjawab sudah pertanyaanku yang kedua mengenai bagian vaginanya “Seperti apa rasa vagina wanita?”
Terus menuruni jalan setapak lipatan vaginanya dan erangannya tidak pernah putus.
“Massssssss oooooohhhhh mas jangan tusukkan lidahmu kedalamnya ya” pintanya. Aaaaaaaaaaahhhhh mas ya situ saja. Terusakan disitu yaaaaaaaaaooooooooooo” teriaknya saat lidahku menyapu bagian atas daging nunggingnya. Bibir coklatnya sudah nampak jelas, pahanya semakin terbuka dan mataku memandang sepotong bagian tubuh paling magis dari seorang wanita. Kembali aku jilat bagian daging clitorisnya dan hajar tersu disana.
Mmmaaaaaaaaaaasssssssss, pahanya menjepit kepalaku keras keras dan menariknya kearah vaginanya. Aku hampir tidak bisa bernafas karena jepitan kuatnya kekepalaku. Aku kecup klitoris yang nungging itu dan aku kulum. Cairan deras keluar dari liang vaginanya dan aku semakin menukik kedalam.
Jepitan pahanya melemah seirama dengan pudarnya rasa nikmat yang dia rasa. Aku kembali bernafas lega
”………….ooooooooohhhhh sri terima kasih, kau tunjukkan pemandangan terindah dalam hidupku” kataku sesaat setelah aku kembali berbaring disisinya. “Enak Srrrrriii……..”tanyaku ingin tahu.
Wajahnya berseri dan matanya tertutup rapat. Sebuah ketenangan terpancar dari wajahnya yang tidak lelah aku pandangi.
“Terima kasih mas………… ya. Enak sekali rasanya” katanya kepadaku
“Yuuk kita mandi Srii….. disini banyak angin” ajakku
“Sebentar mas…………aku lemas sekali. Seluruh tulang tulangku mau lepas rasanya. Kenapa mas nekad mau menciumiku” katanya
---------------------------------
Besok hari sabtu dan aku tidak akan punya waktu banyak karena sibuk jadi aku sempatkan nulis agak banyak ini hari. Komentarnya bro kalau udah baca!!!!
Aku memandangnya sesaat kearahnya dan menyelami mata indahnya yang terbuka. Aku tersenyum sejenak dengar pertanyaannya dan berdiri dengan batreiku masih meregang ngaceng. Berjalan kearah bak tandon air dan mengambil timba air, kucelupkan timba dan mendayung serta aku siramkan kekepalaku dan mengalir turun membasahi seluruh tubuhku. Sri bangkit dari lantai dan memelukku dari belakang, tonjolan buah dadanya terasa lembut dipunggungku. Tangannya menggapai depan selangkanganku dan menggenggam batreiku yang masih keras. Di genggam dengan gemas sambil berseru lirih “Eeeeeemmmmmmmmmmmm aku mau hisap lagi batreiku ini” serunya sambil memeluk aku. Gesekan dadanya dipunggungku semakin menekan kedalam dan terasa kenyal.
Aku terpancing dengan aksi atas dan bawahnya. Kuhentikan gayungku dan kuhadapi mahluk yang bernama Sri ini dengan sebuah kecupan dibibirnya. Aku telusuri sengkalan bibir bawah dan atas nya dan lepas menuju seluruh pipi. Pipi kirinya kujilat lagi dan tampaknya dia menikmati sungguh sungguh setiap belaian lidahku.
“Aaaaaaaaaaaaaaaahhhhhh mas……… kamu benar benar lihai menyenangkan wanita” Tangannya menjepit batreiku. Dia tarik batreiku untuk mendekat kearah selangkangannya. Dia taruh disana dan jepit dengan kedua pahanya. Perasaan hangat terserap melalui ujung kontholku yang meregang. Ingiiii rasanya mengobrak abrik semua yang ada didalamnya. Kesabaranku hampir sirna oleh emosi dan nafsuku yang sulit dibendung. Bak air bah yang bergelora merampas dan menenggelamkan semua benda yang menghalangi langkahnya. Tapi otak kananku mengontrol kendali diri supaya nafsu tetap terkontrol, emosi tidak lepas. Kehangatan batreiku juga membuat Sri menikmati.
“Mas……….aku mau cium batreimu” pintanya sambil bergerak turun
“Jangan disini Sri………aku ingin kita melakukan dikamar saja pintaku. Aku ingin bisa langsung tidur nanti kalau sudah kelar.” Jelasku sambil menarik tangannya supaya dia berdiri.. Ayo kita mandi dulu saja supaya kita punya waktu banyak mengekplore diri kita. Aku sabuni tubuhku sedangkan sri membasahi tubuhnya dengan air. Sesaat kemudian dia menoleh meminta sabun yang aku pegang. Aku tidak berikan sabunku kepadanya tapi aku taruh sabun kedadanya dan menyabuni tubuhnya yang telanjang. Tanganku berputar putar mengelilingi dadanya. Nafsuku menggelegak ingin dipuaskan sedangkan batang batreiku masih mengacung keras keatas. Tangannya kembali meraih batangku dengan lembut.
“Massss hangatnya batreimu……………aku suka sekalii kalau menempel disiniku seperti tadi. Rasanya hangat gitu dan membuat nikmat kalau menyenggol klitorisku” katanya
Aku teruskan gerakan tanganku kebelakang dan melumuri seluruh badannya dengan busa sabun yang ada ditanganku. Kepunggungnya dan pinggul terus kepinggang bawah dan pantatnya yang tebal terus turun kebawah. Wajahku menghadap ke daerah segitiganya lagi. Aku dekatkan kearah magnet berbentuk segitiga aneh dan kujulurkan lidahku. Dia mundur untuk menghindari jilatanku tapi tanganku yang memegang pantatnya tidak tinggal dia. Kudorong maju pantatnya dan bibirku bertengger diantara daun daun rambut jembut yang subur.
“Massssssss…….. aku geli ahahhhhhhh katanya mau cepat mandinya” diantara erangnya.
Dia menarik kepalaku keatas dan aku pagut lagi tubuhnya. Kuberikan sabun ditanganku kepadanya dan dia gantian menyabuni seluruh permukaan tubuhku. Aku menggelinjang geli pada saat dia menyentuh bagian pinggang dan bagian bawah pusarku.
“Aaaaaaaaaaaaaaaahhhhh sriiii ………” teriakku
“Ooohhhhhhh jadi disini ya tingkat kelemahanmu, awas aku hajar nanti sampai KO” dia mengancam.
Tangannya menggoyang goyangkan kepala penisku dengan busa sabun ditangannya. Tangannya terasa licin dan penuh kenikmatan. Tawaran yang sangat menggoda bila tidak diteruskan.
“Ooooooooooooohhhhh sri………..tanganmu berlistrik rasanya” teriakku
“Begini ya mas………….?” Katanya sambil mengocok penisku maju mundur dengan penuh menggoda. Spermaku hampir saja lepas kalau aku tidak segera menghentikan tangannya. Wajahnya memandang aku seolah olah ingin mengatahui effect dari setiap gerakan tangannya. Dia tersenyum dengan penuh nafsu, seolah olah kemengan dan kendali ada ditangannya.
“Ayoooo cepat sriii kita masuk kekamar” kataku setelah kita berbilas. Aku gunakan handukku untuk menutupi batreiku tapi tangannya segera merebut handukku dan dengan telanjang pula dia berjalan kearah tangga turun. Aku melangkah menuruni tangga putar dengan pelan pelan dan kusempatkan untuk berhenti sejenak menoleh kebelakang.
Kakinya yang jenjang nampak anggun melangkahi undakan turun dengan paha yang penuh. Aku ingin mengecupnya, ingat pertama kali ketika dia meminta aku untuk melakukannya dilantai bawah. Aku terus turun dan menuju kekamarku. Aku tarik dia sambil mendekap tubuhnya. Aku tutup kamarku yang sudah rapi dengan kasur pegas baru yang dibelikan Mas Jaya. Nampak lebih rapi dan tebal. Aku tidurkan dia diatas dan aku tengkurapkan badanya. Aku kecup disini sana bagian tubuhnya. Mulai punggungnya dan turun kepinggangnya. Pinggulnya mempunyai daging penuh sehingga kelihatan sangat merangsang untuk dijamah. Aku telusuri dengan lidahku dan terus turun bagian atas pantatnya. Mulutnya mencerca dengan kata kata “aaaaaaaaaah maaaaaassss, ooooooohhh enak mas. Teruskan masssssss jangan berhenti sampai disitu saja. Bulu bulu kecil halus dibagian itu berdiri dan bereaksi atas tindakan yang aku berikan. Belahan pantatnya tidak luput dari sergapan lidahku.
“Mmaasssssss aduhhhhhhhhh masssssssssss kenapa enak sekali.” Dia menggoyang pantatnya. Aku beranikan diri untuk memegang pantatnya dengan maksud membelahnya tapi tangannya melarangku. Jangan pegang mas…………..aku tidak mau kau masukkan jarimu kesana.” Pintanya kepadaku.
“Aku janji tidak masukkan jariku kesitu” jawabku
“Masssssss polie ngga bisa dipercaya” katanya
“Duuuh maaf, aku tadi sangat terobsesi” timpalku sekenanya. “Untuk yang satu ini aku tdak akan nekad sri. Percayalah” jawabku menenangkan.
Kembali jariku meraih bongkahan pantatnya yang tebal dan membuka belahannya.
---------------------------------
Dear readers, cerita ini dibangun secara berurutan jadi sebelum membaca bagian ini alangkah baiknya bila membaca bagian sebelumnya sehingga runtutan kejadia tidak akan terputus. Nikmati saja bro, santai and don't forget to comment after reading it. Trima kasih dan matur suwun.
Aku melihat dengan dekat warna kulit kecoklatan yang mewarnai pinggir lubang anus dan tersambung dekat dengan warna di sekitar vaginanya. Bayangan obsesi yang pernah aku punyai untuk melihat benda apa didalam sana membuatku ingin membuka lebih lebar. Aku tidak tekan tanganku untuk membuka kedua pahanya melainkan lidahku yang mengerjakan seluruh pekerjaan untuk membuat pahanya merenggang. Aku sapu kulit pantatnya dengan ujung lidahku. Dia goyang kegelian nikmat kemudian aku arahkan kebagian paha dalamnya dan dia merenggang sedikit memberikas akses untuk mengexplore lebih dalam disertai terdengarnya moaning kecil dari mulutnya.
“Oooooooohhhh” dia mengerang enak. Lidahku semakin liar menjalar kesana kemari dan tidak berhenti disatu tempat. Erangnya semakin menjadi dan keras, paha dan pantatnya dia goyang goyang entah menghindari atau ingin mengarahkan lidahku kemana dan bagian mana yang harus di jilat.
“Aaaaaaaaaaaaaahhhh mas!!” katanya
“Enak Sri………?tanyaku ingin tahu
“Aaaaaaaaaaahhhh iyaaaa mas” erangnya sambil menjawab
Aku putar lidahku dan melintasi jepitan diantara dua pahanya. Cairan asin sudah mulai terasa lagi dan aku berhenti sejenak saat aku menemukan sebuah tahi lalat dibagian kiri bibir bawah vaginanya. Aku jilat jilat bagian itu dan cairan itu lengket diujung lidahku. Sri menggoyang goyang pantatnya tanpa henti sambil sesekali terdengar suara “ooooooooooo yaaaa” aku semakin menggila dengan kesempatan yang dia berikan.
“Mas ………………sudah mas, ayo naik tindihin aku.” Pintanya
Aku menaiki badannya yang masih tengkurap dan meletakkan Batreiku diantara dua pahanya yang tertutup rapat.
“Buka dikit dong Sri………supaya kamu bisa jepit” kataku
Dia renggangkan pahanya sedikit terbuka dan aku taruh batreiku kedalamnya.
“Ma…….aaaaaas jangan di lobangnya” katannya sambil menggoyangkan pantatnya untuk menghindari batreiku.
“Aku tidak tahu Sri………..kamu harus kasih tahu kalau memang kamu tidak mau” supaya aku bisa hentikan
Dia diam saja dan aku kembali taruh batreiku dan tenggelamkan diantara dua pahanya. Ternyata ada jarak yang cukup lebar antara pantat dan vagina. Sehingga ada ruang jepitan yang membuat terasa nikmat saat batreiku terjepit diantara jepitan itu. Entah aku sadar atau tidak dengan goyangan yang tidak pernah berhenti aku terus maju mundurkan batreiku. Perasaan nikmat menjalari sluruh bagian penisku seperti dijepit jepit benda yang lunak. Cairan dari vagina dan mulut penisku memberi pelumas yang sangat membantu nikmatnya permainan. Lidahku menjulur sambil menciumi telinganya, Sri juga menikmati permainan.
“Ooooooooooohh mas…….. aku ngga mau berhenti” dia terus melenguh. Kadang kadang wajahnya berpaling kebelakang menengok expressi wajahku. Aku kulum bibirnya dengan posisi yang sedikit sulit.
“Ooooooooooooh sri, ini enak sekali” kataku. “Apakah ini masuk ke Vaginamu Sri” tanyaku ingin tahu
“Tidak mas, sedikit lagi sudah didepan bibir nya” jawabnya
“Buka sedikit lagi pahamu Sri, aku ingin menyentuhnya dengan batreiku” pintaku
“Jangan mas nanti keterusan” elaknya
“Sedikit saja Sri.., ayolah” pintaku memelas.
“Tapi janji jangan dimasukkan ya” katanya lagi
“Mana aku tahu dimana ada lobang Sri” jelasku “kalau mau masuk kamu juga harus kasih tahu aku supaya tidak sampai kesana”
“Iya ………….tapi janji ya mas. Tidak sampai masuk ya” pintanya lagi
Aku mengangguk dan terasa pahanya sedikit terkuak lebar. Batreiku nyelonong masuk lebih dalam dan merasakan sedikit berair sehingga kepala Baatreiku terasa tergelincir diantara jepitan pahanya.
“Ohhhhhhhhhh sri enaaaaaaaaaaaaak sekali rasanya” erangku aku goyang goyang penisku. Sri putar pantatnya dan goyang kekanan dan kekiri. Gesekan gesekan menimbulkan perasaan yang sangat tinggi. Penisku terasa licin dan ingin segera menyembur.
“Sriiiiiii aku mau keluar” kataku
“Keluarkan saja mas” katanya
“Aku tidak mau cepat cepat Sri………….’kataku membalsanya
“Kenapa…………….” Ngga enak ya
“Tidak Sri………….aku tidak mau ini cepat berlalu. Aku ingin menyimpannya disana dulu. Hentikan goyangan pantatmu supaya tidak ada gesekan.
Sri berhenti menggoyang pantatnya dan aku juga berhenti menyodok jepitan pahanya.
Aku bangun untuk merubah posisiku, aku menduduki paha bagian atasnya dan menancapkan penisku kedalamnya. Penisku terasa tidak nyaman.
“Sri……….buka sedikit lagi pahamu” aku memintanya
Dia membuka sedikit pahanya melebar dan penisku bisa agak bernafas. Celah diantara kedua pahanya memberiku akses untuk menusuk kedalam. Aku dorong pelan pelan hingga ujung penisku menyentuh sesuatu yang lembut dan lembab.
“Ooooooooooohhh mas” tiba tiba dia melenguh.
“Kenapa Sri…” tanyaku pura pura
Tanganku leluasa menjelajahi bokongnya yang tebal. Aku dorong lagi perlahan lahan batang penisku dan menempel disana. Aku goyang goyang dan menyentuhkannya lagi sehingga terasa nikmat. Aku tarik pijat pijat pantatnya sehingga agak ketarik keatas dan sensasi yang timbul bisa dirasakan oleh sri. “Ooooooooooooooohhh mas” katanya
Aku terus perlakukan seperti itu beberapa saat sehingga friksi antara paha dan penisku agak berkurang tetapi friksi antara kepala penisku dan jepitan paha dalamnya semakin leluasa. Aku tarik keatas pantatnya dan semakin lebarlah pahanya merenggang. Penisku semakin giat menyodok maju mundur diantara lenguhanku.
“Oooooooooo Sriiiiii enak sriii.” Telingaku mendengar erangan yang jarang aku teraikkan. Sepertinya janggal mengerang sesuatu yang tidak lazim tapi itulah yang aku dengar sesaat aku menikmati gesekan gesekan kepala penisku diantara dua belah paha yang empuk.
Pijatan pijatan hasil dari jepitan pahanya hampir menghentikan aku karena sperma yang sudah sampai diujung kepala.
“Sri……………”panggilku sambil berhenti bergoyang.
“Kenapa mas…………” tanyanya
“Kamu kenapa diam………….” Tanyaku
“Aku menikmatinya mas…………..’Katanya “Tapi aku lebih suka kalau aku tidak tengkurap. Karena aku bisa memandang Mas Polie.
“Ya sudah kamu ubah posisimu” pintaku sambil berdiri.
Aku menidurinya dan tulang pinggulnya kelihatan sangat mengganjal posisiku {Bagi para newbie: ternyata perawan mempunyai tonjolan tulang pinngul seperti itu. Jadi kalau cewek baru pertama, tulang pinggulnya terasa menonjol bisa diamati deh}
Dia raih penisku yang keras dan jepit diantara pahanya. Aku dorong kebawah dan dalam sehingga gesekan terasa lagi. Dia tutup jepitan pahanya lebih erat.
“Kenapa Sri……..” tanyaku menghentikan.
“Hampir masuk mas” katanya dengan wajah takut.
“Oh didaerah situ ya tempat lobangnya” jelasku
Dia mengangguk ‘Sebentar mas, tarik dulu biar aku tempatkan agak keatas” katanya
“Tidak mau ahhhhh, aku mau disini saja. Disitu rasanya hangat sri………..enakkan kalau hangat hangat begini. Jawabku
“Mas tidak menepati janji” teriaknya. “Sudah dulu deh kalau begitu” ancamnya
“Eeeeeeehhh ya oke, aku tarik deh” kataku
Aku mengangkat tubuhku dan Sri meraih batang penisku dan tempatkan dibagian atas memeqnya.
“Ohhohhhhh masss…….kontholmu hangat sekali” erangnya “Keras lagi”
Aku sodok perlahan diantara pahanya. Pahanya tertutup rapat dan aku tidak bisa menikmati karena penisku terjepit erat.
“Sri kenapa tidak kau buka sedikit lagi supaya aku bisa gerakkan batreiku” kataku
“Mas tahan disitu dulu masssssssss” dia mendesis “Ayo goyang mas………..” terusnya
“Ooooooooooohhhhh masssssss aaaaaahahahhhhhhhhhhhhh”
Aku menggoyang maju mundur dan dia imbangi dengan goyangan pinggulnya kekanan kiri. Penisku menempel di tonjolan dagingnya. Gerakan liar semakin menggebu dan dorongan serta sodokan semakin keras aku lakukan. Entah apa yang terjadi yang jelas aku mendengar erangannya semakin keras.
“Oooooooooooohhhhh massss aku tidak tahan masssssssss. Disitu saja mas jangan pindah. Sodok massssss terus dorong’
Aku semakin semangat menggenjot dan aku merasakan cairan membasahi pahanya membuat penisku terasa semakin licin. OOOOOoohhhhhhhhhhhhhhhh massssss aduhhhhhhhhhh massssssss enak sekali” Dia angkat tubuhnya keatas seperti cacing kepanasan. Menggelenjot gelenjot seperti menahan sesuatu tiba tiba badannya bergetar diakhiri badannya yang lemas. Dia lengah membiarkan pahanya terbuka sehingga ada celah yang cukup lebar untuk menyodok. Sepertinya dia sudah tidak peduli dengan keadaannya, dia sedang menikmati sensasi tinggi. Aku dorong lagi kearah bawah sehingga menempel sesuatu disana. Aku goyang goyang pantatku supaya maju mundur dan perasaan ingin memasukkan penisku kedalam sana cukup lebar kesempatannya.
“Ohhhh mas disitu enak sekali rasanya, ayo mas dorong lagi” kata katanya membuat aku makin terangsang dan sodokan pelan aku dorong.
“Oooooooooohh sri benar enak” aku terus goyang tidak tahu dimana letaknya penisku sekarang. Yang jelas aku menikmati. Pantatnya dia angkat untu mengimbangiku.
“Sriiii aku mau keluar rasanya” goyanganku semakin cepat
“Terus mas goyang lagi…….Oooooooohhhhh enaknya mas rasanya gatel sekali. Terusssssssss maaaaaaaassss aooohahhhhhaaaaahhhhooh teraiknya”
Aku tak kuasa membendung desakan dari dalam bawah sana. Kenikmatan tiada tara menggempur tubuhku dan jebol sudah sperma yang menggumpal didalam tubuhku. Memporak porandakan kemegahan pertahanan terakhirku, rasa bersatu dalam menggapai puncak kenikmatan bersama sama.
Aku menggulingkan diri dari tubuhnya dan melihat spermaku berceceran diatas perutnya. Dia biarkan keadaan seperti itu untuk sesaat. Tiba tiba tangannya meraih batreiku yang sangat peka. Ooohhhhhhhhh terima kasih batrei………..aku rasakan enak sekali hari ini. Dia bangun dan mengecup palkon yang sudah peka dan tiba tiba memasukkan kedalam rongga mulutnya.
“Aku juga ingin mencium Memeqmu Sri’ kataku sambil mengangkat tubuhku untuk mencium vaginanya.
---------------------------------
“Jangan mas…………., masih kotor. Kan abis dipake” katanya sambil menarik pundakku kembali terlentang. Hari itu sampe disitu saja kejadian.
* * * * * * * * * * *
Wanita mempunyai emosi yang labil saat mereka harus menerima kedatangan tamu mereka setiap bulan. Emosi yang mereka rasakan bisa bermacam macam karena tergantung sifat dan character pribadi. Begitu juga Sri……. Dia mempunyai character yang berbeda.
2 atau 3 hari sebelum menstruasi, Sri mempunya nafsu makin tinggi dan sangat sensitive. Dia akan marah marah kalau tidak dituruti khususnya keinginan yang satu itu. Suatu siang pada saat toko mulai sepi, Sri memintaku kebelakang lemari.
“Mas Polie………….tolong ambilkan hand body di kerdus. Aku mau pajang di lemari depan” katanya kepadaku.
Aku berjalan kebelakang dan mendekat kepadanya. Ciuman sering kita lakukan disela sela melayani penjual khususnya pada saat mengambil barang di balik lemari. Karena saat itu toko sudah mulai sepi dan pasar kurang banyak orang, dia nyosor bibirku dengan penuh nafsu. Awalnya aku bertanya tanya kenapa Sri begitu ganas siang itu. Tangannya sudah mengarahkan tangan kananku untuk meremas remas payudara kirinya sedangkan tangannya sudah meremas remas batreiku. Ciumannya tidak mau dilepas dan bibirnya serta lidahnya tak henti hentinya mengenyot bibirku bawah dan atas.
Seperti cewek yang berhari hari tidak mendapat jatah, dia terus memperlakukan aku dengan penuh nafsu. Aku berusaha mengimbanginya, aku tarik baju kaosnya dan memasukkan tanganku kedalam dan meraih pengait BH dipunggungnya. Aku tidak menemukan yang kucari.
Tiba tiba dia berhenti, “Mas pengaitnya ada didepan” katanya memberitahuku
“Aah huh?” heranku
“Ngga tahu ya kalau BH ada yang pengaitnya berada didepan” katanya sambil menyibakkan kaos bagian depan. Dan terpampanglah dua onggok daging tebal berbalut cup BH didepan mata.
“Biar aku yang buka Sri…………..”kataku ketika melihat teteqnya tak berkedip.
Aku sangat menyukai teteqnya Sri………..pertama karena ini adalah teteq pertama yang aku pernah pegang dan ciumi dan satu satunya yang ada dan siap setiap saat kala diperlukan. Bentuknya indah dan menyenangkan untuk digeryangi.
Sri tidak keberatan bila aku memegangnya atau meremasnya mungkin merasa diperhatikan atau memang dia suka terangsang kalau aku memeganginya.
“Mas minum susuku dulu ya” katanya sambil menyodorkan teteqnya.
Aku majukan bibirku dan meraih teteqnya dengan ujung bibirku, aku kenyot ujung putingnya dan lidahku menyapu seluruh areolanya. Dia menggelinjang dan mulai meraung raung “Oooooooooooohh massssss enaaaaakkk”
Tangan kananku menggosok dan mengelus bagian pinggir teteqnya sehingga dia bertambah high. Aku ciumi terus teteqnya dan kadang kadang menggigit ujung putingnya.
“Oooooooohoohhhh mas……….jangan keras keras, itu daging hidup” bisiknya
Aku terus lakukan gigitan gigitan kecil kearah putingnya dan tangan kiriku menjalar turun kebagian bawah roknya. Aku angkat keatas rok panjangnya dan memasukkan tanganku diselangkangannya, pahanya merenggang memberiku akses leluasa untuk meraba vaginanya.
“Ssssssssssss ooooooohhhh” desisnya semakin keras. “Mas enak sekali dibagian depan mas, ya terus disitu” lanjutnya ketika jari telunjukku menempel dibagian atas Vaginanya. Aku raba sambil memutari gundukan itilnya. Lobangnya sudah mulai basah dan jarikupun sudah mulai licin.
Aku merangsang dua bagian utama tubuhnya sehingga nafsu yang timbul cepat sekali menggelora. Tubuhnya yang tadi berdiri dia rapatkan dan tangannya meraih kepalaku serta menekannya kearah teteqnya. Aku hampir tidak bisa bernafas karena gundukan dagingnya menyumbat hidungku.
“Oooooooooooohh aaaaaahhhh masssss,” dia mengerang lagi. Posisinya yang berdiri berubah merunduk, pahanya menjepit tanganku yang tersimpan disana. Dia bungkukkan tubuhnya seolah olah sedang menahan sesuatu yang akan keluar dari vaginanya.
“Ooooooohhhhhh massss, aku tidak kuat, enak sekali mas………tanganmu jangan kau lepas dulu mas……..” desisnya..
Jariku sudah penuh dengan cairan vaginanya yang menggenang, tubuhnya lunglai lemas. Aku dudukkan dia diatas tumpukan kerdus barang dan aku merasakan kelegaan yang dia rasakan”
“Terima kasih ya mas…” bisiknya sambil menempelkan bibirnya ketelingaku. “Nanti malam gantian aku yang memuaskan Mas Polie” lanjutnya.
Aku menggelinjang kuat karena bibir basahnya menggesek daun telingaku.
“Janji ya, gantian kamu yang servis aku ya” bujukku
Sri menggelengkan kepalanya sambil beucap “Mas juga servis aku duluan tapi”
“Haaaah sama juga bohong ……………Sri?” kataku sambil cubit putingnya.
“Aduh, awas ya nanti gantian Batreimu yang aku cubit” ancamnya
“Aku tunggu deh ancamanmu” elakku
Aku berjalan keluar dari belakang lemari dan melihat pasar mulai sepi. Aku berjalan kedepan toko dan menengadah. Awan gelap menaungi langit, kulihat jam tanganku dan waktu menunjukkan jam 2.50. Toko hampir tutup dan kurasakan percikan air hujan menitik. “Musim hujan mulai datang” pikirku Waktu begitu cepat berlalu dan aku sudah berada disini hampir 6 bulan. Aku masih harus menunggu lagi kira kira lima bulan untuk bisa mendaftar di perguruan tinggi.
Aku sudah merencanakan untuk belajar di Surabaya mengambil jurusan matematika di Universitas B**na dulu IKIP P**I di daerah Waru sehingga dekat dengan rumah dan tidak perlu lagi membayar biaya transport yang tinggi. Aku sudah mencari beberapa informasi mengenai jurusan itu. Aku mau jadi pengajar matematika sehingga aku tidak perlu meminta mas Jaya untuk membiayai kuliahku.
“Mas………….sudah jam 3 sore, waktunya toko tutup mas?” kata Sri mengingatkanku.
“Iya Sri……….kamu sudah ringkasin semua barang barang?” tanyaku
“Sudah mas………….aku sudah tulis beberapa barang yang habis dan menuliskannya di buku stok?. Mas Polie………….ada barang yang mau dibeli ya? Apa itu “Stud” mas, kok tertulis dibuku stok habis” tanyanya
“Oh ada yang mau pesan katanya mau beli” kataku
“Obat atau apa sih mas?” tanyanya
“Aku juga kurang tahu Sri………….”kataku “Belum pernah melihatnya” lanjutku
Aku tutup pintu dan menghitung uang. Sri duduk disampingku dengan kepala dipundakku. Aku merasakan sesuatu ada yang akan dia sampaikan. Tidak biasanya Sri begitu sendu dan bermanja meletakkan kepalanya kepundakku.
“Kamu kenapa Sri….? Tanyaku lirih
Dia angkat kepalanya dan memandangku dengan heran.
“Mas tahu apa yang ada dipikiranku ya” tanyaku dengan senyum
“Aku tidak tahu Srii, tapi aku merasa kamu sedang memikirkan sesuatu. Apa yang sedang kamu pikirkan? Apa kamu ada masalah?” kataku ingin tahu
“Tidak mas……….aku hanya rindu dengan rumahku, boleh aku pulang mas nanti kalau mau tahun baru?. Aku ingin ketemu teman temanku dan menghabiskan malam tahun baru disana.” Pintanya
“Boleh saja ………..nanti aku bicara dengan Mas Jaya, berapa lama kamu mau didesa?” tanyaku
“Tidak tahu mas…………mungkin seminggu atau dua mingguan, kalau boleh?”
“Loh kenapa lama sekali Sri………dua minggu kan lama sekali kalau tidak ada kamu?” kataku protes.
“Aku juga berpikiran begitu mas, pasti akan terasa lama” tapi aku ngga yakin apa kira kira selama itu.
“Jadi kamu mau berangkat kapan?” kataku penasaran
“Masih lama toh mas, baiknya sebelum natal saja. Kira kira tanggal 21 december” katanya lagi.
“Ya sudah” kataku kepadanya tapi pikiran dan perasaan akan ditinggalkan membuat situasi semakin sedih ditambah cuaca yang gelap dan hujan turun.
“Ayo Sri kita keatas, aku mau mandi. Badanku lengket semua dan busuk” kataku setelah selesai menghitung uang.
“Aku berjalan duluan keatas dan dia mengikutiku dibelakangku. Aku bawa uang kekamar dan memasukkannya kedalam laci lemari dan mengambil baju gantiku. Aku keluar dan Sri sudah berada didalam kamar mandi menggantungkan baju dan handuknya. Aku masuk saja dan bilang “Aku mau dimandikan Sri”
Sri mendekatiku dan mencium pipiku, tangannya meraba kumisku. Kenapa mas tidak cukur hari ini. Kelihatan kasar dan kotor kalau ada kumisnya.
Aku lepas baju kaosnya dan dia melepaskan celana pendekku. Batreiku sudah tegang reaksi atas apa yang aku lihat dibagian dadanya. Aku meraih BH nya dan aku buka pengaitnya yang ada didepan. Kaitan depan ternyata lebih gampang terbuka. Aku menunduk dan mencium lembut teteqnya. Dia tertawa kegelian, “Mas cukur dulu ya kumisnya” katanya meminta sambil mengambil pisau cukur yang tergantung didinding kamar mandi. Dia serahkan kepadaku.
“Biar aku yang melakukannya mas” pintanya
“Jangan …………pisaunya baru saja ganti jadi sangat tajam. Bisa bisa bibirku yang kepotong” kataku
Aku mengambil cukuran kumis gillete berpisau ganda dan mengoleskan sabun mandi kebagian kumis dan jenggotku. Aku tarik turun dan memangkasnya. Sri memandangku dengan seksama, tangannya menuruni kearah batreiku yang sudah tegang.
“Mas………..kumis burungnya kok tidak dipangkas” katanya sambil mengelus elus burungku. “Udah panjang loh, sini aku bantu pangkas”
“Boleh ……………tapi ada syaratnya” kataku
“Apa syaratnya Mas………….”tanyanya
“Kamu boleh pangkas buluku tapi aku juga dibolehkan pangkas bulu vaginamu duluan” kataku.
Dia berjongkok tepat diatas batang batreiku yang berdiri tegak. Lidahnya dia julurkan kebatang bawah dan menuruni batang kuat keras itu sampai kebola ping pong yang menggantung dibawah batreiku’
“Ohhhhhhhhh Sri kamu ngapain disitu” erangku
“Membersihkan karat dari batreimu mas, memang mas ngga merasa kalau batreinya bocor ya?”
--------------------------------
Sambil menjilat dan mengecup dibagian depan tubuhnya aku ambil pisau silet yang baru saja aku gunakan untuk memotong kumisku dan rambut rambut yang tumbuh dibagian daguku. Aku menengadah ingin tahu apa yang dia lakukan sesaat dia menikmati pagutan dan kecupan bibirku didaerah sensitivenya. Wajahnya masih menengadah dan mulutnya masih membuat bunyi bunyian mendesis seolah olah seekor ular yang sedang bersiap siap memangsa seekor tikus.
Aku gerakkan tangan kananku keatas mendekatkan pisau cukur dan menempelkannya dibagian rambut atasnya dan “Cret cret”
Sri kaget dengan apa yang aku buat. “Mas Polie ngapain?” katanya panic bangun dari kenikmatan yang baru saja dia alami.
“Aku mau potong rambutmu yang ini Sri……..”kataku menunjuk kearah vaginanya.
“Aku kaget mas……………kenapa mas tidak bilang bilang” rajuknya
“Aku takut kamu menolak” jawabku sekenanya
“Kalau aku menolak bagaimana” tanyanya memandangku
“Aku akan rayu kamu Sriii………….”jawabku lagi
“Aku mau tahu kenapa mau potong rambutku?” tanyanya lagi
“Aku penasaran dengan itumu Sri……..” kataku sambil mendekatkan wajahku kepahanya lagi
Aku ingin lanjutkan menciumi paha depannya dekat segitiga yang dia jepit ketika tangannya menghalagiku. Aku terus dorong wajahku dan julurkan lidahku mengenai pahanya. “Ohohhhhhhh mas……..erangnya lagi. Pertahanan tangannya melemah dan aku siap mencium lagi. Dia mundur dan aku tidak mau kalah begitu saja. Aku kejar posisinya yang mundur dan wajahku ditahan dengan tangannya. Aku putar kepalaku menghindari pertahannannya dan dia terjepit dia tembok bak mandi. Aku terus maju tangan kiriku mendekap pantatnya dan aku tarik kedepan supaya paha depannya mendekat kemukaku. Sambil menunduk dia tertawa terpingkal pingkal melihat ulahku. Tapi dia kelihatan pasrah begitu saja dan membiarkan wajahku tersembunyi dijepitan kedua pahanya.
“Ooooooooh masssssss zzzzzzzzz” desisnya memanjang.
Aku semakin beringas dengan respon yang dia kumandangkan. Lidahku menjalar kemana mana dan tak luput bagian rambutnya yang lebat terjamah oleh lidahku yang memanjang.
“Ooooooooohhhhhhh massssssssss pintar sekali bikin aku high. Aku kenapa mudah sekali jatuh kelidahmu ya” katanya lirih.
Tangan kananku kembali bergerak aku ambil lagi pisau silet yang aku letakkan di lantai dan menempelkannya dia atas gundukan lemak vaginanya.
Dia tidak meronta atau bereaksi negative.
“Biar aku selesaikan mencukurnya Sri…….”katanya lagi
“Jangan mas………. Nanti kalau aku pulang bagiamana?”
“Bagaimana apa maksudmu?” tanyaku
“Pacarku kalau ingin tahu siapa yang mencukur rambutku bagiamana? Jelasnya
“O…..o memang dia pernah melihat itumu Sri…….?” Tanyaku padanya
“Aku kawatir saja mas…….siapa tahu nanti kalau aku ketemu terus dia mau melihat seperti mas Polie lakukan sekarang ini bagaimana?’ katanya
“Aku kira rambut yang disini bisa tumbuh cepat” kataku
Aku gerakkan lagi tanganku untuk melanjutkan tapi pahanya dia rapatkan.
“Awas Srii jangan banyak gerak, dagingmu nanti kpotong bagaimana”
Tangan kiriku meraih rambut rambut di atas vaginanya dan tangan kananku kembali bekerja. Aku goreskan turun perlahan lahan. Aku lepaskan tangan kiriku dari belahan pahanya dan meraih sabun mandi lifebuoy yang sering aku pakai. Aku oleskan sabun itu supaya mempermudah pemotongan rambut rambut yang panjang itu.
“Oooooooohhh mas……..geli Oooooh gosokkanmu mas” teriaknya. Tubuhnya membungkuk dan mendekap kepalaku.
“Sudah mas ya………….jangan diteruskan. Aku tidak kuat digosok dan dipegang pegang bagian ituku. Mungkin aku mau menstruasi jadi agak peka.
“Jangan dong Sri……..kan nanggung kalau dihentikan sekarang” bujukku
Aku gerakkan tangan kananku mendorong tubuhnya supaya tegak. Bulu bulu yang tercukur menempel di jepitan pisau silet. Terpaksa aku harus bersihkan dulu dan celupkan lagi keair. Aku oleskan lagi sabun yang ditangan kiriku dan menggosokkan silet kebagian atas dan menuruni berulang ulang.
“Sriiii, kamu duduk di bibir bak mandi ya…….supaya pemotongannya cepat.” Pintaku
“Duduk bagaimana mas….?” Tanyanya
“Aku berdiri dan mengangkat satu kakinya keatas dan aku melihat lipatan bibir vagina yang jelas. Kulit bersihnya sangat kontras dengan rambut rambut hitam yang tumbuh disana. Bagian lipatan selangkangannya kecoklatan. Bibirnya tebal dan aku ingin sekali mengecup bibir tembemnya. Tapi aku tahan dulu. Aku lanjutkan pemotongan rambut jembutnya dan aku kadang kadang menyenggol clitorisnya dengan sengaja.
Erangan sering terdengar sesaat aku menyenggolnya “Oooh mas, kenapa kamu suka mengganggu aku?”
“Aku tidak ganggu kamu, aku hanya ingin bersihkan rambutmu yang ini loh tumbuhnya tidak beraturan” jelasku
“Tapi kenapa harus senggol senggol itilku” katanya sambil bertanya
“Mana aku sengaja, yang mana sih” kataku menggodanya “Oooooooh yang ini ya” sambil kupegang sengaja clitorisnya” Oooooooooooooohhhhhhh massssss badannya membungkuk meraih kepalaku dengan erat dia sembunyikan wajahku kebagian dadanya yang kenyal.
“Awas Sriiii…………bisa kepotong perutmu nanti, aku sedang bawa sebuah silet tajam” peringatku kepadanya.
“Tapi masssss kenapa harus sentuh ituku” tanyanya
“Aku kan tadi sudah bilang kalau aku tidak sengaja, apa aku kurang jelas?” tanya ku
“Ooooohhhhh mas aku mau begituan rasanya, aku ngga tahan. Seluruh memeqku rasanya gatal tapi aku tidak tahu bagian mana yang harus digaruk. Rasanya gatalnya lain lain” jelasnya.
Tiba tiba dia berdiri dan menarik lengan tanganku keatas mengajakku berdiri.
“Ayo mas tolong berdiri” dan dia menciumku dengan buasnya. Dia tarik batreiku dan dia jepit kedalam jepitan kedua pahanya.
“Ayo mas digerakkan batreimu, ceepppaaaaat mas” sambil merengek dia gerakkan tubuhnya maju mundur. Palkonku lepas dari jepitannya dan kembali dia pegang dan masukkan kedalam jepitan pahanya dan kembali palkonku terasa hangat.
“Mas goyangkan pantatmu mas’ dia tekankan pantatku kearahnya sehingga aku merasa menyodok sesuatu. Terasa enak juga dan licin karena masih ada sisa sisa sabun yang menempel dibagian jembutnya. Aku menikmati keadaan yang sangat erotik itu dengan gerakan gerakan semakin lembut. Posisinya yang berdiri tidak membuatku leluasa untuk menggerakkan pantatku maju mundur karena penisku tidak bisa terjepit rapat.
“Kamu duduk dibibir bak mandi Sri…..sebelah sini” tunjukku dan menepuk bagian bibir bak mandi dimana dia bisa duduk. “Renggangkan pahamu sedikit supaya aku bisa lelbih leluasa” kataku
“Tapi bagaimana nanti kalau masuk mas?’ katanya mengingatkanku.
“Aku jaga supaya tidak masuk Sri, aku kan sudah janji padamu” Kalau kamu nanti merasa masuk, kamu juga ingatkan aku ya” kataku tidak mau disalahkan kalau keterusan.
Dia buka pahanya sedikit lebar dan aku bergerak maju kedalam belahan pahanya. Akses yang kudapat sangat pas sekali dengan posisi duduknya. Vaginanya nampak dari angle mataku dan batreiku sudah meluncur kearahnya. Dan aku sangat sadar apa yang akan terjadi, aku dekankan kepala batreiku dan menyentuh sesuatu disana. Sesuatu yang licin dan lembut serta hangat. Rambut rambut yang lebat seperti sebuah hutan lebat yang menyelimuti sebuah rumah. Aku tidak mau terpaku dengan vaginanya. Aku cium bibirnya supaya dia tidak terkonsentrasi pada vaginanya. Sensasi yang timbul diluar perkiraanku. Aku mengira ini hanya membuatnya nikmat tetapi akupun juga menikmatinya. Bibirnya menghisap lembut lembaran bawah bibirku dan dia julurkan lidahnya yang hangat menyapu seluruh rongga mulutku.
Aku gerakkan pinggulku dan menekan kearah vaginanya. Sudah menempel dibagian sana tetapi aku tidak yakin apakah ujungnya sudah berada tepat dimulut vaginanya. Ada kehangatan yang menyeruak dari ujung batreiku dan menjalar keseluruh otot dan tubuhku. Aku tarik lagi pantatku dan mendorong dengan pelan kedepan. Bibir kami terlepas dan kudengar desis panjang dari mulutnya.
“Sssssss…….”suaranya menggetarkan dada, tiba tiba tangannya bergerak kebawah dan mencengkeram batangku. Aku tercenung sejenak dengan apa yang akan dia lakukan.
Dia arahkan ujung palkonku kesebuah tempat dan mendorong lagi pantatku. Palkon ku menyentuh sesuatu yang lembut dan hangat.
“Ayo mas……dorong pelan pelan mas………. Dibagian itu.” Katanya lirih.
Aku cium pipinya dan menjalar kebelakang telinganya. Aku tidak fokuskan lagi kevaginanya. Aku jilat daun telingangya dan menggesek gesekan palkonku kedalam lipatan pahanya. “Ooooooooooooohhhhh mas…………enak sekali disitu mas…….. Aku ingin dimasukkan mas………… tapi pelan pelan ya.” Pintanya.
Aku tidak hiraukan permintaanya, aku teruskan permainan lidahku dan dorongan palkonku kearah vaginanya yang sudah sangat licin. Palkonku sudah mulai lagi menyeruak kedalam jepitan pahanya. Kudorong pelan sekali kedalam dan “Ooooohhhhh Sriiiiii enak sekali” aku menengadah menikmati gesekan palkonku dengan daging empuknya.
Aku dorong lagi pelan dan goyang sambil melihat kebawah sana, apa sudah mengenai sasaran. Kudorong lagi pelan sekali “Aduh mas sakit ……………?!!!” Aku kembali mundurkan pantatku sambil melihat kearah matanya. Dia melihatku juga kearah mataku. Aku tidak tahu apa yang ada dalam pikirannya tetapi aku bertanya tanya, apa yang dia akan katakan.
“Tadi sudah menempel dibibir vaginaku mas, rasanya enak sekali. Gatalnya minta ditusuk tusuk. Tapi tiba tiba ada rasa sakit” dia memberitahuku. Wajahnya yang penuh nafsu menginginkan lebih, akupun juga demikian. Kembali kupeluk dia dan menciumnya sambil meraba dibagian vaginanya.
“Aku mau ini Sri………..”kataku lirih kepadanya. Tadi rasanya enak sekali.
“Aku juga mau batreimu mas…………..tapi aku mungkin tidak akan berikan kepadamu sekarang, bagaimana kalau hamil, mau bertanggung jawab?”
“Aku tidak tahu Sri………..apakah aku mampu bertanggung jawab kalau sampai kamu hamil” aku menjawabnya jujur.
“Aku juga tidah mau hamil muda mas………….., aku belum tentu jalan sama mas terus” aku punya calon suami dikampung.
“Ya sudah Sri………kita selesaikan dulu ya cukur rambutnya. Aku mencium bibirnya dan mengenyotnya dalam dalam. Kembali pantatku didorong kearahnya dan palkonku sudah kembali kedalam jepitan hangatnya. Dia lepaskan bibirnya dan berkata,
“Mas…………..indah sekali ya disini. Aku ingin sekali menikmati kebersamaan denganmu”
“Apanya yang indah Sri…………..kita kan didalam kamar mandi, tidak ada pemandangan apapun disini.” Jawabku sekenanya.
Palkonku sudah terasa senut senut menunggu kelanjutannya tapi kata katanya tentang kehamilan mengingatkan aku tentang resiko dan tanggung jawab. Aku mundurkan pantatku dan memegang batreiku yang masih gagah. Aku jongkok sementara dia masih duduk dibibir bak mandi. Aku renggangkan pahanya dan mendekatkan wajahku kedalam jepitan pahanya. Pemandangan indah didepan mata, ragu ragu dia membiarkan aku mendekatkan bibirku untuk menciumnya. Dia pegang kepalaku yang sudah mendekat dalam sana. Bibirku menjulur kedepan dan mengenai permukaan bulu bulu vaginanya. Kembali aku cukur rambut rambut vaginanya. Dia renggangkan pahanya memberiku akses untuk mencukur rambutnya.
“Hati hati mas…………aku tidak mau terluka disitu” teriaknya.
“Jangan banyak goyang sri………..” peringatkanku
“Aaaaaaaaaaah aku geli mas………… jangan kamu sentuh sentuh bagian sensitivenya dong…….?!!!” Pintanya
“Mana aku tahu kalau bagian itu sensitive” kataku
“Aduuuuh mas enaknya kalau kau pegang disitu” teriaknya lagi.
Vaginanya Sri dikerumuni rambut rambut yang lebat dan tidak mudah mencukurnya. Baru beberapa kali mencukur sudah banyak yang nyangkut didalam celah silet. Aku oleskan sabun supaya mempermudah pencukuran. Beberapa helai lambut tenggelam dan menempel dibagian celah bibir bibir vaginanya. Aku tarik satu dan dia menjerit
“Mas……..jangan ditarik begitu, aku sakit dan gatal, jangan lagi digitukan” katanya memohon.
“Sorry sri………..aku hanya ingin tahu” kataku
Vaginanya sudah berlumuran cairan kental yang meleleh menlumuri seluruh permukaan vaginanya. Aku semakin jelas seluk beluk vaginanya seiring dengan kegiatanku memotong rambut rambutnya. Kadang kadang dia menggoyang vaginanya karena merasa tergoda dengan kenikmatan sentuhan sentuhan jariku didaerah sensitivenya.
“Mmmmmmmmmmaaaaaasss aku ngga tahan” teriaknya
“Ayo massssss……….jangan lambat begitu” aku mau batreimu lagi
“Sabar Sri………..aku ingin selesaikan dulu bagian bawahnya, tinggal sedikit saja”
“Tapi aku ngga tahan mas kalau terus dipegang daerah situnya!” katanya
“Iyaaaa aku tahu. Tapi jangan banyak goyang buka lagi pahamu supaya aku bisa lebih leluasa” petunjukku
Sri sudah mulai membuka pahanya dan bibir vaginanya yang berwarna coklat gelap semakin nampak. Keindahan vagina pertama kali terpampang jelas didepan mata. Kudekatkan wajahku kevaginanya dan kucium bahu khas sebuah vagina. Kutempelkan ujung lidahku menyapu bagian luar bibir vaginanya yang sedikit tebal”
“Ooooooooooooohhhhhhh mas” dia cengkeram kepalaku mengarahkan dimana yang harus aku sapu. Bagian atas bibirnya kulihat clitoris yang sering membuatnya mengerang. Tapi aku tidak arahkan kesana. Aku ingin menikmati indahnya bagian INDAH seorang wanita. Ken Arok memang luar biasa pintar, sehingga saat Ken Dedes menuruni kereta kudanya dia mampu melihat pancaran indah pancasona vagina Ken Dedes.
Hal yang sama kulihat jelas didepan mata, indahnya sebuah gundukan dan tumpukan lemak membentuk sebuah benda yang disebut vagina. Pengalaman pertama seorang pria tidak mudah terlupa. Aku kembali jilat dan sapu bagian bagian itu, tangannya memegang rambutku kuat kuat yang terasa semakin panas. Semakin mendesah desah mulutnya, aku semakin giat melakukan jilatan dan sapuan baik kearah bawah maupun atas. Kesamping kanan dan kiri erangannya semakin menjadi jadi “Aaaaaaaaaaaaahhhhhh mas Polie seirama dengan tarian lidahku. Pahanya mulai menjepitku, nafasku terhambat dan tidak leluasa bergerak. Bibirku mengenai mulut vaginanya. “Oooohhhhhhhhhhhhhhhh masssssssssss” pahanya meregang dan nafasnya bertalu talu memburu cepat tangannya melepas rambut rambutku yang terasa sakit. Terhempas dia turun dari bibir bak mandi dan memelukku. Jongkok berhadapan didepanku dan memandang kearah mataku.
“Mas…………enak sekali rasanya. Terima kasih ya” katanya dengan lemas.
Aku berdiri sambil meletakkan pisau cukur disudut bibir bak mandi. Ku tarik lengannya supaya dia berdiri juga. Aku rengkuh tubuhnya dan mendekap tubuhnya yang lunglai kedalam pelukanku. Dia diam saja sambil nafasnya mendengus dengus. Badannya masih tidak bertenaga sedangkan batreiku rasanya semakin mendidih.
Pikiranku kembali melayang membayangkan batreiku yang menyodok nyodok mulut vaginanya. Masih terngiang jelas saat dia mengatakan kesakitan “Mas Sakiiiiit” Bayangan itu menimbulkan percikan api nafsu yang semakin menggelegar. Aku juga ingin menikmati indahnya sex pikirku. Tapi bagaimana caranya ngomong kedia.
Tiba tiba dia bergerak dalam lamunanku, tangannya bergerak turun membelai batreiku”
“Mas Batreimu keras sekali, aku suka kalau hangat seperti ini apalagi keras, Aku mau puaskan mas” katanya. Dia kocok penisku dengan lembut “Oooooohhhhhhh sri……….tanganmu pintar sekali”
“Ayo kita mandi dulu, aku ingin selesaikan ini dikamar saja” pintaku.
----------------------------
Kamar tidur merupakan tempat yang paling tepat untuk menuntaskan hasrat yang sangat kuat karena hasrat yang kuat biasanya dibarengi sebuah letupan besar yang terbendung dan ambrol untuk menyisakan rasa lelah dan lemas.
Kita mandi dengan cepat sambil saling menyabuni punggung dan badan. Sri kelihatan masih sange dengan kepolosan tubuh kita. Sehingga dari kedua matanya dan mangkok dadanya yang menjulang masih ada bentik bentik tonjolan kecil disekeliling putingnya.
Aku keluar dari kamar mandi sambil membawa pisau silet yang tadi aku gunakan untuk mencukur kumisku.
“Mas kenapa bawa pisau siletmu keluar?” tanyanya
“Tadi aku belum selesai dengan cukuranmu Sri………” kataku menoleh sambil senyum
“Belum puas menyiksa aku ya mas? Katanya sambil mencibir
“Ooooooooohhhhhh aku rasa kok bukan sebuah penyiksaan toh Sri……., kalau kamu tersiksa kamu sudah melarikan diri kan?” jelasku lagi sambil senyum lebar “Bukannya kamu tadi justru lari mendekat” timpalku
“Awas nanti gantian deh…………..biar aku yang menyiksa mas Polie…” ancamnya kepadaku
Sri berjalan mendekatiku dan memelukku dari belakang, dadanya yang montok menempel dibagian punggungku. Tangan kirinya menelusuri dada dan menuruni perutku terus turun kearah Batreiku yang masih kendang dan keras.
“Mas……………….enak kalau dipegang begini” tanyanya
Aku berbalik menghadapinya dan tangannya terlepas dari batreiku. Aku melihat matanya dan bertanya kepadanya “Sri………tanganku kalau dibagian ini enak tidak rasanya”
“Oooooooooohhhhhh mas, enaaaaaaaaaakkkk” katanya mengerang dengan ejekan
“Hahahahahah kamu seperti pemain sinetron yang sedang digarap sama sutradaranya Sri” kataku mengejek
“Iya tidak mengapa sih kalau sutradaranya Mas Polie” elaknya
“Ya sudah sini aku mau menggarap kamu Sri……..” sambil kutarik kekasurku yang dilantai.
Kurebahkan tubuhnya dan kembali aku menikmati tubuhnya yang mulus. Sulit rasanya memalingkan wajahku dari kemolekan dan halus kulit pahanya. Aku ingin tenggelamkan lagi sekali untuk bisa menciumi vaginanya. Aku menjalarkan lidahku kebagian perutnya sedangkan tangannya sudah menjulur kearah selangkanganku. Tangannya mencengkeram bola ping pong yang berada disarang dan meraba raba. Rasanya mataku melek merem menikmati belaian kedua tangannya yang halus.
Bibirku mengecup daerah puncah vaginanya dan mulutnya mulai mencercakan suara “Ooooooooooohhhh mas…………..aku semakin high lagi”
Aku tidak mau mengentikan suara suara merdunya. Aku renggangkan pahanya dan membiarkan lidahku mengexplore ruang vital didalam celah bongkahan pahanya. Pucuk pucuk rambut alat vitalnya sudah tercukur tapi masih belum rapi. Beberapa helai rambut masih panjang diantara jepitan bibir vaginanya yang setengah tebal. Aku melirik kdalamnya dan melihat cairan kental bening sudah meleleh.
Aku kembali menjulurkan lidahku kemuaranya yang berada ditengah bawah. Dan gesekan lidahku membangkitkan percikan kuat didalam tubuhnya dan memicu sebuah gerakan erotic. Gerakan dan goyangan terus dia liukkan seirama dengan sentuhan bibirku dibibir lobangnya.
“Oooooohhhhh massssssssss aaaaaaaaaahhhhhhhhh aku ngga tahan mas, ulangi lagi disitu mas…………..enaaaaaaaakkkkk sekaaaaaliiiiiiiiiOoooooohhhhhh aku ngga tahannnnnnn. Zzzzzzzzzzz “ erangnya
Cairan bening menempel diujung lidahku dan rasa asin yang aneh terasa. Aku tidak pedulikan rasanya yang aneh itu dan meneruskan kegiatanku untuk mengexplore. Batreiku sudah ditinggalkan oleh tangannya dan aku merasakan cairan licin juga menetes dari lobang palkonku.
Aku terus bergerilya mengobok obok vaginanya dengan lidahku. Aku sibakkan vaginanya dengan tanganku dan menjulurkan lidahku menggerogoti seluruh bibir dan clitorisnya. Jeritan dan erangan kenikmatan sudah bertalu talu terdengar.
Aku berhenti sejenak tapi tiba tiba pahanya menjepit kepalaku dan menariknya kearah vaginanya yang sudah aku tinggalkan sejenak tadi.
“Ayooooo mas…….cepat sedikit aku sudah mau sampai…………ayooooooooo massssss aku sudah tidak tahan lagi. Kenapa mas tunda untuk memuaskanku” teriaknya tidak sabar.
Aku ulangi lagi dan fokuskan pada tombol pemicu nafsunya. Dan betul dengan gempuran gempuran lidahku kearah klitorisnya jepitan kedua pahanya yang empuk dikepalaku semakin kuat. Aku hampir saja tersiksa karena sesak nafas yang dia buat.
Tiba tiba dia lepas pahanya dan tangannya menarik kepalaku untuk meninggalkan lobang kenikmatannya.
“Masssssss…………aku mau itu mas……………ayo naiki aku” pintanya
Kesadaranku kembali muncul dan bayangan hamil dan tanggung jawab masih membayangiku. Aku mau kasih makan apa dia nanti. Aku juga tidak mau meninggalkan cita citaku dan impianku serta masa depanku hanya untuk sebuah rasa nikmat sementara.
Aku layani seperti yang dia minta dan kunaiki dia tanpa harus menancapkan batreiku kedalam lobang nikmatnya.
Aku gesekkan batreiku dicelah celah bibir vaginanya yang sudah licin dan merasakan kenikamtan juga. Ingin sekali aku menancapkannya dan menenggelamkannya seluruhnya kedalam vaginanya yang basah dan licin.
Aku pancing pancing dengan cara dorong tarik dan dorong tarik sehingga tidak sampai masuk kedalam vaginanya.
Dia tarik kepalaku dan mengecup bibirku keras keras lidahnya menari mani kedalam rongga dadaku. Kulepaskan tautan bibirnya dan berkata.
“Kamu tutup pahamu Sri……..aku ingin kau jepit batreiku dengan pahamu”
“Mas………..aku mau lanjutkan permainan ini. Aku ingin lebih lanjut” katanya
“Pacarmu nanti akan kecewa denganmu kalau kau berikan kepadaku” kataku sambil memandang kearah matanya.
Dia terdiam dan memandangku lagi.
“Cepat tutup pahamu jepit batreiku. Tempatkan dimana kamu mau tapi jangan sampai masuk!” kataku lirih. Keinginan untuk berbuat lebih terbuka lapang bagiku tapi keinginan untuk kesana ada penghalang rasa takut bahwa dia akan hamil.
Sri melakukan apa yang aku katakan dan menutup pahanya sedikit terbuka dan dia meletakkan batreiku kedalam jepitan pahanya. Cairan licin membantu kita untuk beraktifitas dan mempermudah gerakan batreiku maju mundur. Jepitan pahanya yang tidak terlalu ketat memberikan kenikmatan.
“Apakah seenak ini jepitan vagina ya?” tanyaku dalam hati.
Sri menggoyang goyangkan pinggulnya dan friksi antara pahanya dan palkonku semakin besar dan kuat. Denyutan denyutan dikepala palkon juga sudah terasa. Wajahnya Sri memandang kearah dengan mata yang sayu.
“Mas menikmati ini ya?” katanya
“Ya sri………..aku senang seperti ini”
Dia buka kembali sedikit pahanya dan ujung palkonku menabrak dinding luar vaginanya.
Sedikit aku dorong kedepan dan menikmati gesekan.
“Yaaaaaa Srrrriiiiiii enaknya……………aku juga mau vaginamu Sriiiiii tapi aku takut.” Kataku berbisik
“Yaaa mas aku juga ingin Kontholmu, enaknya bagaimana ya” tanyanya lirih
Aku naik turunkan lagi dan dia goyangkan pantatnya ke kanan dan kekiri dengan pelan. Gesekan gesekan itu semakin intensive memicu kenikmatan yang tiada terkira. Baik erangannya dan erangkanku semakin menggebu. Tidak ada orang yang mengganggu dan interupsi semuanya berlangsung ditengah kesunyian dan ketenangan. Hanya suara suara desahan dan teriakan teriakan kecil dari mulut kita yang menggambarkan keindahan dan kenikmatan kita.
“Masssssssss tekan terus disitu ooooooooooooohhhhhhhhhhh” suaranya menggema keseluruh lorong telingaku.
Doronganku semakin kuat dan pertahanan yang aku jaga sejak toko tutup lepas oleh semburan sperma yang menghanyutkan jiwa dan rada.
Lemas
Lunglai
Nikmat
Denyutan otot otot orgasme terasa dan cairan itu meleleh dalam balutan sejuta rasa yang tak terukur.
------------------------------------
Menikmati indahnya hari hari bersama Sri memang tiada duanya, selama hampir dua minggu kita habiskan bergumul diranjang melintasi malam malam yang gelap. Indahnya tidak pernah sirna dari ingatan yang paling dalam. Keindahan seonggok badan yang ramping dan tonjolan dada 34 C serta potongan celana dalam yang tinggi sering terlintas dibenakku mengingat masa masa itu bersama Sri.
Teringat canda tawa dan jenakanya membuat hati terhibur dan memberikan sebuah kenangan masa masa pertama menjinakkan seorang wanita. Kadang kejenakaannya membuat kejengkelan sesaat karena permainan permainan yang hampir menyerempet kearah serius. Tetapi selama delapan bulan total keseluruhan dia bekerja denganku hal yang paling menyenangkan adalah disaat saat kita habiskan malam malam indah dengannya.
Suatu kali sesaat sebelum pulang kampung karena hampir natal dan menyambut tahun baru, Sri membisikkan kepadaku.
“Mas………….”katanya setengah berbisik
“Kenapa Sri……….” Katanya sambil menoleh kearahnya
“Aku keguguran mas……….” Katanya
Aku kaget dengan caranya mengungkapkan bahwa dia keguguran. Aku pandang sesaat kearahnya dengan penuh kecemasan.
“Sri……..apa kamu hamil” tanyaku dengan penuh ingin tahu. Kecemasan yang timbul setelah menikmati tubuh telanjangnya setelah beberapa hari. Kekagetanku semakin menjadi karena dengan mimik muka serius dia berkata
“Mas Polie boleh merasa lega sekarang karena tidak perlu bertanggung jawab atas musibah ini” imbuhnya
Aku semakin kalut dibuatnya
“Wah gawat nih Sri……….., kenapa kita tidak hati hati” tanyaku
“Hati hati kenapa mas………….? Hati hati menumpahkan sperma ya mas?” katanya dengan senyum kemengan” “hehehehehe mas ketipu ya” jebakannya berhasil
“Aku mens mas…………..jadi kita ngga bisa begituan nanti malam. Karena aku keguguran. Bidan berkata aku ngga boleh melayani dulu Mas Polie selama seminggu hingga kandunganku bertambah kuat. Baru kita kembali bisa beraktivitas diatas ranjang lagi seperti biasa” katanya cengar cengir
“Allllllaaaaa Sriii kau bikin aku kaget saja” kataku sambil mendekapnya
Dia pasrah saja membalas pelukanku dan aku memeluknya erat erat. Kukecup hidungnya dengan sayang. Dia tenggelamkan kepalanya kedalam dadaku yang kosong dan membiarkan wajahnya menempel disana. Pelukannya tambah erat kebadanku seolah olah tidak ingin lepas. Selama ini aku tidak pernah mengucapkan kata “Sayang” atau “Cinta” kepadanya tapi apalah arti sebuah kata sayang atau cinta bila hanya di mulut saja.
Kelihatannya Sri juga tidak butuh pernyataan sejenis itu sehingga dia tidak menuntut aku mengucapkan kata kata itu kepadanya. Bahasa tubuh nampaknya lebih bermakna dari pada kata kata yang terucap dari mulut. Belaian tangan dan usapan jari jari kewajah dan rambutnya jauh lebih berarti karena itu adalah bahasa yang lebih murni dan tulus karena digerakkan dari hati dan diusapkan sepenuhnya. Kata kata mudah terucap dan berlalu tapi belaian dan usapan selalu terasa meninggalkan jejak jejak yang dalam dihati.
“Sri, aku ingin mengajakmu jalan jalan ke Tawangmangu didaerah jawa tengah. Aku ingin tunjukkan sebuah air terjun kepadamu. Disana kamu bisa menikmati pemandangan yang indah, alam yang hijau dan udara yang sejuk. Cuman aku tidak tahu kapan aku bisa bawa kamu kesana.” Kataku
“Sungguh mas, aku mau sekali. Selama hidup aku belum pernah pergi kemana mana untuk melihat lihat kota lain. Tapi aku ngga punya uang untuk kesana mas. Kesana pasti mahal mas ya? Tanyanya lagi kepadaku
“Tidak juga kita naik kereta api saja dan terus kita turun di Surakarta baru kita naik bis kesana” jawabku “Aku sudah kumpulkan uang untuk beberapa hari disana. Yang jadi masalah kita ketemu dimana, supaya kita bisa pergi tanpa ketahuan Mas Jaya.” Kataku
“Memang kenapa mas kalau ketahuan Mas Jaya” tanyanya lugu
“Aku ambil uang toko untuk biaya jalan sama tinggal disana” kataku menjelaskan
“Bagaiamana kalau sebelum aku pulang ke Pujon saja supaya aku bisa agak lama” katanya. “Perjalanan kesana berapa jam mas?” tanya Sri ingin tahu
“Aku tidak yakin Sri, kalau tidak salah 8 jam kalau naik kereta dan turun di Surakarta” kataku.
“Trus kalau dari Surakarta ke Tawangmangu berapa lama?” tanyanya lagi
“Mungkin 1 jam sampai 1,5 jam lah” aku tidak yakin.
“Atau sebaiknya kamu pulang dulu ya Sri ke Pujon? Setelah itu kita ketemuan di Bungurasih atau di stasiun kereta di Krian. Karena di Sda tidak ada kereta jurusan Surakarta.
“Ya sudah kalau begitu, nanti kita atur lagi saja dimana dan kapan kita akan ketemuan.” Jawabnya kepadaku.
Sore itu setelah toko tutup kita berada di lantai dua sedang nonton TV. Aku tidak ingat acara apa yang kita tonton tapi kita sedang berada dikamarku.
“Mas……..aku mau tanya, tapi jangan marah ya?” pintanya
“Memang kenapa Sri, pertanyaanmu apa kok kamu pikir aku akan marah sama kamu?”
“Mas ……..kalau aku tidak perawan lagi apa kira kira mas masih mau sama aku?” katanya lirih
“Memang kamu sudah tidak perawan ya Sri……..?” tanyaku
“Aku belum pernah melakukan begituan mas. Aku hanya tanya saja sama kamu apakah kira kira kamu masih mau sama aku atau tidak kalau aku sudah tidak perawan lagi” jelasnya
Mataku memandang kearahnya dan matanya memandangiku sambil menilai reaksiku terhadap pertanyaanku.
“Aku tidak tahu Sri …………..apakah aku akan marah sama kamu atau tidak. Aku sendiri tidak pernah berfikir apakah kamu masih perawan atau tidak?”
“Jadi maksudmu Mas?” tanyanya
“Mungkin aku sih ngga peduli ya. Karena aku tidak tahu perbedaannya apa antara perawan sama tidak perawan” jelasku lagi kepadanya.
“Mas………pernah tidak kepingin berhubungan sex denganku” tanyanya
“Wah sering kali Sri …………., saat aku memelukmu atau saat kita sedang bergumul aku sebetulnya ingin tuntaskan dengan bersetubuh denganmu. Tapi aku kadang ada rasa takut dengan hubungan ini, kalau kita ngga bisa bersatu aku takut apa yang terjadi denganmu nantinya. Apakah kamu tidak akan pernah menyesali apa yang akan kita perbuat sekarang” kataku lirih
“Aku juga ingin sekali melakukan begituan sama kamu mas, aku sebetulnya tidak takut dengan resiko itu cuman aku takut kalau nanti suamiku tidak bisa menerima keadaanku. Aku akan bagaimana dengan hidupku” katanya
“Aku juga memikirkan hal itu Sri…………….” Kukecup dahinya dengan lembut dan kudekap kepalanya didadaku.
“Mas…………..kalau aku tidak perawan lagi dan aku mau berhubungan denganmu kira kira Mas Polie masih mau” katanya lirih
“Aku tidak tahu Sri……….lebih baik kita jalani saja seperti ini” kataku. “Memangnya kenapa kamu bertanya pertanyaan seperti itu kepadaku” lanjutku
“Aku nanti kan pulang mas dan pasti aku akan ketemu sama pacarku dikampung. Kalau aku sampai keterusan dan menyerahkan perawanku kepadanya kira kira mas masih menerima keadaanku tidak”
“Wah kenapa sampai sejauh itu Sri” kataku kepadanya
“Karena aku yakin mas tidak mau berhubungan denganku saat ini karena mas mau menjagaku untuk yang satu itu. Tapi kalau aku sudah tidak perawan lagi, mas tidak akan lagi harus menjagaku. Jadi kita bisa leluasa melakukannya. Yang jadi masalah apakah Mas Polie masih mau atau tidak menerima aku” katanya memelas
Aku semakin tahu arah pembicaraannya, dan tidak bisa berkata apa apa lagi.
“Aku tidak tahu Sri……..apakah akan ada perbedaan antara perawan atau tidak. Lebih baik kalau kita jalani saja hidup ini. Kalau itu rencanamu lebih baik lakukan saja seperti skenariomu.
“Apa yang mas rasakan sekarang ini?” katanya
Aku merasakan senang dong karena aku bisa memelukmu dan mendekapmu. Memang kenapa sih tanya begitu” kataku
“Aku hanya ingin tahu saja apa mas juga terangsang kalau kita sedang berdekapan seperti ini.” Katanya lagi. Tangannya menuruni perutku dan meraba raba batreiku dari luar celana.
“Kamu bilang kamu lagi mens kenapa kamu mau melakukan itu” kataku ingin tahu
“Memang mas tidak kangen sama aku” katanya
“Kalau aku kangen sama kamu, kamu bisa apakan aku” tantangku
“Aku bisa puaskan mas” katanya
“Caranya……….?” Kataku
“Pakai tangan ajaibku mas, jadi pasti deh mas akan kelabakan kalau sudah begitu” katanya dengan senyum nakal.
“heehehehehe boleh deh dicoba kalau begitu” kataku sambil membuka bajuku
“Eeiiiiittttt mau ngapain?” katanya menggoda.
“Mau coba tangan ajaibmu dong?” kataku
“Iiiiiiiiiiihhhhhh nafsu ya?” katanya
aku tidak menghiraukan celotehnya pada saat yang sama aku berdiri dan melepas kaosku dan celana pendek dan dalam sekaligus.
“Mas Polie sangat beringas sekali” katanya “seperti ngga pernah puas saja” lanjutnya
“Iya aku ngga pernah puas Sri………aku mau begini terus sama kamu” kataku sambil menunjukkan jempolku yang kujepit diantara jari telunjuk dan jari tengah.
“Gawaaaat, gawaaat aku membangunkan macan kelaparan” katanya berseloroh
Aku menunduk dan menarik kaosnya yang masih dipakai melepaskannya. Bhnya masih terpakai dan dadanya yang penuh menyembul seperti gunung yang ranum.
“Mas …………jangan kenceng kenceng ya kalau menyedot teteqku karena sangat sensitive sekali kalau lagi mens begini. Jangan dipencet pencet juga ya.” Pintanya kepadaku.
“Okay …………aku tenggelamkan wajahku kebelahan gunungnya yang menjulang dibagian luar dadanya. Aku hisap sedikit dibagian atas gundukan kiri gunungnya yang empuk dan aku tahan beberapa saat sehingga ada cupangan merah bergaris yang dalam.
“Aaaaaaah mas sudah lupa dengan janjinya sendiri, bagaimana aku bisa percaya”
“Janji apa toh Sri, aku tidak tahu?” kataku
“Itulah apa aku bilang Mas ini sukanya hanya janji saja. Tadi mas bilang tidak hisap kencang kencang tapi ternyata Mas bikin cupangan disini. Mas ini bagaimana sih, tidak bisa dipegang kata katanya”
“hehehehe sorry Sriii bukan karena aku lupa janji tapi gunungmu itu sulit untuk dibiarkan begitu saja” kataku menjelaskan.
“Mas suka sama teteqku ya?” tanyanya lagi
“Iya dong sri………….buka dong sri supaya aku bisa menghisapnya” pintaku
“Ngga mau deh mas, yang perlu kan Mas Polie jadi mas harus yang usaha dong” katanya menggoda.
“Aku kan masih bayi sri jadi aku belum bisa membuka BH sendiri” rengekku
“Iiiiiiiiihhhhhh maunya ngga mau dikalah deh” tangannya melengkung kebelakang dan membuka jepitan BH
-------------------------
Aku berbaring diranjangku dan dia berbaring di sebelahku. Aku pagut payudaranya dengan lembut dan erangan seorang cewek yang menahan birahi terdengar.
“Oooohhhh mas lembutnya bibirmu” katanya lirih.
Tanganku memegang bulatan daging dadanya dan mengelus elus daging empuknya. Aku selalu menginginkan moment moment indah seperti ini. Berada dalam dekapan dadanya dan menghisap putingnya yang menonjol kedalam rongga mulutku. Keindahan ini sepertinya selalu terasa setiap kali berpelukan.
“Mas…………kamu suka teteqku” tanyanya
“Kenapa kamu tanya itu lagi Sri?” kataku sesaat setelah melepaskan putingnya
“Aku takut mas tidak suka lagi” katanya memberi alasan.
“Aku selalu menginginkan inimu Sri…………” kataku sambil memandang matanya
“Kenapa mas?” desaknya
“Mmmmmmmm………mmm karena ini indah Sri?” jawabku
“Aku tidak mengerti kenapa Mas Polie bilang iniku indah” tanyanya
Aku tidak menjawab pertanyaannya lagi dan kembali sibuk mengulum putingnya yang ranum. Lidahku menari nari menguas putting yang ada didalam rongga mulutku. Lenguhan khas mulutnya keluar perlahan seperti desis ular “sssszzzzzzz…z..z.zzzz” tangannya meraba wajahku dan dengan tangannya yang lembut. Aku tergoda untuk memandangnya tetapi terhalang oleh tangannya yang sibuk menyibak nyibak rambutku. Putingnya semakin keras dan aku rasakan putingnya semakin menonjol”
“Ooohhhh mas…………..aku tidak kuat kalau kamu beginikan terus” katanya, dekapannya kekepalaku semakin kuat dan kakinya dia angkat satu menindihku. Kakinya juga memeluk erat kebadanku yang bawah. Aku berada full didalam rengkuhan badannnya yang setengah telanjang. Dadanya menempel erat diwajahku atau sebaliknya. Teteqnya menekan wajahku dan aku merasakan her soft gentle skinned breast. Rasanya selangit.
“Mas…………..?” katanya lagi sambil mendorong wajahku menjauhkannya dari dadanya.
“Kenapa lagi sekarang?” tanyaku setelah melepas putingnya.
“Yang satunya juga minta dikenyot” katanya sambil menunjuk putting yang satunya.
Aku kecup daging dadanya sebelum aku masukkan putingnya kedalam rongga mulutku.
“Oooohhhhhh mas,……………batreimu keras atau tidak mas?” tanyanya sambil menurunkan tangannya kearah batreiku yang sudah dari tadi menegang.
“Aku juga mau nyedot deh mas. Masa Mas Polie saja yang beraktivitas” Dia bangun dan putingnya terlepas dan dia bergerak dimana batreiku menjulang tinggi.
“Oooooooooohhhhhhh Sriiiiiii enaknya bibirmu, lembut sekali” kataku
“Mas gantian yang nikmati ya, biarkan Sri yang memuaskan mas.” Katanya kepadaku dan tangannya mulai bergerak keatas dan turun dari batangku” Jari jarinya lincah sekali menaiki dan menuruni batang batreiku yang kuat.
“Kenikmatan yang tiada tara terasa penuh menjalari seluruh tubuhku. Lidahnya menyentuh nyentuh kepala kontholku yang sangat sensitive mengirim getaran getaran yang hebat.
“Sriiiiii tersukan dong, tapi jangan digigit ya” pintaku padanya
“Aku yakin ini enak sekali kalau dipotong dan dimasak oseng oseng kulit konthol, pasti banyak yang mau beli” katanya
“Bisa lebih cepat sedikit Sri kocokannya, aku mau ini cepat keluar” kataku
“Oooohhh jadi mau cepat ya?, bayar berapa kalau mau dikasih cepat mas?” tanyanya
“Aku mau yang gratisan saja Sri……” kataku cepat
“Kalau mau yang gratisan ya harus sesuai dengan yang melakukannya mas” jawabnya
“Kamu sangat menjengkelkan Sri…………….” Ketusku
“Ya sudah kalau begitu, aku hentikan saja mas…………?” dia berhenti dan melepas batreiku dan cemberut.
“Eeeeet tidak kamu baik deh?” kataku membujuk sambil menarik tangannya untuk menggenggam batreiku lagi.
“Awas kalau bicara begitu lagi, aku akan ngambek” katanya dengan bergurau
“Awas juga kalau kamu sudah selesai Mens…………..gantian aku kerjai.” Balasku
Lidahnya kembali melingkupi seluruh kepala kontholku yang sensitive. Kepalanya turun naik seirama dengan gerakan tangannya.
“OooooooooooSri cepat sedikit………….aku mau keluar aaaaaaaaaaahhhhhhhhhhhh teruskan cepat sedikit lagi” kataku mendesaknya.
Terjangan nafsu yang hampir terlepas membuatku menegang dan semburan sperma muncrat dari lubang palkonku yang keras. Mulutnya masih menelan palkonku dan menerima semburan kencang spermaku dengan tenangnya. Otot otot yang kuat dibekuk dengan lembutnya lidah dan rongga mulutnya yang terus menghisap setiap tetes butir butir sperma yang keluar.
“Aaaaaaaaaahhhhhhhhhh enak Sri………” perasaan lega dan nafas yang tersengal membuatku sulit untuk menumpahkan kata kata kenikmatan yang timbul dari kontraksi kontraksi otot yang tak henti dari dalam.
“Enak Mas………….?” Tanyanya
“Iya Sri enak sekali, aku butuh kamu melepaskan yang satu ini.” Kataku dengan lemas
“Memang enaknya bagaimana sih mas? Tanyanya lagi
“Tidak ada bandingannya” kataku menjawab
“Sama roti tawar enak mana?” tanyanya lagi
“Roti tawar bukan apa apanya” jawabku
“Gantian aku dong mas…………..aku juga mau dilepaskan” pintanya kepadaku.
“Huh kamu kan lagi mens Sri…….bagaimana caranya supaya kamu bisa lepas? Jawabku.
“Mas ciumi saja aku, aku sudah terangsang sekali” imbuhnya
“Aku boleh pegang vaginamu Sri……….? Tanyaku padanya
“Jangan mas, sudah keluar darahnya!” katanya lagi
“Aku mau lihat Sri…….”kataku “Banyak ya darahnya?” tanyaku ingin tahu
“Belum mas, cuman sudah ada tanda garis di celana dalamku tadi pagi” katanya
“Coba aku mau lihat sekarang” kataku sambil mau menurunkan celananya
“Mas…….ini selalu sulit diperingatkan” tandasnya, sambil menurunkan celana dalamnya. Pahanya kelihatan ranum dimataku dan nampak jelas bahwa diapun kelihatan horny berat. Aku sempat melihat Vaginanya yang gundul.
“Tuh mas……………..lihat” dia menunjukkan celana dalamnya.
Aku melihat sebuah garis kecoklatan dibagian celana dalamnya pas dimana vaginanya menempel. Tidak merasa jijik dengan keadaan seperti itu aku tarik celana dalamnya kebawah dengan maksud mau melepaskannya.
“Mas mau apa……………?” Tanyanya kepadaku
“Kamu bilang kamu juga mau dilepaskan birahimu?” jawabku. Batreiku sudah kembali bergerak gerak melihat pemandangan dipangkal pahanya. Rambut rambut vagina yang aku cukur kemaren dulu sudah tumbuh lagi.
“Sri…………….vaginamu cantik deh kalau gundul begini.” Kataku sambil merabanya
“Oooooooooohhhh mas………………geli mas kalau dipegang begini. Aku tidak mau lagi kalau dicukur lagi rambutku” katanya
“Memangnya kenapa sih tidak mau digunduli” tanyaku ingin tahu.
“Rasanya gatal mas…………..rambutnya yang kecil kecil nerocos kecelana dalamku. Yang lainnya menusuk nusuk daging vaginaku. Rasanya selalu gatal” complainnya
“Tunggu sebentar ya, aku akan ambil alat cukurku”
“Memangnya kenapa mas?” katanya setelah melihatku kembali dari kamar mandi
“Sini aku cukur lagi supaya rambutmu yang tumbuh tidak terlalu tajam. Percaya aku besok tidak nusuk nusuk lagi” kataku sambil merenggangkan kedua pahanya.
Sri cukup kooperatif, dia tidak menolak pada saat aku memintanya merenggangkan pahanya dan semakin lebar akses yang diberikan padaku untuk memangkas rambut vaginanya. Rambut rambut vaginanya sudah tumbuh sedikit dan terlihat juga beberapa rambut vagina yang masih panjang tidak terpangkas hari sebelumnya. Setelah beberapa saat, gundukan vaginanya sudah licin kembali dari rambut rambut yang tajam.
Aku sempat pegang tonjolan klitorisnya dan mendengarkan erangannya. Cairan bening meleleh dari dalam Vaginanya dan sempat aku pegang, ingin aku menciumnya tetapi karena dia sudah keluar darah mensnya aku merasa agak jijik juga.
“Sri boleh aku lihat lobangmu” kataku meminta
“Jangan mas, aku tidak mau……………!” katanya
“Hanya melihat saja………” kataku sambil memegang bibir vaginanya.
Dia sempat menggeliat ingin menghindari tapi aku tahan kakinya untuk menutup.
“AKu hanya mau lihat saja sebentar, tidak lebih.” Kataku meyakinkan.
Aku kembali tempelkan kedua tanganku kebagian bibir vaginanya dan aku melihat gundukan itu menjurus kedalam daging pink segar. Aku sentuh dibagian itu.
“Ooooooooooohhhh mas…………gatal sekali disitu jangan dimasukkan jarimu ya” pintanya lirih.
“Tidak Sri………….aku hanya memegang bagian luarnya saja” jawabku. Jariku terus mengitari bagian luar dan sesekali aku tempelkan di bagian daging pinknya yang segar.
“Massssssss enak sekali disitu, kamu apakan siihh tadi” tanyanya
“Yang ini ya Srii?” tanyaku sambil mengulangi ulahku tadi.
“Iiiiyaaaaa mas situ………..oooooooooohhhhh enaaaaaaaakkk mas. Gatal sekali rasanya, garuk lagi disitu Masssssss” pintanya memelas
“Jangan nanti keterusan” kataku menggodanya
“Massssssssss ayolah mas……….., taruh lagi jarimu disitu
Cairan bening semakin membasahi mulut vaginanya yang tebal dan aku geser geserkan jari telunjukku kesemua permukaan wajah vaginanya.
“Disini licin sekali ……….loh sri. Tapi omong omong kenapa lobang vaginamu sangat kecil ya? Tanyaku padanya
“Ah masa sih mas?” jawabnya ingin tahu
“Iya mana bisa batreiku masuk kedalam? Ini lobang terlalu kecil” kataku padanya
Sri tidak menjawab tapi gerakan tubuhnya seirama dengan gerakan jari jariku yang memutari wajah manis vaginanya.
“Oooooooooooohhh mas jangan berhenti, teruuuuuuussss mas?” pintanya
Aku hentikan pekerjaan tanganku dan menghadapnya.
“Kenapa berhenti mas” tanyanya
“Kamu senang?” tanyaku padanya
“Iya mas…………….” Jawabnya lirih
Aku mencium bibirnya dan menindih tubuhnya. Pahanya tidak dia tutup, menerimaku dengan terbuka. Sentuhan ujung palkonku menyentuh bagian tubuhnya yang mana aku tidak tahu. Batreiku sudah kencang keras meminta makanan lagi. Kegiatan mencium bibirnya semakin intens untuk mengalihkan perhatiannya atas apa yang akan aku lakukan dengan vaginanya. Aku ingin sekali menusuk Vaginanya dengan batreiku yang keras. Tapi otakku masih waras dan tidak terbuai dengan kenikmatan sesaat.
“Sri………..tutup pahamu” kataku setelah melepas pagutan bibirnya.
“Biar begini saja mas…………..” aku ingin leluasa
Aku biarkan keinginannya dan membuat gerakan gerakan menusuk kebawah. Tangannya memegang pantatku yang telanjang dan menekannya kebawah seolah olah mengarahkan sesuatu lebih kedalam. Tidak ada rambut rambut vagina yang menghalangi palkonku.
Ujung palkonku semakin licin saja menyentuh nyentuh sesuatu.
“Oooooooooooohhh mas…………disitu saja” jangan digoyang
“Ooooooohhhhh Sriiiiii enak sekali rasanya” Gatal ya.
“Mas batreimu mau dimasukkan? Katanya
“Aku mau Sriiii tapi aku takut kamu hamil” jawabku
“Aku belum siap menghadapi hal seperti itu” bisikku kedalam telinganya
“Massssssssss. Enak sekali tempelkan disitu lagi mas. Yaaaaa begitu oooooooooooooohhh”
Tangannya terus menekan nekan pantatku, aku goyang goyang pantatku kekanan dan kekiri. Menyentuh ini dan itu sehingga menimbulkan sensasi yang nyaman diseluruh tubuhku.
Tiba tiba dia ambil palkonku dengan tangan kanannya dan mengarahkan kesebuah tempat dia bawah sana. Aku tidak tahu yang jelas dia merasa nikmat sekali karena erangannya tidak pernah putus putus. Aku tekan perlahan lahan dan tarik, aku sudah mengira disitu lubangnya. Aku tidak yakin, yang jelas disitu samgat licin dan Palkon ku selalu terpeleset.
“Oooooooooooooooohhhhh mas………enak sekali” jari jarinya tidak pernah lepas dari pantatku yang telanjang. Kadang kadang dia menekannya kuat kuat. Itu sebagai pertanda bahwa dibagian itu dia bisa merasakan kenikmatan yang dia inginkan.
“Oooooooooohhhhh mas……………” bibirnya menghisap leherku.
Akupun juga merasakan nikmatnya bercinta. Badanku menindihnya dengan nyaman dan aku merasa high. Tidak mau hal seperti ini berakhir. Keindahan yang tiada bandingnya menindih cewek yang sama sama menginginkan kepuasan.
“Oooooooooohhh mas…………sakit” teriaknya membuatku kaget.
“Sorry …………sri. Aku ngga sadar. Kataku sambil mencabut penisku. Aku duduk didepannya dan memeriksa vaginanya.
“Uuuuuuuhhhh untung tidak sampai masuk.” Pikirku
“Aku gosok saja ya vaginamu Sri………..” kataku
“aku tidak mau digosok dengan jarimu mas……….!” Katanya “Aku mau digosok dengan inimu saja” imbuhnya lagi sambil memegang batangku.
“Tapi kalau sampai masuk bagaimana?” tanyaku
“Mas harus Hati hati…………jangan sampai masuk” katanya
“Tadi sudah masuk ya” tanyaku
“Iya tadi sudah dibibir luarnya” jawabnya
“Kenapa kamu biarkan berlanjut?”
“Aku keenakan mas………? Jawabnya lirih
“aku juga merasakannya Sri………… enak sekali rasanya Vaginamu. Batreiku seperti terjepit dua bibir yang hangat”
“Sini aku jepit lagi” katanya sambil menarikku untuk menindihnya
Aku kembali diatas tubuhnya lagi. Aku ingin sekali mengulangi sensasi yang baru saja aku rasakan. Dia kembali menarik penisku dan menaruhnya dibagiannya yang dia rasa nikmat. Dia lepaskan batreiku dan tangannya kembali menekan pantatku.
Aku goyang ke kanan dan kekiri, karena aku takut menusuknya. Dia keenakan dari erangannya yang keluar dari bibir dan mulutnya. Kadang kadang desisnya memanjang menginginkan lebih jauh. Aku juga ingin terhanyut dengan situasi yang enak itu tapi kata hati selalu mengingatkanku. “Jangan …………..lakukan lebih jauh”
Aku hanya goyang goyang dibagian itu tidak lebih dan Sri pun juga cukup menikmati. Hingga dia terbaring lemas. Palkonku juga akhirnya bocor dengan kenikmatan.
------------------------
Sabtu siang sesaat toko sebelum tutup, Slamet, sopirnya Kakakku datang membawa kerdus kerdus besar berisi barang barang lama dari rumahnya mas Jaya.
“Mas Polie, barang barang ini disuruh disimpan didalam gudang” katanya
“Itu apa isinya?” tanyaku ingin tahu.
“Buku buku dan majalahnya mbak Aling” katanya menjelaskan
“Taruh saja didepan pintu gudang, supaya aku bisa lihat lihat. Aku mau bersihkan gudangnya hari minggu besok.” Perintahku
“Mas Polie, hari minggu besok Sri diminta ke Toko sana karena disuruh mengetik beberapa surat pajak.?” Jelasnya lagi.
“Jam berapa disuruh kesana Met?” tanyaku
“Setelah toko sini tutup mas, katanya banyak yang harus diketik?” katanya lagi. “Sudah mas ya………….aku kembali ketoko sana” lanjutnya
Sri sedang membeli makanan saat Slamet datang, hari itu toko rame sekali jadi makan siang sampe terlewatkan. Sri sempat mengeluh karena kelaparan, akupun juga merasakan yang sama. Aku sudah akan menurunkan pintu rolling door pada saat Sri datang membawa dua bungkus nasi campur.
“Aku tadi ketemu Slamet dijalan” katanya kepadaku
“Dia tadi kesini membawa beberapa kerdus majalah tua, katanya disuruh menyimpan digudang” jelasku
Kita masuk dan aku menutup pintu rolling door dari dalam.
“Mas mau makan sekarang?” tanyanya
“Jangan dulu Sri…………….kamu bantu aku hitung uang dulu deh” kataku
Kita hitung uang hari itu, dan sri duduk disebelahku. Tangannya cepat bekerja dan duduknya tegak. Aku menghentikan kegiatanku dan menoleh kearahnya.
Aku cium pipinya “cup” dan dia menoleh kearahku.
“Kenapa mas” tanyanya lirih
“Kamu tinggal sana untuk makan, kamu kelihatan lapar sekali” kataku
“Aku tadi mau makan tapi mas menyuruhku bantu hitung uang, aku kelaparan sekali” katanya mengiba
“Sana gih ………..kalau kamu lapar” kataku membujuk
Dia berdiri dan membungkuk kearahku sambil mengecup keningku. Aku letakkan uang yang kupegang diatas meja dan kutarik tubuhnya yang langsing kearahku. Aku peluk dia dan kuarahkan mukaku kedadanya. Aku benamkan wajahku disana beberapa saat, tangannya memeluk kepalaku mendekapku kearah buah dadanya yang masih terbungkus BH dan baju kaosnya. Terasa empuk kedua dadanya dan lembut sekali.
“Aku kangen sama kamu Sri………….” Kataku lirih. “Hari ini sibuk sekali karena banyak pembeli sehingga tidak sempat memegangmu” kataku lagi
Dia peluk lebih erat dan membenamkan seluruh wajahku kedadanya dengan erat. Aku lingkarkan tanganku ketubuhnya dan memeluknya erat dengan posisi duduk.
Tiba tiba aku dengar suara “Krrruuukkkk” dari dalam perutnya.
“Ahahhhhhh suara apa tadi Sri” tanyaku
“Itu suaraaaaaaaaaa…………….bayimu mas?” katanya dengan senyum
“Hehehhehe kenapa suara bayiku seperti kelaparan” tanyaku lagi
“Iya mas karena mamanya sedang kelaparan” balasnya
“Ohhhhhhh begitu ya, kamu sudah selesai mensmu Sri………..?” tanyaku menengadah kemukanya
“Iya hari ini tadi aku sudah tidak lihat darah keluar” katanya menjelaskan
“Kamu masih pakai Softexmu?” tanyaku sambil meraba bagian vaginanya.
“Masih……….. karena aku takut terkena celana dalamku” katanya menjawab.
Aku meraba bagian selangkangannya, memang dia masih memakai softexnya. Aku angkat rok panjangnya dan menyibakkan dan memelorotkan celana dalamnya.
“Eeeeeeeeeeeeehhhh mas mau apa sih?” teriaknya
“Aku mau lihat apa darah mensmu masih keluar” jelasku
“Ihhhhh sudah ngga sabar ya?” katanya “Masa baru beberapa hari saja sudah ngga bisa nahan puasa” ejeknya
“Aku ngga bisa puasa Sri………?” kataku membalasnya
Dia membiarkan apa yang aku lakukan dan membantuku memelorotkan celana dalamnya. Dia buka pahanya dan sedikit mengangkang meraih penutup vaginanya.
“Tuh sudah tidak ada darahnya kan?” katanya kepadaku.
Aku angkat tangan kananku dan mengarahkannya kevaginanya dengan maksud merabanya. Tapi tanganku ditepisnya.
“Mas kan habis pegang uang, masa mas mau pegang memeqku sih” katanya. “Kalau mau pegang ini tangan harus bersih mas” imbuhnya kepadaku sambil menaikkan celana dalamnya lagi. “Sudah bioskopnya sudah tutup, nanti dilanjutkan. Sekarang aku mau makan siang dulu, Mas Polie mau aku suap” katanya menyingkir keatas untuk mengambil sendok.
“Iya Sriiii……….kamu makan dibawah saja ya sambil menyuapku” kataku
Sri berjalan keatas dan aku terus melanjutkan menghitung uang yang aku peroleh hari itu.
“Mas………….aku harus ke Toko sana ya besok setelah toko tutup, Slamet tadi bilang kalau aku harus mengetik beberapa lembar surat pajak toko” tanyanya
“Iya slamet tadi bilang kalau kamu harus kesana, memangnya kenapa Sri” tanyaku
“Tidak apa apa mas Cuma tanya saja kenapa kok aku yang disuruh padahal selama aku kerja disini aku belum pernah disuruh buat pajak. Siapa yang biasa mengetik mas” tanyanya
“Aku tidak tahu Sri………..kamu tanya saja besok sama mas Jaya” kataku “Omong omong setelah makan kita bersihkan gudang ya. Gudangnya terlalu berantakan dan kelihatan amburadul” lanjutku.
Sri menganggukkan kepala menyetujui apa yang baru saja aku katakan. Dia membuka bungkusan nasi dan menyendokkan nasi buatku. Keadaan sangat romantis sekali rasanya, berduaan sambil menghitung uang aku disuapin oleh Sri. Dia pun membuka bungkusannya sambil makan nasinya. Makanan yang kami makan terasa enak sekali karena waktu dan suasananya sangat mendukung.
Setelah makan siang dan menyelesaikan pekerjaan kita membersihkan gudang, Sri membuka kerdus yang Slamet tadi bawa dan menemukan banyak majalah majalah kecantikan. {Istrinya Mas Jaya dulu membuka salon}Aku memindah mindah kerdus didalam gudang sambil merapikan susunannya.
“Mas boleh tidak kalau aku membawa beberapa majalah majalah ini keatas, aku ingin membacanya. Kadang aku bosan tidak ada yang bisa aku buat.” Jelasnya kepadaku
“Boleh, tapi kamu jangan lupa kembalikan supaya nanti kalau Mbak Aling mencarinya, dia tidak kesulitan menemukannya.” Jawabku
“Coba kamu ambil sapu dan bulu ayam setelah itu kamu sapu dan pel lantai gudang ini.” Kataku.
Pekerjaan di gudang membuatku kepanasan dan aku lepas baju kaosku. Ketika Sri kembali dia melihatku bertelanjang dada dan berkomentar.
“Enaknya kalau kerja di gudang, aku bisa melihat cowok sexy bertelanjang dada”
“Kamu juga bisa bertelanjang dada kalau kamu mau” timpalku
“Wah kalau aku bertelanjang dada, mana bisa cowok yang kerja di gudang bisa konsentrasi, dadaku akan mengalihkan perhatian matanya dan kerjaan bisa menjadi lama” balasnya.
“Belum dicoba sudah berkomentar, lepas dulu baru bicara” tantangku padanya
“Tak usah ya………….Mas Polie hanya mau memanfaatkan!!” katanya tandas.
“Manfaat apa yang aku peroleh Sri kalau kamu bertelanjang dada?” tanyaku lagi
“Manfaat rohani pastinya” katanya tertawa
“Baguslah itu kalau kamu bisa memberikan manfaat rohani bagi orang lain, berkatmu melimpah” kataku tak mau kalah
“Iiiiiiiiihhhhh enaknya saja yang dipikirkan” katanya sambil mengejek.
“Memang kamu ngga kepanasan, Sri” kataku ingin tahu.
“Kepanasan juga sih, tapi masa aku mau bertelanjang dada seperi mas Polie?” jelasnya
“Disini hanya kita berdua Sri, tidak ada orang lain” kataku membujuk “Kamu buka saja kaosmu” imbuhku
Keringatku membasahi tubuh karena udara digudang panas dan pengab apalagi pintu toko sudah tertutup jadi udara memang benar benar panas. Langit mendung dan sedikit gelap membuat udara semakin penat. Kaos yang dipakai Sri juga basah oleh keringat sehingga beberapa bagian didadanya nampak kuyub.
“Panas sekali ya mas?” katanya
“Makanya kamu lepas saja kaosmu” saranku
“Nanti kalau ada yang datang bagaimana?” katanya lagi
“Siapa mau datang? Toko sudah tutup dan pintu sudah terkunci?” imbuhku
“Nanti kalau kubuka kaosku, aku jangan ********* ya?” katanya meledek
“Kan 5 hari lalu kamu sendiri yang minta diperkosa?” sindirku
“Apaaaaaa aku meminta diperkosa? Enak sajaaaaa” dia mendekat hendak mencubitku. Aku tangkap tangannya dan menariknya mendekat. Aku cium bibirnya yang pasrah dan mengenyotnya dengan lembut. Badanku terasa licin oleh keringat yang membasahi seluruh tubuhku.
“Ketiaknya mas Polie busuk!!” katanya setelah bibirnya terlepas.
“Ini namanya ketiak jantan, kalau ketiak betina tidak busuk?” kataku mengelak
Aku tarik lagi mendekapnya dan kuciumi bibirnya dengan penuh nafsu. Dia membalas pagutanku dan menawarkan lidahnya yang menjulur untuk dihisap. Duel lidah dan bibir membawa tanganku untuk menggerayangi dada kenyalnya.
“Kerjaan ngga selesai selesai kalau begini terus” katanya sambil terengah engah. Kaos belum dibuka saja sudah bikin birahi naik, apalagi kalau sudah terbuka, bisa bisa aku kamu ******* disini Mas?”
“Oooooooooohhhhh jadi kamu tadi pasrah hanya untuk memancingku ya Sri?” kataku terpancing dengan ulahnya. “Awas nanti kalau kerjaan udah selesai, tidak ada lagi kata ampun dariku”
Kita kembali kerja membersihkan gudang dan merapikan kerdus kerdus didalam gudang. Aku pindahkan buku dan majalah yang dibawa Slamet tadi ke kerdus yang lebih tebal supaya tidak rusak. Sewaktu aku membongkar kerdus kerdus itu aku menemukan sebuah buku di sebuah kerdus kepunyaan kakakku Mas Jaya. Buku itu terbitan dari sebuah penerbit dibandung yang cukup terkenal dan mudah diingat. Kalau tidak salah, Ganesha, dan diterbitkan pada tahun 1986. Warna cover orange dan cukup tebal. Judulnya tidak aku ingat tapi intinya adalah “guidance to sex education”
-------------------------------------------------
Sementara Sri sedang membersihkan lantai aku sempatkan buka buku itu. Ada banyak ilustrasi gambar yang menunjukkan berbagai macam jenis posisi bersetubuh. Aku tutup kembali buku itu, aku bawa buku itu kekamarku sambil memberitahu Sri kalau aku akan keatas sebentar. Sri melihat kearahku sejenak dan mengalihkan pandangannya kebuku yang aku pegang, walaupun hanya sekilas, nampak keingintahuannya untuk mengetahui apa yang aku bawa dan mengapa aku menghentikan pekerjaan hanya karena sebuah buku itu.
“Mas itu tadi buku apa yang kamu bawa keatas?, Kelihatannya kok bagus sih sampai mas berhenti kerjakan mengatur kerdus kerdus barang.” Tanyanya dengan penuh penasaran.
“Nanti saja kalau sudah aku baca baru aku ceritakan kepadamu.” Jawabku sekenanya.
“Kenapa sih mas pakai rahasia segala” katanya
“Rahasia apa sih Sri, mana aku bisa cerita kepadamu kalau aku belum baca?”
“Heran deh, kenapa pake main rahasia segala”
“Tenang nanti kamu pasti tahu, atau kita baca berdua sama sama ya nanti malam, supaya kita bisa pelajari bersama” jawabku
“Ngga deh aku tidak mau, kalau mas ngga kasih tahu aku sekarang” katanya merengut.
Aku kewalahan menghadapi kemauan Sri dan akhirnya aku katakan padanya bahwa buku tadi adalah buku tentang sex.
“Masa ada buku seperti itu mas?” Katanya ingin tahu.
“Aku juga baru pertama kali melihatnya Sri, jadi aku tidak yakin.” Jelasku
“Trus kenapa mas bawa keatas buku itu?” tanyanya lagi
“Aku ingin lihat saja dan mau baca, sudahlaaaah ayo kita lanjutkan kerjaan kita.” Ajakku
Aku selesaikan segera pekerjaanku digudang dengan Sri yang membantuku menyapu dan mengepelnya. Aku sudah tidak sabar lagi untuk segera keatas dan membaca buku yang baru saja kutemukan. Sri mengamatiku dengan seksama sehingga diapun rasanya ingin menyelesaikan pekerjaan bersama sama.
“Sudah selesai mas, sekaang apa lagi?” katanya
“Ayo kita mandi Sri………….?” Ajakku
“Aku tidak bisa mandi kalau sedang berkeringat begini” balasnya
Aku melihat kearahnya dan mengamati kaosnya Sri yang basah kuyub. Wajahnya kelihatan segar walaupun telah bekerja seharian. Aku mendekatinya dan ingin memeluknya. Sri mendekap badanku dan merapatkan dadanya kedadaku. Tanganku berada dibelakang punggungnya dan menekannya kearahku. Tanjolan dadanya menempel didadaku sehingga terasa sekali kekenyalannya. Batreiku menggeliat reaksi atas dadanya yang menempel. Aku menjalari kaosnya bagian bawah dan menemukan yang aku cari. Ujung kaos bawahnya aku tarik keatas dengan maksud ingin melepasnya. Sri mengerti maksudku dan membiarkan aku melepas baju kaosnya. Tonjolan dadanya kelihatan jelas dan segar dalam balutan cup bhnya yang berwarna coklat dan aku tak tahan untuk merabanya. Tapi keinginan itu aku pendam, dan aku kembali peluk dia. Tangannya memelukku kembali dan wajahnya dia senderkan kedadaku.
“Aku bisa mendengarkan detakan jantungmu mas?” bisiknya kepadaku
“Masa……? Bagaimana suaranya?” tanyaku
“Suaranya ya seperti detakan jantung?” balasnya “Mas………..ayo kita keatas?” ajaknya
“Ngapain kita diatas Sri………….?” pancingku
“Katanya mas mau mandi?” jawabnya
“Aku ingin dimandikan?” kataku merajuk
“Mas mandi sendiri deh ya, abis badanku masih basah!” elaknya
“Kan udah aku lepas kaosnya tadi?” kataku lagi. “Sini aku lepas sekalian Bhnya supaya keringatnya cepat hilang” kataku sambil meraih kaitan bhnya.
Sri diam saja lagi, dia menengadah menatap langsung kearah mataku. Tatapannya penuh arti, aku membalas menatapnya dan aku melihat kelopak bawah matanya membengkak pertanda birahi. Aku kecup bibirnya dan dia membalas pagutan bibirku. Mata kami kembali bertemu dalam sebuah pagutan bibir yang hangat. Nafasnya memburu seirama dengan duel kedua bibir kami. Terkadang Sri menutup matanya menikmati sentuhan bibir kami, tanganku kuangkat merayapi punggungnya yang telanjang tanpa penutup. Aku meraba bagian samping buah dadanya dan kudengar lenguhan dari mulutnya yang kusumpal dengan bibirku. Aku gerak gerakkan tanganku disekitar kaki bukit dadanya. Dia menikmati gerakanku dan aku merasa tangannya bergerak turun mencari batreiku. Batreiku sudah mengeras sejak tadi, dia genggam batreiku dengan lembut dan pelan.
“Ohhhhhhhhhh Sri……………nikmat sekali genggaman tanganmu” erangku perlahan setelah kucabut mulutku dari bibirnya.
Dia usap batreiku naik turun perlahan, diluar celanaku. Dia cari biji resleting dan menurunkannya.
“Kamu mau apa Sri…………….?” Tanyaku bodoh
“Aku mau cari batreiku yang hilang mas” jawabnya dengan senyum “Beberapa hari aku tidak memegangnya, aku kangen” katanya lagi.
Dia temukan yang dia cari dan menggenggam batreiku dengan lembut.
“Mas Batreimu sangat hangat. Aku ingin menciuminya” bisiknya “Aku juga kangen inimu mas……………!” katanya lagi sambil menggenggam batreiku dengan gemas.
“Ayo kita keatas…………sebaiknya kita mandi dulu saja” aku menariknya keatas
“Sebentar mas. Aku ambil dulu kaos dan Bh ku dulu.” Jawabnya pendek
Aku menunggu dia dan bergandengan kita berdua berjalan keatas ke lantai dua.
“Aku ambil dulu baju gantiku mas……………?” pintanya kepadaku.
Aku lucuti celana pendek dan dalamku hingga bugil didalam kamar mandi. Aku siram badanku dengan air dingin didalam bak mandi. Perasaan segar terasa melalui kulit badan dan meresap kedalam. Batreiku yang tadi sudah tegak kembali mengecil. Siraman siraman air dingin membuatku merasa bersemangat.
Sri muncul dari belakang pintu kamar mandi sudah dalam keadaan bugil. Dia membawa jubah mandinya dan menggantungkan di sebuah paku yang ada disebelah kiri. Siraman airku terhenti dan ketika dari belakang tangannya memelukku. Dadanya yang polos menempel dipunggungku. Daging lunak itu terasa sekali menempel dan memancing birahiku. Pelan pelan batreiku kembali naik dan mengeras. Tangannya menuruni jenjang perutku dan mendarat di batang batreiku.
“OOOOOOoooooooo Sriiiii ……………..tanganmu terasa nikmat” desahku
Tangannya dia kocok kocokkan dan batangku membesar perasaan yang lebih nikmat menjalari seluruh tubuhku. Aku membalikan tubuhku dan mencium bibirnya yang terbuka. Perlahan dengan menyentuh bibir atasnya, dan menjulurkan lidahku kedalam lorong mulutnya. Dia menerima lidahku dengan hisapan kuat sehingga rasanya lidahku ingin di copot dari akarnya. Teringat hisapan hisapan sejenis yang dia lakukan dengan batreiku.
Tanganku bergerilya turun kebagian dadanya sebelah kiri. Kugerayangi dadanya dengan pelan dan lembut. Dia menghentikan ciumannya karena rasa nikmat yang timbul dari dada yang aku pegang. Aku jepit puntingnya diantara ibu jari dan telunjukku, bibirnya terlepas dan “Oooooohhhh mas…………” erangnya terdengar lirih. Kedua jariku menekan tombol putingnya lebih intensive dan erangan yang lebih keras terdengar didekat telingaku. Mulutnya menempel ditelingaku dengan hembusan nafasnya yang hangat membuatku juga semakin high. Mulutnya kadang menempel dan membuatku menggelinjang karena sensasi mulutnya.
“Ayo Sri kita mandi dulu, kita selesaikan dikamarku” bujukku kepadanya
“Sebentar mas………..aku sudah mau selesai disini. Jangan membuatku tanggung seperti ini. Ayo mas taruh batreimu disini” dia menarik batreiku kedalam jepitan pahanya. Dia goyang goyangkan pantatnya maju mundur tanganku membantuya meremas pantatnya. Erangannya semakin panjang terdengar
“Iya mas……….terus tekan sebelah situ, oooooooohohhhhh ampun mas” teriaknya
Kepala batreiku menekan nekan bagian atas Vaginanya dan aku rasakan cairan licin membuat ku mudah memajumundurkan Kontiku. Perasaan enak juga menjalari seluruh tubuhku. Tapi aku tidak ingin keluar dipertempuran ini. Aku ingin menuntaskan dikamar tidurku. Sri meronta ronta menunggu kenikmatan yang sedang dia tunggu tunggu. Birahinya yang tinggi sesudah masa haidnya yang membuatnya cepat tercapai.
“Massssss aku mau keluar rasanyaaaaa. Aku mau
sammmmmmmmmpaaaaiiiiii…….Ooooohhhhhh masssssss” tangannya menghempas kedalam pelukanku. Kenikmatan yang dia rasakan membuatnya roboh dan lemas. Aku pegang seluruh badannya untuk menjaganya dari roboh kelantai.
Rasa senang setelah membuat Sri mencapai orgasme pertamanya membuatku bangga pada diri sendiri. Karena itu berarti ketergantungan Sri padaku semakin kuat khususnya untuk urusan yang satu itu.
Aku siram badannya yang masih menempel didadaku dengan air didalam bak mandi. Air dingin membangunkannya dan dia bergerak menengadahkan wajahnya melihatku.
“Masssssss Polie…………terima kasih ya.” Katanya
“Mmmm…….” Jawabku
“Kok mmmmmmmm sih mas?” rajuknya
“Trus aku harus ngomong bagaimana?” bisikku didekat telinganya
“Seharusnya mas jawab, Iya nanti kamu gantian yang senangkan aku ya” katanya
“Memangnya kamu bisa senangkan aku bagaimana, Sri?” godaku
“Nanti mas akan minta aku keluarkan minyak yang dibatrei ini kan” sambil memegang batreiku. “Betul tidak!!?” terusnya
“Iya dong, tapi kan masih nanti” jawabku
“Bilang saja sekarang juga tidak mengapa kan?” rajuknya manja
Kita mandi dan saling menyabun dan teruskan saling siram. Sri keramas sore itu karena dia merasa gerah.
Setelah mandi aku melangkah kekamarku, sedangkan Sri keatas tempat jemuran untuk mengeringkan rambut dan menjemur handukku dan handuknya sambil berbalut bathing robe nya. Aku mengambil buku yang aku tadi temukan dikerdusnya Mas Jaya.
Aku buka lembaran lembaran bagian depan, ada beberapa gambar gambar organ tubuh perempuan dan membaca penjelasan yang ada dibawah gambar gambar itu.
Dikatakan juga mengenai daerah daerah sensitive pada organ organ tersebut. Misalnya bagian payudara bila dirangsang maka akan timbul reaksi reaksi yang mengakibatkan payudara akan bertambah kencang dan keatas. Penjelasannya sangat mudah dipelajari dan dimengerti.
“Mas………….malam nanti mau makan apa? Tanyanya dari luar kamarku
“Enaknya makan apa, Sri…….?” Tanyaku balik
Sri masuk kedalam kamarku dan melihatku membaca buku yang sedang kubaca.
"Enaknya makan ini saja mas..........." katanya sambil memegang batreiku yang masih dingin setelah mandi. Cairan bening terlihat keluar dan Sri memanjangkan lidahnya untuk membersihkan cairan itu. "Ooooohhhhhh mana bisa kamu makan batreiku yang cuma satu.
----------------------------
“Sri Kamu tadi tanya aku tentang buku yang aku bawa keatas, kesini berbaring disebelahku” kataku kepadanya
“Rambutku masih basah mas, aku tidak bisa berbaring disitu” jawabnya sambil masih mengelus elus batreiku.
Aku tarik tangannya untuk melepaskan pegangannya dari batreiku.
“Aku mau tunjukkan sesuatu kepadamu.” Kataku padanya
“Lihat gambar gambar ini Sri, kamu lihat baik baik posisi posisi yang bisa dilakukan kala orang mau ngeseks.” Kataku menjelaskannya kepadanya.
“Mas polie saja deh yang lihat, aku tidak tertarik dengan gambar gambarnya” jawabnya tidak tertarik.
Ada banyak ilustrasi dan istilah istilah yang ada dituliskan di buku tersebut, sehingga aku bisa mengenal beberapa istilah dan terminology bahasa inggris mengenai sex, misalnya sexual intercourse, coitus, labia mayora, labia minora dan masih banyak lagi lainnya yang memberikan aku pengetahuan yang tidak akan aku dapat di bangku sekolah.
Sementara Sri masih saja menggenggam batreiku dipinggir ranjang, sedangkan aku masih berkutat dengan buku yang aku sedang pegang. Kadang kadang tangannya Sri menggenggam terlalu keras batang batreiku sehingga aku harus ingatkan dia”
“Aku gemas sama batreinya mas” katanya setelah mendengarku berteriak kesakitan.
Pada bagian lain dari buku itu, ada sebuah bab mengenai kontrsepsi. Dan ini yang tidak pernah terlintas dibenak kita berdua. Namanya orang masih muda dan tidak ada pengalaman sama sekali mengenai hal ini, istilah condom baru muncul setelah aku membaca bab dari buku itu.
“Sri, kamu pernah tahu apa itu kondom?” tanyaku padanya
“Tidak mas, kenapa memang?” tanyanya balik kepadaku
“Tidak apa apa, aku hanya ingin tahu saja” kataku
“Kita bisa beli mas, kalau mas mau?” katanya menyarankan.
“Tapi siapa yang mau beli ditoko?” kataku “Aku malu bicara sama pembelinya” kataku lagi
“Bagaimana kalau aku saja yang beli?” tawarnya kepadaku.
“Memang kamu tahu ukurannya?” tanyaku
“Ohhhhh memang ada ukurannya ya mas?” tanyanya dengan penasaran.
“Aku tidak tahu Sri, mungkin kamu harus tanya sama penjualnya?” saranku
“Aku malu mas kalau aku harus tanya?” katanya
“Bagaimana kalau kamu beli beberapa macam?” saranku lagi
“Tapi mas, apa kata orang kalau Mas Jaya kenal sama penjualnya?” bisa berabe tuh
“Iya ya…………….terus bagaimana dong?” kataku lagi
“Mas Polie………….memang kenapa mas kok tiba tiba tanya tentang kondom?” tanyanya ingin tahu.
“Iya karena aku belum tahu saja” kataku sekenanya
“Aku juga ingin tahu deh kalau begitu.” Katanya “Seperti apa sih mas bentuknya?” lanjutnya lagi.
“Sini aku mau tunjukin gambarnya ke kamu.” Ajakku
Akhirnya Sri mau juga melihat buku yang sedang aku baca. Dia mendekatiku dan berbaring disebelahku. Bathing robe bagian bawahnya tersingkap dan nampaklah pahanya yang polos mulus tertangkap mataku. Dadaku berdesir dengan keindahan pahanya. Ingin sekali aku menindih tubuhnya dan menciumi seluruh permukaan kulitnya. Aku tarik agak keatas supaya kita bisa menikmati gambar gambar dibuku itu bersama. Tubuhnya semakin dekat dengan tubuhku dan pahanya menempel dibagian paha atasku. Gesekan dua kulit tubuh membangkitkan birahiku.
“Digambar ini ujung kondomnya kok seperti begini ya Mas?” tanyanya sambil menunjuk gambar kondom yang aku ceritakan kepadanya.
“Menurut penjelasan di buku ini, ujungnya dibuat seperti itu untuk menampung sperma yang kelaur dari batreiku.” Jelasku singkat
“Trus Kondom itu terbuat dari apa sih mas?” tambahnya
“Aku tidak tahu ya Sri…………..mungkin aku harus baca lagi buku ini mungkin ada penjelasan lebih lanjut mengenai itu.
“Apa tidak bocor kalau dipakai?” katanya “Enak mana ya kalau ngeseks pakai kondom atau tidak pakai kondom?” katanya lagi.
“Pertanyaanmu sulit kujawab Sri…………..karena aku ngga pernah melakukannya?” jawabku
“Mas Polie pernah tidak punya keinginan untuk melakukannya?” tanyanya memancingku
“Pastilah Sri…………mana orang normal yang tidak ingin melakukannya?” jawabku
“Mas mau melakukannya sama siapa?” tanyanya lagi
“Kalau sekarang ini aku ingin melakukannya sama kamu” kataku singkat
Matanya memandang kearahku dan aku menatapnya balik melihat apa yang akan dia ucapkan. Bibirnya mendekati bibirku dan matanya kelopak matanya menebal dibagian bawahnya. Nampaknya diapun ingin merajut birahi yang hampir seminggu ini dia tidak rasakan.
“Mas……………tindih aku dong” katanya pelan setelah melepas pagutannya dari bibirku. Dia raih tubuhku dan menariknya untuk menindih tubuhnya.
“Lepas dulu Sri bathing robe mu!?” pintaku
Sri menarik tali di bagian pinggangnya dan melepas jas mandinya. Kembali dia berbaring sambil menjulurkan kedua tangannya untuk menyambutku.
Kedua kakinya yang jenjang terbuka luas menerimaku. Aku menaiki tubuhnya dan memposisikan burungku yang tertekuk. Badannya masih tertutup oleh bathing robe yang masih dia kenakan. Tetapi bagian bawahnya sudah polos los dan batreiku merasakan kehangatan kedua pahanya. Aku memandang lagi kearahnya matanya yang sayu dan menempelkan bibirku kearah lehernya. Lenguhan lirih terdengar dari mulutnya. “Ooohhhhh masss………aku ingin sekali dimasuki batreimu. Memeqku terasa sekali gatalnya mas…………Kamu mau mas?” tanyanya kepadaku dengan lirih.
Aku anggukkan kepalaku tanda setuju sambil melihat matanya yang memancarkan sebuah dambaan untuk sebuah kepuasan seksual. Aku tidak segera melaksanakan titahnya untuk segera digauli.
“Sri………….apa kamu nanti tidak menyesal setelah kita bergaul seperti ini?” kataku sambil menempelkan mulutku ketelinganya.
“Tapi, aku ingin sekali mas…………….” Katanya. “Mas tidak inginkan aku……….ya?” Katanya lagi.
“Aku juga ingin Sri………….tapi bagaimana dengan kelanjutannya setelah kita melakukannya Sri………..? Apakah kamu tidak mempertimbangkan setelah kamu tidak perawan” aku berkata sambil melihat matanya.
Dia ingin meneruskan apa yang dia ingin lakukan, tangannya menuruni pantantku dan memintaku untuk mengangkat badanku. Aku angkat dan tangannya meraih batreiku yang sudah keras.
“Batreimu keras sekali mas dan hangat, aku ingin sekali membenamkannya kedalam memeqku yang gatal.” Dia arahkan Kepala batreiku kebagian memeqnya. Cairanku sudah meleleh leleh ngiler menempel lobang sempit hangat yang merangsang. Aku lihat matanya yang sudah sayu karena nafsu dan rasa gatal yang dia rasakan. Birahi membuat orang lupa diri termasuk Sri yang nafsunya sudah diubun ubun.
Batreiku yang keras sudah menempel entah dibagian mana yang jelas aku merasakan bahwa batreiku sedang mematuk matuk sesuatu.
“Zzzzzzz….z.zz.z…zzzz ohhhhhh mas,” pantatnya dia gerakkan kesamping kanan dan kiri. Kepala Kontiku seperti diulek ulek dan terasa sekali sperma mau nyemprot.
“Ooohhhhhh Sri……………aku mau keluar” kataku lirih
“Aaaaaaaaaaaaahhhhhhhhh kenapa begitu cepat sih mas?” katanya sedikit jengkel dan marah. Dia hentikan gerakan pinggulnya dan matanya seperti ada genangan air mata. Seperti ada sesuatu yang menyesakkan dadanya yang membuatnya begitu mengiba.
“Sorry Sri……….aku merasa keenakan dengan goyanganmu dan beberapa hari ini aku menahan gejolak nafsuku juga jadi aku tidak bisa tahan seperti biasanya.” Bisikku ketelinganya.
“Tapi kenapa begitu cepat sih mas…………? Biasanya mas bisa menahan agak lama………kan?” katanya lagi dengan agak marah.
Baru pertama kali ini dia tunjukkan kemarahannya kepadaku sejak dia mulai kerja denganku ditoko ini. Aku jadi agak khawatir kalau aku tidak mampu menyenangkannya kali ini.
“ Sorry ya ……………..tapi sekarang belum keluar. Bisa tidak kamu berhenti goyang supaya aku tidak cepat keluar” kataku lirih.
“Aku gatalan mas……………., memeqku pingin disogok rasanya.” Matanya tajam kearahku.
“Kalau begitu tunggu dulu saja ya” kataku kepadanya
“Apa maksud mas tunggu” katanya ingin tahu
“Jangan bergerak dulu supaya aku tidak cepat keluar” kataku menjelaskan
Wajah Sri Kelihatan jengkel karena keinginannya tidak terpenuhi, matanya menunjukkan ketidaksenangan. Tapi aku tidak bisa berbuat lebih banyak. Dia terdiam sejenak dengan keadaan dan perasaannya, kelihatan sekali dia sedang memikirkan sesuatu sehingga dia terdiam.
Aku cium pipinya dengan lembut dan memagut bibirnya dengan maksud untuk menetralisir keadaan tetapi dia menolehkan wajahnya dan ciumanku tidak mengenai bibirnya.
“Kita bisa melakukannya lagi besok toh Sri…? Jangan marah begitu dong?” Pintaku
“Mas Polie egois sekali deh hari ini.” Katanya dengan jengkel.
“Iyaaaaa besok aku tidak egois deh, aku janji” kataku sambil menciumi telinganya. Wajahnya yang jengkel agak teredam.
“Ya sudah kita tuntaskan saja mas, kasihan mas sudah menunggu dari tadi kenapa aku egois” katanya. “Mas biasanya memberi dan melayaniku dan mengutamakan aku dulu” lanjutnya lagi.
Aku melihat matanya sekali lagi dan menatapnya mencari kebenaran dan kesungguhan dari ucapannya. Aku mengamati rona wajahnya dan memang aku tidak menemukan wajah jengkelnya yang tadi terlihat. Matanya kembali memancarkan birahi yang tadi sudah tenggelam.
“Sorry ya………..” kataku sekali lagi
“Enak saja Sorry…………sorry. Kalau kata sorry bisa aku jual, sudah aku kumpulkan dari tadi mas” selorohnya
“Memang ada yang mau beli Sri…………” godaku
“Ada………!!” jawabnya singkat
“Siapa Sri…………mau beli?” tanyaku mendesaknya
“Mas…………Polie yang mau beli” katanya sengit “Sudah mas…………ayo kita keluarkan saja” bisiknya ketelingaku
“Jangan ngambek ya……………?” bisikku ketelinganya aku tempelkan lagi bibirku kedaun telinga dan menggigitnya dengan lembut.
“Ooooooooohhh massss………..Aku ingin memeqku disogok” katanya lagi
“Aku sogok ya………..” kataku sambil menekan pantatku kebawah. Palkonku menusuk kesamping dan tidak mengenai sasaran.
“Lobangnya tidak disitu mas.” Katanya lirih
“Palkonku masih buta Sri…………..kamu bantu deh” pintaku padanya
“Mas sendiri yang harus mencarinya!” katanya lagi
Aku angkat pantatku dan mendorongnya sedikit kebawah, tidak ada reaksi darinya.
“Masssssa………zzzz…….” Katanya lirih “Keatas sedikit dong” bisiknya pelan.
Aku angkat kembali pantatku sambil menekannya lagi perlahan. Memeqnya semakin licin oleh cairan dari vaginanya. Dia menggeser pantatnya kekiri sedikit dan membantuku menekan pantatku.
“Ohhohhhhhhh mas ya disitu…………….Ohhhhhh massss pelan pelan ya.” Bisiknya lirih.
Palkonku menekan sesuatu yang sangat sempit dan tidak bisa bergerak kekanan atau kekiri. Aku tekan perlahan lahan sambil melihat expressi wajahnya yang merasa agak cemas.
“Sudah masuk Sri…………….?” Tanyaku kepadanya
“Belum……..mas!” jawabnya lirih sambil menggelengkan kepalanya. “Mas mau keluar ya?” lanjutnya lagi.
“Iya Sri…………..spermaku sudah diujung rasanya.” Jelasku
“Tahan dulu ya mas………………aku tidak mau berakhir dulu, aku bisa marah nanti” katanya dengan wajah yang sangat melas.
“Iya aku akan tahan, tapi kalau aku bilang berhenti kamu harus diam ya” kataku minta persetujuan.
Pantatnya kembali dia goyang perlahan sehingga friksi palkonku dengan lobang vaginanya semakin sering. Spermaku hampir muncrat keluar, aku merasakan tekanan kuat dari bola bola ping pongku.
“Oooohhhhhh Sriiiiii……. Enak sekali memeqmu. Aku rasanya melayang kalau kamu goyang begitu” kataku merayu
“Begini ya mas” katanya sambil meliukkan pinggulnya
“Ooooohhhhhhh berhenti Sriiiiiiiii batreiku hampir bocor.
“Kalau mau dibeginikan lagi kasih tahu aku ya mas” sambil menggoyang lagi
“Oooohhhhhh sri ………………………. Lebih baik kamu diam atau batreiku bocor” kataku sambil mengangkat pantatku menjauhi vaginanya.
Peperangan didalam pikiranku berkecamuk antara meneruskan apa yang sedang tejadi dengan menghentikannya. Aku duduk sambil melihat memeqnya Sri. Dia membuka pahanya lebar lebar dan nampak jelas vagina yang membuatku hampir menggelepar. Aku menunduk ingin menciumnya tapi kakinya segera dia tutup.
“Jangan mas, siapa tahu masih ada darah sisa mens kemaren.” Katanya kepadaku
Tanganku ditariknya lagi kearah tubuhnya yang berbaring dan akupun menindihnya kembali. Aku sosor lehernya dengan pelan dan dengusan nafasnya yang memburu kembali terdengar. Kembali pahanya dia buka agak melebar dan palkonku sudah mentok dipangkal pahanya. Dia angkat pantatnya dan menggeser posisi yang tepat. Aku posisikan juga batreiku yang masih keras sambil mencari cari tempat lobangnya.
“Kebawah sedikit Mas…………………..!!” dia beri aku petunjuk.
Aku agak turunkan posisi batreiku dan mulutku memberikan kecupan kecupan ringan di telinganya untuk memberikan rangsangan rangsangan padanya.
“Massssssss……………ayo kamu keluarkan saja mas?” bisiknya
“Iyaa Sri…………….aku mau keluarkan sekarang.” Jawabku
Pantatnya dia putar kekanan dan kekiri dan sementara batreiku sudah menempel dan mematuk matuk tetapi kembali terasa Spermaku akan segera muncrat.
“Oooooooooooohhhhh Sri aku mau keluar………..” bisikku ketelinganya
“Ya sudah mas…………keluarkan saja.” Jawabnya lembut
“Ohhhhhhhh …Srrriiiiii enak sekali” erangku “Berhenti dulu aku tidak mau cepat berakhir”
“Bisa tancapkan batreimu mas………..” katanya sambil tangannya meraih Batreiku dan memposisikan ketempatnya.
Aku sempatkan memandangi wajahnya yang memancarkan seorang wanita yang sedang dilanda birahi. Mulutnya terkadang mengeluarkan bunyi bunyian kecil yang menunjukkan bahwa dia sedang menikmati apa yang dia lakukan.
“Dorong mas………….ya disitu” bujuknya “ooooooohhhhh masss……..enak dan gatal” erangnya
Aku dorong dorong batreiku dan dia goyang lagi pantatnya kekanan dan kekiri dan menguleknya putar putar dengan giras dan liar.
“Ooooohhhh mas enak sekali disitu………..dorong mas pelan pelan” katanya
“Iya Sri aku juga enak sekali batreku sudah mau keluar Sri…………”erangku.
Tiba tiba dia terdiam dan membiarkan aku mematuk matukkan batreiku kearah memeqnya.
“Ouch! Sakit mas………!” teriaknya ‘Berhenti dulu mas”
“Sudah masuk ya Sri…………….?” Tanyaku.
“Iya mas sedikit…..” jawabnya sambil memandangku.
Aku cabut batreiku dan bangun untuk melihat apakah ada darah yang keluar dari liangnya.
Sri memandangku dengan heran. “Kenapa mas?” tanyanya
“Aku ingin tahu saja apakah kamu berdarah atau tidak” jawabku lirih. Memeqnya masih tertutup tetapi ada memar merah muda disekelilingnya.
Dia bangun dan memegangi memeqnya serta mencoba melihat, tapi tidak bisa terlihat.
“Tidak berdarah kan mas?” tanyanya ingin memastikan.
“Tidak Sri………….mungkin tadi belum masuk semuanya” kataku
Kembali dia berbaring keposisinya semula dan kembali menarik tanganku untuk berbaring lagi.
“Enak sekali tadi mas …………..sampai aku lupa daratan, untung tidak sampai keterusan” katanya lirih sambil matanya menerawang ke atas.
“Lain kali mesti hati hati Sri………..kamu tadi sangat birahi sehingga kamu tidak mengenal dirimu sendiri” jawabku agak kecewa dengan kalimat terakhirnya. “Kalau keterusan bagaimana Sri………….?” Tanyaku sambil memandang kematanya.
“Aku tidak bisa bayangkan mas, mungkin aku akan kecewa dengan diriku. Atau mungkin aku akan kecewa dengan mas Polie” jawabnya tanpa memandangku.
Aku raih wajahnya dengan tangan kananku dan menolehkannya kehadapanku. Matanya memandang kearah mataku dan dia berbisik” Trima kasih mas, Mas Polie selalu bisa menjagaku” katanya
Aku kecup bibirnya dan melumat lembut kedua bibirnya. Rangsangan dan birahi yang sempat terhenti menggelora kembali. Batreiku yang sudah mencairkan air bening meleleh leleh. Sri membalas ciumanku dan menjulurkan lidahnya menyapu permukaan lidahku. Ada rasa nikmat menjalar perlahan lahan dari pokok rangsangan mulut kemulut itu. Birahi yang timbul bukanlah seperti birahi yang kita rasakan tadi. Birahi yang timbul seperti birahi kasih sayang.
Tanganku memeluk tubuhnya dan menekannya kearah tubuhku. Tiba tiba dia kembali menarik tubuhku untuk menindihnya.
“Sri……….kenapa mau diulangi yang tadi?” kataku
“Dia tersenyum………….aku suka kalau Mas Polie menindihku seperti ini” jelasnya
“Apa yang kamu suka?” kataku
“Perasaan ditindih yang membuatku suka, suatu kali aku akan memberikan seluruh tubuhku ke Mas Polie” katanya lirih
“Hhhhuuuushh!! Kamu bilang apa……..!!!!” balasku
“Sebelum aku berhenti kerja, aku akan bergumul dengan mas Polie seharian deh” katanya.
“Itu sebuah janji atau apa Sri…………?” kataku
“Terserah mas yang menerjemahkannya………..” bisiknya
----------------------------
“Bukankah sekarang ini kita sedang bergumul” kataku
“Bukan bergumul begini yang ku maksud, aku ingin ……….kita melakukan hubungan seperti suami istri yang sesungguhnya. Mas memasukkan batreinya kedalam memeqku.” Katanya dengan pelan.
Aku memandang bening matanya dan diapun memandang padaku tanpa malu. Sementara batreiku sudah menempel dibagian pangkal pahanya lagi.
“Sri kamu tutup pahamu supaya batreiku bisa kau jepit. Aku ingin sekali melanjutkan yang tadi terhenti. Aku mau keluarkan spermaku keatas tubuhmu. Aku ingin puaskan keinginanku” kataku
“Memangnya kenapa kalau aku buka begini mas?” katanya
“Aku takut kalau masuk seperti tadi.” Bisikku
“Kenapa takut mas?. Bukankah mas menginginkannya?” jebaknya sambil tersenyum
“Aku ingin Sri……….tapi aku belum mampu bertanggung jawab” kataku menjawabnya
“Jadi tanggung jawabnya Mas Polie hanya sampai dijepit dengan paha saja?” katanya lagi
“Iya…………..abis aku masih mau kuliah dan belum mampu memberi makan kamu” kataku jujur.
“Kalau aku buka terus begini pahaku kenapa mas?” lanjutnya
“Aku tidak akan menindihmu kalau begini terus, bisa bisa batreiku melesak kedalam memeqmu.” Kataku menjawab
“Mas Polie baik ya” jawabnya sambil mengecup pipiku.
“Baik apanya Sri……….?”tanyaku sambil melumat bibirnya lagi.
Sri tidak mampu menjawab pertanyaanku karena mulutnya keburu kukunci dengan kedua bibirku. Kedua pahanya masih saja terbuka dan aku mematuk matukkan ujung batreiku kebagian dalam pahanya. Tidak tahu bagian mana yang jelas aku ingin segera selesaikan keinginanku untuk mengeluarkan sperma yang sudah sejak tadi menggumpal di dalam kantong semarku.
Sri tidak tinggal diam, dia gerakkan pantatnya kekanan dan kekiri mengimbangi patukan patukan palkonku.
“Yaaaa masss……… situ, atas lagi” bisiknya setelah bibirnya terlepas karena nafasnya mulai tersengal sengal. “Aku ingin keluar juga rasanya masss……….zzzz……. “desisnya
Aku angkat badanku dan memintanya menutup kesua pahanya. Dia tidak menolak permintaanku. Memeqnya yang basah kuyub dan kepala batreiku yang sudah meleleh mengeluarkan cairan pelumas sehingga friksi antara paha dan kontiku semakin nyaman.
“Oooohhhhh enaknya Sri……..aku suka sekali dengan jepitan pahamu. Memeqmu pasti lebih nikmat lagi Srii………. Kapan kamu akan kasih aku memeqmu Sriiiiiiiii……….., Goyang Sriiiiiiiii pantatmu goyang Sriii………” desahku.
Sri memandangku dengan rasa senang, kadang kadang tubuhnya dia angkat sesaat batang kontiku mengenai G-spotnya. Erangan kita membahana didalam kamar hingga jepitan jepitan pahamu terasa mengoyak oyak kepala kontolku yang sangat sensitive.
Tiba tiba Sri menghentikan goyangannya “Mas………..aku mau tengkurap” katanya
Aku hentikan goyanganku dan mengangkat pantatku sehingga Sri bisa membalikkan badannya. Posisinya yang tengkurap membuatku leluasa untuk mengayun pantatku maju mundur. Aku posisikan Batreku kebelahan pantatnya dan tembus kelekukan bantalan memeqnya. Aku gesek gesekkan kepala batreiku dan memacunya.
“Buka sedikit pahamu Sri, supaya aku bisa menusuk kedalam” pintaku
Sri menuruti permintaanku dan aku maju mundurkan kepala bareiku dan menggesekkan kepala kontholku dilipatan memeqnya. Dia kegatalan dan menggoyangkan pantantnya kembali. Putaran pantatnya bak seperti gerakan bor sehingga gesekan kontiku semakin sering terjadi. Kesenangan seperti ini sangat jarang dan rasanya tiada duanya.
“Ooooh mas, rasanya selangit…………….apalagi kalau dimasukkan ya?” rintihnya.
“Iyaaaaa Sri rasanya enak” kataku sambil mencengkeram pantat putihnya.
Sri menoleh kebelakang melihatku, ingin tahu mengapa aku mencengkeram pantatnya. Aku sibakkan belahan pantatnya sehingga penetrasi kelipatan pahanya semakin leluasa. Sri merintih rintih entah keenakan atau kesakitan. Tapi aku yakin dia keenakan karena rintihannya bukan rintihan pekik sakit.
“Oooooooooh mas berhenti dulu………….ijinkan aku yang menggoyangnya.” Katanya pelan
Aku hentikan sodokanku dan kini pantatnya bergoyang liar, tetapi nampaknya tidak terlalu lama.
“Mas…………oooohhhhhhh mas enak sekali……………..Ooooooooohhhhhhhh” dia melolong. Sesaat kemudian dia terhenti. “Enak Sri…..” tanyaku
“Aku terasa melayang mas……………batreimu enak sekali mas……….?” Ungkapnya.
“Jadi kamu sudah keluar lagi” tanyaku ingin tahu
“Belum!” tandasnya “Aku capek menggoyang!” tandasnya lagi.
“Kamu diatas Sri………….? Pintaku
“Aku capek mas………..tunggu sebentar ya.” Jawabnya
“Ayolah Sri………aku ingin keluar cepat.” Desakku
Sri bangun dan aku mengambil posisinya yang terlentang. Dia mengangkangiku dan menindihku tepat diatas batreiku. Kulit selangkangannya menindihku tepat diatas batreiku dan berat badanya membuat batreiku agak sakit. Bibir memeqnya menggesek gesek batang batreiku.
“Batreimu sangat hangat mas……………” sambil memposisikan bibir vaginanya.
Tanganku meraih pantatnya sedangkan yang satunya meraih pepaya yang teronggok didadanya yang tergantung. Aku pilin putingnya perlahan dan erangan lembut terdengan dari mulutnya.
“Oooooooooohhh masssss………disitu tombolnya. Jangan kau lepas. Memeqnya semakin kencang menggoyang diatas batreiku dan kepalanya bergoyang goyang seirama rasa yang dia terima.
“Ooooooohhh masssss aku suka sekali……….aduuuuhhhhh massss…s……jangan kau keluarkan dulu masssszzzzzzz……………’desahnya menjadi jadi.
Kepala batreiku di goyang goyang maju mundur kekanan dan kekiri. Rasanya seperti melayang layang. Senut senut kembali terasa dan aku terasa tidak mampu menahannya
“Sri aku mau keluar ………………….goyang terus yang cepat Sriiiiii……….Iya begitu….Ohhhhhhhhhhhh Sriiiiiiiiiiiiii,……………….eannnnnnnnnnkkkkkkkkkk seklaiiiiiiiii. Aku keluar Sriiiii, aku keluaaaaaarrr…..r ooooooooo…….o..o..oooooooooo
Crot………….crotttt croooooottttt………….crotoootttttt. Laharku muntah berhamburan membasahi seluruh permukaan kulit perutku.
Sri terus saja menggoyang……maju mundur………kepalanya menengadah dan nafasnya memburu. Keliahtannya dia juga sedang mengejar sebuah kenikmatannya sendiri”
Bruk………………tubuhnya menimpaku. Nafasnya tersendat sendat………dan memburu. Wajahnya masai penuh kepuasan. Aku peluk tubuhnya yang telanjang terlentang diatas tubuhku dengan erat. Sperma yang tercecer diatas perutku terasa sangat licin terjepit oleh kedua tubuh kami.
“Ooooooooooohhhhhhh massssss………..enak sekali. Aku sangat menikmati……….”suaranya terbata bata dengan nafasnya yang memburu.
Aku mengecup dahinya dan mengusap rambutnya. Ketenangan setelah meraih kenikmatan sangat terlihat dipancaran wajahnya. Matanya tertutup dan rapat seolah olah sedang menjalani sebuah tidur yang sangat pulas.
“Sri……….ayo cuci cuci dulu………..Spermaku terasa lengket sekali dibadan” kataku
Perlahan lahan dia buka matanya dan melihat kearahku. Aku tersenyum kearahnya dan memberikan kecupan didahinya. Kuraih kepalanya dan menekannya kedadaku. Nampaknya dia menikmati dekapanku.
“Mas………….jangan kamu ganggu aku dulu, aku masih mau tengkurap disini” katanya manja
“Ehhh tapi spermaku nanti tercecer ke memeqmu dan kamu bisa hamil” kataku
“Memang kenapa kalau aku hamil mas” sifat nakalnya keluar
“Aku tidak mau kalau kamu sampai hamil” kataku lagi
“Kenapa kamu egois mas hehehhehehhhhheee” balasnya. “Mas Polie maunya enak sendiri.
“Ayo kita cepat bangun………keburu kering spermaku. Aku mau mandi lagi deh.
Sri merasa terusik tapi aku tidak menanggapi maunya. Aku bangun dan menarik tangannya berdiri.
“Mas……………kita jadi ke Tawangmangu?” tanyanya
“Ya jadi dong…………….kenapa memang” tanyaku
“Kapan kita ketemunya” kejarnya
“Nanti aku jelaskan rencananya…………….”kataku
Aku mengambil air di bak mandi untuk membersihkan diriku. Tapi tangan Sri meraih gayung yang aku pegang.
“Aku mau yang membersihkan Mas Polie………….”katanya sambil memandangku
Aku berikan gayung yang aku pegang, Sri menyiramkan air yang sudah ada keseluruh tubuhku. Badanku yang lengket dengan sperma dia bilas berulang ulang dan menyabuni seluruh dada dan perutku. Aku seperti dimanjakan dengan sikapnya kepadaku. Terlintas dibenakku sesaat kemudian. “Apakah wanita ini yang akan menjadi isteriku kelak?. Kenapa dia begitu telaten dengan aku padahal aku tidak pernah mengatakan sayang atau aku cinta kamu. Kenapa dia mau begitu melayaniku seperti seorang istri melayani suaminya?”
“Mas…………kok melamun?” dia memotong lamunanku
“eehehhh iya aku ingat sesuatu” kataku mengelak
“Ingat apa mas?” kejarnya
“Ngga apa apa. Lupakan saja” kataku lagi.
Tangannya meraih batreiku dan mencuci batang dan kepalanya. Dia urut urut batangnya dengan lembut.
“Benda seperti ini kok bisa membuat ketagihan ya?” bisiknya sambil mencium pipiku.
“Memangnya kamu ketagihan Sri……..?” tanyaku
“Iyaa mas………aku selalu ketagihan dengan inimu” katanya sambil menekan batreiku.
“Aku juga selalu kangen dengan memeqmu” kataku sambil memeluknya lagi.
Aku kecup pipinya dan dia menyiramku dengan air lagi.
“Sudah mas………..sana. Batreinya sudah bersih” katanya singkat
“Kamu tidak bawa handukku ya?” tanyaku
“Lupa mas…………” jawabnya “Mas ambilkan jubah mandiku ya, tolong?’ katanya saat aku melangkah keluar dari kamar mandi menuju kamarku.
Jubah mandinya tergelatak diatas kasurku dan aku memungutnya. Aku bawa kekamar mandi dan aku masuk kedalamnya. Sri sedang menyiramkan air keseluruh badannya. Aku memandanginya tanpa berkedip. Beruntungnya aku diusiaku yang masih muda seperti ini aku bisa menikmati sebuah tubuh yang begitu indah sementara banyak cowok seusiaku belum pernah menyentuhnya. Sedangkan aku telah menikmati sebuah pengalaman batin yang begitu dalam.
Aku mendekatinya dan meraih kedua payudaranya dari belakang sedangkan bibirku mulai menyerang lehernya.
Sri melengking kaget pada saat aku memegangnya.
“Kamu bikin aku kaget saja mas” katanya
“Sorry aku tidak ingin mengagetkanmu. Aku ingin memelukmu Sri?” kataku
“Sudah selesai?” tanyaku
“Hmmmem” jawabnya sambil menganggukkan kepalanya.
“Memeqmu sudah kamu sabun?” tanyaku sambil meraba permukaan memeqnya yang keset.
“Sudah…………mau ngecek ya? Nih ciumlah…………kalau mau yakin” katanya sambil mengangkangkan pahanya dan menyodorkan memeqnya.
“Ngga deh………nanti keterusan!” kataku
“Kecup dulu dong mas!” pintanya
Aku membungkukkan badanku dan memberikan sebuah kecupan di permukaan memeqnya yang harum sabun. “Cup cup”
“Iya sudah bersih dan wangi” kataku padanya.
Aku melangkah keluar dan memeluknya sambil berjalan kekamarku.
“Mas aku ambil celana dalamku dulu ya?” katanya melangkah kekamar dimana dia menyimpan seluruh baju dan barangnya.
Aku keringkan bajuku dan mengenakan kaos dan celana pendek tanpa memakai celana dalam. Sri kembali kekamarku dan meraih sapu lidi untuk mengebasi kasurku.
“Mas Polie keluar dulu saja deh, biar aku rapikan dulu tempat tidurnya” katanya sambil mengayunkan sapu lidinya.
------------------------------
“Mas……..kita jadi ke tawangmangu kapan?” Sri bertanya setelah selesai membersihkan dan merapikan kasurku.
Sri berbaring disampingku sedangkan aku membaca buku yang tadi aku letakkan dilantai sebelum menggumuli Sri.
“Sebaiknya setelah perayaan tahun baru atau setelah tahun baru ya Sri………..? tanyaku balik.
“Lebih baik sebelum tahun baru saja mas………….” Sarannya kepadaku
“Kenapa……..?” tanyaku ingin tahu
“Kita bisa habiskan malam tahun baru disana berdua” jelasnya sambil menghadap kepadaku. Kepalanya dia taruh didadaku dan jari jarinya menggosok dan memencet puting didadaku. Aliran nikmat kembali mengalir dari tubuhku yang bersumber dari pentil yang dia pilin pilin.
“Ya sudah, kita ketemu saja di bungurasih atau di travel Rosalina Indah?” kataku menyarankannya
“Mas bilang kita akan naik kereta kesana?” dia merajuk
“Batal Sri naik keretanya………….!” Jelasku “Kita akan naik travel saja supaya lebih leluasa. Kita ketemu dikantor cabang di dekat bungurasih.
“Terus kita berangkat jam berapa mas?” tanyanya
“Kalau kita berangkat jam 9 pagi, kita bisa sampai di Surakarta jam 3 sore terus kita lanjutkan lagi ke Tawangmangu jam 5 sore kita sudah sampai disana.” Jelasku
“Jam 9 pagi…………..berarti aku harus meninggalkan Pujon jam 5 pagi.” Katanya
“Bisa tidak ………….?” Tanyaku
“Mungkin bisa mas………….cuman aku tidak pasti.” Katanya ragu ragu
“Apa maksudnya tidak pasti Sri………..?” kataku ingin tahu
“Aku nanti harus memberi alasan apa kalau aku mau pergi? Apa lebih baik setelah tahun baru saja ya mas?” bisiknya
“Aku menurut kamu saja Sri……….. Kalau kamu rasa kita lebih baik pergi sesudah Tahun Baru kita bisa rencanakan setelah tahun baru tetapi kamu berarti ambil cuti terlalu lama. Dan Mas Jaya tidak akan mengijinkan aku pergi kalau setelah Tahun Baru. Dan itu berarti kita akan kesulitan untuk bisa pergi berdua ke Tawangmangu.” Kataku lebih lanjut
“Iya ya………….mungkin lebih baik sebelum tahun baru saja” katanya “Berarti sehari kita perjalanan kesana ya mas?” tanyanya memastikan.
“Iya Sri………..kita tinggal disana selama 2 malam saja” kataku
“Kalau kita pergi pada tanggal 29 Desember kita bisa kembali kesini tanggal 1 January dong” katanya lagi “Tapi aku harus beri alasan apa ya mas kekeluarga ya?”
“Bilang saja kalau kamu sangat diperlukan untuk ngurusi perpajakan” jawabku menyarankan. “Jadi kita akan ketemu di travel Ro**lia In*ah didekat terminal Bungurasih.”
*********************************
Hari minggu Sri harus kerumah Mas Jaya untuk mengetik formulir pajak yang selalu Mas Jaya kirim ke kabupaten. Jadi sore itu setelah toko tutup Sri pergi kesana naik becak. Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan, akhirnya aku memutuskan untuk pergi kelapangan basket untuk melihat lihat. Lapangan basket tidak terlalu jauh dari tempatku tinggal, dengan naik sepeda kira kira hanya perlu waktu 10 menit.
Sesampai disana tidak ada banyak yang main, aku hanya melihat beberapa pemain laki laki dan perempuan. Salah satunya adalah seorang cewek agak chubby dan sangat putih. Wajahnya sangat kalem dan bermata sipit karena papa mamanya orang tionghoa. Aku datangi dia dan tanya apa aku boleh ikut main lempar bola dengan mereka. Maria melihatku agak terkejut tetapi dia memperbolehkan aku bermain dengan mereka.
“Kamu tinggal dimana disini?” tanya Maria
“Aku tinggal di ruko pasar.” Jawabku “Kamu?” tanyaku balik
“Aku tinggal di depan pasar” jawabnya “Toko jamu Ja*o. Aku tidak pernah lihat kamu atau ketemu kamu. Orang baru ya?” tanyanya lagi.
“Iyaaa aku ikut kokoku …………dia udah lama tinggal disini. Kamu tahu Toko sum*** mas” tanyaku lagi
“Iya tahu……………..Oh kamu adike ta?” tanyanya ingin meyakinkan.
“Iya………baru 6 bulan aku disini. Bantu koko di ruko pasar.” Jawabku
“Kenapa kamu tidak kuliah?” tanyanya ingin tahu
“Tahun depan rencananya, aku mau daftar di IKIP PGRI jurusan matematika” jelasku “kamu sendiri bagaimana, kamu kuliah atau masih SMA”
“Aku masih SMA kelas dua di SMA Petra sda” jawabnya “Wah jadi pintar matematika dong. Bisa tanya kalau kesulitan” tanyanya ingin tahu
“Boleh juga kalau mau…………memang ada masalah dengan matematika?” “jawabku
“Kadang kadang sih………….kenapa tidak ambil kuliah di universitas Petra saja” tanyanya
“Aku mau jadi guru” jawabku pendek
Perkenalan dengan Maria membuat sebuah cakrawala baru hubunganku dengan mahluk perempuan. Setelah beberapa lama bicara, Maria mengajak beberapa temannya berkenalan dengan aku. Ada Hwee Nie, Leony dan entah siapa lagi.
Jam 6.30 aku memutuskan untuk kembali pulang sedangkan mereka masih berada disana bermain basket. Sri belum pulang saat aku sampai di ruko yang aku tempati. Aku buka dan masuk kedalam serta menguncinya kembali.
Mandi dan ganti baju, aku berbaring dikasurku. Aku merasa sangat lelah setelah bermain basket dengan Maria dan teman temannya. Mungkin aku tertidur beberapa saat dan terbangun saat aku merasa ada sebuah ciuman lembut dibibirku.
“Mas Polie…………….bangun mas?” katanya lirih sambil menggoyang goyang tubuhku.
Aku buka mataku dan melihat Sri sambil senyum.
“Mas………….aku dijemput sama pacarku. Aku harus pulang malam ini karena sepupuku mau menikah dan bapakku meminta pacarku untuk menjemputku” jelasnya
“Jam berapa sekarang Sri………..? tanyaku ingin tahu
“Jam 8.20 mas. Pacarku ada dibawah mas…………. Mas turun sebentar ketemu dia ya. Aku mau beres beres bajuku. Jangan terlalu lama dibawah sana karena aku mau bicara sama Mas Polie” pintanya
Aku menuruni tangga dan melihat seorang yang tegap memakai baju seragam Angkatan Laut duduk membelakangiku. Mendengar langkahku dia menoleh dan berdiri menyambutku dengan mengulurkan tangan kanannya kepadaku.
“Mas Polie ya………?” tanyanya dengan tegas. “Saya diutus bapaknya Sri untuk menjemputnya karena akan ada pesta keluarga sekalian nanti minta cuti dua minggu. Terlihat pangkat yang ada di lengan atas kanannya bengkok 2 kuning dan matanya menatapku dengan ramah. “Saya Mulyono, temannya Sri di kampung”
Aku merasa kehilangan Sri dengan hadirnya pejantan satu didepan mataku ini.
“Tadi sudah ketemu sama Mas Jaya disana?” tanyaku
“Iya sudah, kami sudah bicara banyak.” Jelasnya kepadaku
“Naik apa tadi kesini Mas Mul?” tanyaku
“Naik sepeda motor” jawabnya sambil melihatku dengan senyum.
“Berapa lama perjalanan kesini?” tanyaku
“Kurang lebih tiga jam, mas.” Jawabnya
“Apa tidak sebaiknya menginap saja disini dan kembali ke Malangnya besok pagi” saranku
“Kita akan bermalam di keluarganya Sri, di daerah Waru” katanya
“Ohh tidak jauh, Sri tidak pernah cerita kalau dia punya saudara di daerah Waru. Tunggu saja dulu ya mas, saya mau keatas. Ada beberapa majalah yang bisa mas baca di rak situ” aku bicara sambil berdiri dan menunjuk pada rak majalah bekas yang tertata rapi di sudut ruangan.
Aku keatas dengan pikiran kosong dan tak menentu, Sri akan pergi untuk dua minggu. Aku merasa sedih berjalan gontai menapaki tangga rumah dengan pelan.
Sri sudah selesai mengemasi barangnya tetapi masih memakai baju yang tadi dia kenakan. Melihatku datang dia mengayunkan tangannya memanggilku. Aku minta dia masuk kedalam kamarku sehingga kita bisa leluasa berbicara.
“Kenapa begitu mendadak kamu pergi Sri?” kataku sedikit marah dan jengkel
“Aku juga kaget mas. Ketika dia datang. Aku tidak menyangka kalau aku akan dijemput hari ini.” Jawabnya
Aku peluk dia erat erat dan mengecup bibirnya dan gairah dendam dan berbagai macam perasaan berkecamuk didalam hatiku.
“Kamu berapa lama akan pergi?” tanyaku “Kita jadi atau tidak berangkat ke Tawangmangu?” imbuhku
“Kita ketemu di bungurasih tanggal 29 kan. Kita akan pergi pada tanggal itu” yakinnya kepadaku. Sri memandang aku dengan penuh kesedihan. Matanya berkaca kaca seakan akan dia pergi dan tak pernah kembali.
“Kamu tadi sudah bicara sama Mas Jaya” tanyaku
“Iya aku tadi sudah bicara sama Mas Jaya, Mas Mulyono sudah menjelaskannya kepada Mas Jaya tadi.” Jawabnya
“Nanti kalau aku rindu sama kamu bagaimana Sri…………? Tanyaku lirih sambil memegang selangkangannya. “Aku mau mencium memeqmu dulu sebelum kamu pergi.
“Memangnya mas kangen sama aku ya?” katanya sambil memandangku dengan seksama. Tangannya memegang pinggangku dan kepalanya menengadah. Aku tidak menyianyiakan waktu yang begitu singkat.
“Ayo Sri aku ingin menciumnya………..angkat rokmu keatas” kataku sambil berjongkok didepannya. Aku cium pelan pelan di bagian depan memeqnya dan menjilat bibir luarnya. Cairan asin terasa di ujung lidahku dan aku cecar dengan jilatan jilatan selanjutnya kearah tombol nikmatnya.
“Sudah mas…………..sudah ………….aku nanti keterusan.” Rengeknya sambil menarik tanganku untuk berdiri.
“Mas aku mau cium dulu batreiku yang kamu simpan sebelum aku pergi” katanya lirih sambil tangannya merayap kebawah. Dia jongkok dan menurunkan celana pendek yang aku pakai. Batreiku terasa dingin dan tidak bergerak.
“Kamu jaga diri baik baik ya selama aku pergi” dia mendekatkan mulutnya kearah batereiku dan mengecupnya sebelum memasukkannya kedalam rongga mulutnya. Batreiku bergerak gerak membesar dengan kuluman dan kenyotan mulutnya. Matanya terkadang mengarah kemataku mengukur kenikmatan yang sedang dia berikan sementara pacarnya dilantai bawah menunggu Sri menyelesaikan tugas mulianya berlutut memanfaatkan waktu yang begitu singkat.
“Sudah Sri……………” kataku memberitahu.
Sri melepas batang batreiku sejenak dan menggelengkan kepalanya.
“Aku harus mengeluarkan cairannya dulu mas, aku tidak bisa tidur nanti kepikiran terus.” Jawabnya lirih
“Tapi pacarmu sudah dibawah menunggumu, jangan terlalu lama. Dia nanti curiga” jelasku.
“Mas jangan tahan tahan ya, supaya cepat keluar spermanya” pintanya
Sri kembali memasukkan batreiku kemulutnya. Dia gerakkan mulut dan batang batreiku dengan cepat dan kepala batreiku sudah senut senut terasa. Kenikmatan sudah memuncak diubun dan tinggal meledak sesaat.
“Ooooooooohhhhh Sri, aku mau keluar sekarang. Ooooooooohhhhh Sriiiiiii” “Croooot, Croooot, Crooooot” Sri tidak melepaskan batreiku. Dia kulum batreiku dan menelan ludah yang keluar dari batreiku. Dia naikkan kembali celana yang dia turunkan tadi dan menutupnya. Sambil meraba raba dari luar.
Sri berdiri dan memelukku kembali dan mendekapku dengan erat.
“Mas terima kasih ya……………, mas selalu menjagaku selama aku disini” katanya.
“Sudah sana………….nanti Masmu curiga terlalu lama” kataku berbisik
“Mas kita ketemu tanggal 29 ya jangan lupa. Apapun yang terjadi mas harus berada disana sesuai rencana yang mas buat.” Katanya memintaku
Sri keluar kamarku dan berjalan kekamarnya untuk ganti baju aku berjalan dibelakangnya tidak ingin melepaskannya. Pintunya tidak dia tutup dan aku bisa melihat apa yang dia buat didalam sana.”
Ketika dia melepaskan baju kaos yang dia pakai, baru aku sadar bahwa aku belum memegang dadanya. Aku menghampirinya dan mengecup dadanya yang selama ini selalu aku pegang. Sri menyodorkan kedepan sehingga aku bisa leluasa memegangnya dan menciuminya.
“Ya sudah ………………aku akan kangen sama ini dan inimu Sri.” Kataku sambil memegang susu dan memeqnya.
Sri melanjutkan ganti bajunya dan aku kembali kekamarku. Hatiku kosong, ruangan ruko terasa kosong kamarku terasa kosong melompong. Sri belum pergi tetapi aura yang dia punya telah meredupkan semua bara yang ada diruko yang aku tinggali. Tidak nampak terasa lagi keceriaan dara muda yang menemaniku malam ini. Jejak kesan yang dia tinggalkan begitu mendalam dan terpatri kuat dihatiku.
-------------------------------
“Mas Polie…………..aku pulang ya?” katanya dari luar kamarku. Dia membuka pintu kamarku dengan perlahan dan memandangku dengan kelihatan sedih. Perasaan kehilangan yanf menyelimuti pikiranku terpampang di wajahku dan terbaca oleh Sri.
“Mas…………..jangan sedih ya? Aku akan kembali tanggal 29 december dan kita ketemu di bungurasih kantor Rosalia Indah.” Katanya perlahan lahan. “Aku berangkat dulu ya………..” katanya sambil mengecup bibirku.
“Aku tunggu kamu di Bungurasih ya Sri…………..jangan ingkar janji apapun yang terjadi!” kataku setelah mengecup bibirnya. “Aku mau memelukmu sebentar boleh?” pintaku dengan lirih.
Sri mendekat dan memberikan pelukan dengan badan hangatnya. Tak terasa air mata hilang mengalir deras dari mataku. Sri sempat bingung dengan keadaanku setelah melepas tubuhku.
“Sri………….kamu bawa kunci dan kamu kunci dari luar setelah itu bawa kuncinya ke Mas Jaya.” Kataku berbisik.
“Ya sudah ……………….wes ya mas tak tinggal sek” katanya. Aku tahu Sri juga sedih dari sorot matanya dan raut wajahnya. Dia berjalan menjauh dan menuruni tangga ke lantai bawah. Samar samar aku dengar ocehannya dengan pacarnya meminta maaf karena terlalu lama menunggu. Setelah terdengar pintu depan tertutup dan terkunci aku keluar kamar dan menengok kamar tidurnya.
Kutemukan kekosongan disana dan tidak ada barang Sri yang tersisa. Semua baju bajunya tidak ada dan dia bawa semua peralatan wanita. Aku heran sejenak kenapa Sri harus membawa semua barang dan bajunya bahkan baju hariannya dia bawa. Apakah Sri tidak akan kembali? Apakah Sri tidak akan kerja disini lagi? Dan masih banyak pertanyaan 2x lainnya yang tidak mungkin aku temukan jawabnnya saat itu.
Semalaman tidak bisa tidur dan pikiran bergentayangan kesana kemari memikirkan dia dan bayangannya berkelabat mempermainkan semua pikiranku.
Sedih
Perih
Kosong
Frustrasi
Terlelap juga akhirnya dengan bangun kesiangan. Mandi dan membuka toko hanya saja ada sesuatu yang ganjil. Tidak ada Sri yang membuatkan aku segelas teh manis dan membelikan sarapan nasi pecel Madiun kesukaanku.
Slamet datang kira kira jam 10 pagi membawa makanan untuk sarapan.
“Sri pulang semalam ya mas? Katanya sambil jalan masuk kedalam toko.
“Iyo Met………….” Jawabku sambil melayani pembeli.
“Dia ngga kembali kok mas………….?”
“Duk…!!” jantungku rasanya mau berhenti. Cepat cepat aku netralisir perasaanku. “Dia tidak bicara sama aku Met, aku tidur cepat kemaren setelah main basket. Dia Cuma pamit saja sama aku selagi aku tidur.” Jelasku padanya
“Kemaren pacarnya jemput dia dan bicara sama Mas Jaya. Rosminah yang nanti bantu disini menggantikan dia, mungkin nanti siang dia datang kesini.” ocehnya
“Apa yang kamu bawa tadi Met?” tanyaku untuk mengalihkan arah pembicaraannya.
“Anu mas………..sarapan” katanya singkat “Ya sudah Mas Polie, aku kembali ya. Takut di cari”
“Eeh Met………kasih tahu Mas Jaya untuk cepat bawa Rose ke toko sini. Hari senin padat sekali sejak tadi!” teriakku sambil masih melayani pembeli.
“Yaaa……………aku beritahu segera” teriaknya dari mobil.
Jawaban atas pertanyaan pertanyaanku semalam telah muncul dari pembicaraan singkat dengan slamet. Jadi Sri tidak akan kembali dan tidak bekerja lagi denganku disini. Lalu apakah kita akan jadi ke Tawangmangu ya? Keheningan dan kesunyian hati mengalahkan suara pembeli dan penjual di pasar yang ramai. Kegundahan hati membuat suasana bekerja terasa tidak nyaman dan penuh sesak terasa didada.
Setelah agak siang Mas Jaya datang dengan seorang perempuan yang dikatakan Slamet tadi.
“Polie, ini loh yang akan menggantikan Sri………?” kata kakakku sambil masuk kedalam. “Sibuk tidak hari ini tadi?” katanya lagi.
“Sangat sibuk kalau buka sendiri seperti ini, mana lagi hari senin banyak pembeli yang kulakan pagi hari.” Jawabku
“Sri tadi malam dijemput sama pacarnya, dia diminta untuk berhenti kerja dan katanya mau menikah. Sementara Rose ini yang akan membantumu disini dan dia tinggal disini sama kamu. Dia sudah tahu kerjaan jadi tidak perlu ngajari lagi.” Katanya
“Kenapa Sri tidak memberitahu aku dulu kalau dia mau berhenti kerja?” kataku singkat.
“Semalam dia bilang kalau kamu sedang tidur waktu dia dari rumah semalam, jadi mungkin tidak sempat memberitahu kamu sebelum dia pergi.” Katanya lagi “Ya sudah aku kembali. Kalau ada apa apa kamu bisa minta rose untuk pergi kesana. Ada Laser Disc player hadiah dari Wings minggu lalu, kamu ambil nanti sore kalau kamu mau. Dirumah sudah ada jadi kebetulan nganggur kamu bawa kesini saja.” Katanya lagi.
“Laser disc……………?” tanyaku singkat
“Kamu ambil nanti supaya kamu tidak merasa bosan, bisa buat karaoke dan nyanyi bareng” katanya lagi.
“Kenapa tidak suruh Slamet saja yang antar kesini. Aku malas ketemu sao sao, banyak tanya ini itu” kataku menyahut.
“Ya, sudah aku suruh dia antar nanti setelah dia kirim barang ke Gedangan” jawabnya. “Ya sudah aku pulang dulu”
Aku menoleh kekiri dan menemukan seorang mahluk mungil kira kira tinggi 160 cm badan langsing dan rambut berombak. Kulit kuning bersih dan lesung pipit dikedua pipinya bila tersenyum.
“Mas Polie………….saya taruh dimana tas baju saya?” dia bertanya pelan sambil memandang langsung kemataku. Wajah bersihnya nampak berseri dan kulit coklatnya nampak bersih dan bening. “Gadis yang sehat……………”pikiranku berkata.
“Kamu naik kelantai dua dan kamu buka pintu yang diujung, itu kamar kamu. Kamu bersihkan dulu kalau kotor, cepat turun kesini ya. Aku perlu bantuanmu mengatur barang barang ini.
“Ya mas…………..saya mau ganti kaos sekalian” jawabnya sambil berlalu dari depanku. Aku mengamati bagian belakang tubuhnya yang memakai rok jeans warna biru dan baju kaos putih. Pantatnya kecil dan dadanya kecil tapi enak dipandang, asetnya tidak begitu nyaman untuk dipegang tapi wajahnya lumayan menyenangkan untuk diamati. Pinggangnya yang ramping dan lekukan pantatnya juga cukup menggiurkan untuk dipeluk dan di dekap.
Bayangan Sri melintas dikepala dan pikiranku membandingkan tubuh Sri dan Rosminah bergantian. Assetnya Sri kelihatannya lebih baik, dadanya lebih besar dan pantatnya lebih nungging. Wajahnya Rosminah lebih cantik dan manis, kulitnya juga lebih bersih dan kelihatan sehat.
“Selamat siang mas………….?” Seorang lelaki menyapaku
“Selamat siang…………..bawa apa?” tanyaku kepada lelaki yang ternyata seorang salesman.
“Ada banyak barang yang saya bawa, minyak, sisir rambut, …….., ………dan kondom juga ada” katanya lebih lanjut.
Otakku langsung teringat percakapanku dengan Sri mengenai kondom. Setelah bertanya tanya mengenai harga dan jenis kondom yang dia jual akhirnya aku membeli sekotak kondom bijian berisi 100 biji. Masih sangat ingat nama kondom itu yaitu kondom 25 dan biasanya ada iklannya di TV waktu itu. Aku taruh didalam lemari kaca dan memajangnya disana. Aku juga diberi sampel setengah lucin yang terbagi dalam dua kotak kecil masing masing berisi tiga biji latex ajaib tadi. Kalau tidak salah ingat waktu itu harganya Rp 3500 pertiga bijinya.
Malam itu aku coba buka satu biji dan menyobek plastik pembungkusnya. Setelah terbuka aku tarik cincin licin dibagian tengah dan berexperiment dengan benda itu beberapa saat. Aku juga mencoba untuk memakainya di batreiku, lucu juga karena banyak kesalahan ketika memakainya. Kadang terbalik dan menempatkannya salah. Menarik cincin kondom yang salah. Dan masih banyak kesalahan lagi yang aku buat mengenai latex ajain itu.
Pelajaran selalu ada hasilnya setelah membuka kondom yang kedua, memakai kondom secara benar dan lancar sudah mahir. Rasa ingin tahu untuk mencobanya semakin besar. Aku kocok kocok batang batreiku dengan dengan hand and body lotion naik turun dan ternyata memakainya adalah sesuatu yang tidak nyaman sama sekali. Kulit Batrei terasa tebal dan tidak sensitif. “Apa enaknya pakai kondom kalau mau making love?” pikirku
************************************************** *********************
Sengaja tidak menceritakan perjalanan fr ini dengan Rosminah karena nanti ada fr khusus tentang dia. Semoga ada waktu untuk menulisnya dan tidak diburu buru deadline hehehe. Tanggal 29 pagi aku sudah pergi ke bungurasih untuk menemui Sri di Rosalia Indah travel. Letaknya waktu itu di luar terminal tetapi masih dekat. Jam 8 pagi aku sudah disana dan menunggu cemas karena tidak yakin dia akan datang atau tidak.
Penjaga travel adalah seorang perempuan yang ramah dan mengajakku bicara. Kesempatan itu aku gunakan untuk menanyakan mengenai perjalanan ke Tawangmangu. Dari informasi yang aku dapatkan aku harus berhenti di JURUG. Dan aku harus mencari sebuah bus disana namanya “LANGSUNG JAYA”. Perjalanan ke Tawangmangu dari Jurug kurang lebih 1.5 jam.
Jam 8.20 sebuah taxi biru berhenti didepan kantor travel itu. Aku perhatikan yang keluar adalah seorang wanita dan aku agak sulit mengenali bahwa yang aku lihat adalah Sri. Beberapa saat aku tertegun dengan perubahan pada rambutnya. Model rambutnya telah berubah dan memakai kaca mata hitam yang sangat serasi dengan kulit dan wajahnya. Aku berdiri dan berjalan kepintu untuk membuka dan menyambutnya.
“Mas Polie…………sudah lama menunggu mas?” tanyanya dengan riang. Suara yang keluar adalah suara rindu yang terpendam. Aku pegang tanggannya dan ingin sekali meniumnya disitu juga tapi perasaan malu dilihat yang mengendurkan niatku untuk tidak melakukannya.
“Sri………….kamu tambah cantik. Baru 10 hari tidak ketemu tapi kamu sudah begitu berubah” kataku berbisik. Kita duduk di kursi tunggu yang tersedia di kantor travel itu.
“Mas suka perubahannya…….? Kenapa Mas Polie kelihatan kurus sekali?”
“Aku kepikiran kamu terus Sri………..? kataku menjawabnya. Sulit makan dan tidur dan ngga enak melakukan sesuatu. Kamu kenapa berhenti kerja tidak bilang terus terang sama aku?” kataku menatap matanya
“Sorry mas aku tidak menyangka bahwa aku harus segera kembali ke Malang waktu itu. Bapakku juga tidak kasih aku kabar kalau aku akan dijemput waktu itu. Tapi Mas Mulyono bicara sama Mas Jaya tanpa sepengetahuanku jadi waktu aku pulang aku baru tahu kalau aku tidak akan bekerja lagi disana.” Jelasnya
Jam 8.45 kami berangkat dengan mengendarai L300 menjemput beberapa penumpang didaerah Sepanjang, Krian dan Balongbendo. Total penumpang hanya 7 orang yang berangkat jadi agak leluasa. Kita duduk berdua di bagian belakang, dibagian tengah adalah pasangan suami istri dengan satu anak perempuan kecil kira kira 3 tahun. Seorang baby sitter yang menjaga anak itu dan seorang lagi duduk dibangku depan didekat sopir.
Ketika di Balongbendo Sri sempat memberitahu aku kalau dia mempunyai saudara sepupu di balongbendo dan tinggal disana dengan suaminya yang bekerja di telkom.
-----------------------
Selama perjalanan tangan kami tidak pernah lepas dari berpegangan. Terpaut dalam rindu dan ikatan kangen. Pautan mimpi mimpi yang lama belum tercapai berada didepan mata memberikan sebuah asa yang akan segera terlaksana. Keinginan untuk memeluk dan melumat bibir sexynya selama perjalanan terganjal oleh sebuah adat dan aturan tidak tertulis. Sesampai di Mojokerto mata rasanya berat dan ingin tertidur, Sri mencondongkan badannya kearahku dan meletakkan kepalanya didadaku. Buah dadanya yang lembut menempel dilenganku, membangkitkan batrei yang tertidur. Terasa lunak dan hangat ingin sepertinya mencengkeramnya tanpa ampun. Tidak banyak bicara dan ungkapan lisan terdengar dari penumpang lain. Hanya percakapan pendek terkadang terdengar antara sopir dan penumpang disebelahnya. Yang lainnya pada sibuk dengan acara mereka sendiri sendiri yaitu menutup mata melanjutkan tidur mereka.
Kesempatan memeluk Sri terbuka lebar karena tidak ada gangguan, hanya sopir yang tahu dan kadang melihat dari sepion tengah. Tapi rasanya dia sudah mahfum dengan apa yang sedang aku lakukan. Bau harum rambutnya Sri semerbak di hidung dan menimbulkan percikan api birahi yang selama 10 hari terakhir tidak tersalurkan. Sri menutup matanya dan tertidur dengan nyaman dipundakku, pasrah dan tidak berdaya. Dengkuran lembut terdengar dari mulut kecilnya dan suara nafas yang keluar dari hidungnya berhembus pelan dan stabil. Aku tidak bisa bergerak karena takut mengusik tidur lelapnya.
Jombang terlewati dan akupun terlelap dalam sebuah hempasan yang mengantarku tidur lunglai. Entah berapa lama aku tertidur, tiba tiba suara sopir membangunkan aku saat mobil sudah terparkir di depan sebuah rumah makan besar. Sri bangun dari tidurnya juga dan bangkit dari dadaku.
“Sampai dimana kita mas……….?” Tanyanya dengan mata terbuka lebar.
“Tidak tahu Sri…………tapi mungkin di daerah Caruban atau Saradan. Kita turun dari L300 yang membawa kami dan langsung ngacir ke toilet yang terletak disamping restaurant itu.
Makanan tidak begitu enak jadi kita tidak makan banyak.
“Sri ……………”kataku saat kita sedang menunggu penumpang lainnya didepan restaurant.
“Apa mas………..” jawabnya sambil tersenyum padaku.
“Kamu bilang apa kepada orang tuamu sebelum berangkat kesini?” tanyaku
“Aku bilang kalau aku harus kembali ke tempat kerja untuk menyelesaikan tugasku yang belum selesai. Aku bilang perlu empat hari saja.” Katanya lagi.
“Jadi kita hanya mempunyai empat hari saja ya………….” Kataku senang.
“Iya mas………..kurang?” tanyanya lagi
“Kurang lama Sri………..? kataku menjawabnya
“Bagaimana kalau kita lari saja……….?” Sarannya kepadaku
“Lari bagaimana Sri maksudmu Sri……..?” kataku penuh pertanyaan.
“Ya…….lari saja supaya kita bisa selalu bersama” katanya manja
“Memang kamu berani lari denganku……………?” kataku ingin tahu pikirannya.
“Mmmm…..mmmm berani kalau Mas Polie mau?” dia menantang aku
“Memang nanti kita akan apa Sri kalau kita lari?” tanyaku lagi
“Mas kan bisa kerja dan aku juga bisa kerja……….?” Imbuhnya lagi sambil memeluk lengan tanganku.
“Aku suka mendengarnya Sri tapi itu adalah hal yang paling sulit yang mungkin tidak akan aku lakukan. Efeknya pada keluarga kita sangat besar. Belum nanti keluargaku kena getahnya apalagi Mas mulyonomu seorang anggota TNI. Itu akan membuat keadaan sangat runyam dan aku tidak bisa membayangkannya.” Aku berkata lirih sambil memandangnya dengan mesra. “Aku kangen sekali sama kamu Sri…………, selama kamu pergi aku tidak mampu menghilangkan rasa sepi dan bayanganmu. Setiap kali aku mandi tidak ada yang membantu menggosokkan punggungku. Kalau pagi tidak ada teh yang terhidang menemani sarapan nasi pecel madiunku.
Sri mendengarkan ceritaku dengan seksama dan matanya melihatku dengan mata nakalnya. Pegangan erat di lenganku semakin kuat. Teteqnya menempel dan menekan kelengan tanganku semakin kuat. Kehangatan teteqnya merembes terasa dikulit lenganku dan keinginan untuk merengkuh badannya semakin kuat.
“Mas………yuk kita tunggu yang lain dimobil saja, aku ingin menciummu. Sejak tadi pagi aku ingin menciummu, aku juga kangen sama mas” ajaknya sambil menarik lenganku ke arah mobil L-300 yang diparkir dibawah pohon. Mesin mobil tetap menyala dan AC nya terasa sejuk sekali. Kita masuk sedang yang laiinya masih makan.
“Kamu tidak beli camilan Sri…….?” Tanyaku ingin tahu
“Iya mas aku mau beli manisan bangga yang warna kuning dalam plastik itu” katanya.
“Jangan beli itu Sri……….nanti kamu kena diare. Bisa bisa merusak rencana liburan kita.” Kataku menjelaskan.
“Ya sudah ………….tadi mas Polie menawari aku” rajuknya sambil mendekatkan bibirnya kebibirku. Bibir kami menempel dan tanganku memegang pipinya dan meraup wajahnya. Aku mengelus wajahnya dengan lembut dan Sri menikmati perhatian yang aku berikan padanya. Nafas kami memburu, aku pegang teteqnya dengan lembut dan meremasnya lirih sehingga membuat Sri bertambah panas.
“Mas……………lembut sekali tanganmu” nada suaranya tersengal dan nafasnya memburu. “Aku ingin melumat batreimu, buka sebentar mas, aku ingin menghisapnya” katanya pelan sambil menarik zipper celana yang aku pakai. Dan Batreiku yang sejak dari tadi terjepit dalam celana dalam menongol dari balik celana jeans yang ketat dan cdku. Lidahnya Sri menyapu palkonku dan cairan bening meleleh dari lobang saluran nikmatnya. Tanpa ba bi bu……..dia telan seluruh batang dan kepalanya sambil menggeser lidahnya kesamping dan kekanan dan menghisapnya kuat kuat. “Terlena” begitu mungkin kata yang tepat untuk menggambarkan keadaanku. Kenikmatan sebuah lidah dan rongga mulut yang menyarungi seluruh persendian batang dan kepala batreiku. Aku menengadah menikmati sensasi yang timbul.
“Ooooooooooohhhh Sriiiiiiiiiii niiiiikmatnya mulutmu” rintihku sambil memegang kepala dan rambutnya. Aku menikmati sensasi yang timbul dan mengulurkan tanganku kearah dadanya.
Sri tidak hanya mengulum dan menggoyangkan lidahnya dalam mempermainkan batreiku. Dia naik turunkan kepalanya keatas dan kebawah seperti membelit sebuah selang didalam mulutnya. Tindakannya membuatku menutup mata menikmati seluruh kenikmatan yang dia tawarkan. Ketika aku membuka mataku dan menoleh kesekeliling mobil dengan maksud untuk mengetahui keamanan. Ada seorang pedagang asongan yang berjalan mendekati mobil. Aku tarik kepalanya Sri keatas dan memberikan aba aba kepadanya
“Cukup!!!!!......... Sri cepat………..ada anak berjalan kesini mau menawarkan jajanan.” Aku tarik zipper keatas dan Sri menghentikan kegiatannya, dia memandangku dengan penuh nafsu. Matanya puffy dan wajahnya sangat sendu. Aku tarik kepalanya kearahku dan mengecup bibirnya.
“Mas senang?” tanyanya dengan lugu. “Nanti kita teruskan ya kalau sudah sampai di Tawangmangu.
“Sriiiiii enak sekali yang tadi, aku kangen sekali dengan permainanmu tadi. Janji ya kita akan lakukan lagi nanti sesampai di Tawangmangu.” Aku memohonnya
Sri hanya menganggukkan kepalanya dan tersenyum penuh arti.
“tok…….. tok……… tok” kaca jendela diketuk “Om……….beli bremnya untuk oleh oleh? Hanya Rp3500 harganya Om?” katanya menawarkan.
“Mas kita beli satu ya? Aku mau coba” katanya “Ada pisang rebus juga kesukaan Mas Polie…” imbuhnya lagi menawarkan.
“Ya sudah kamu beli Bremnya dan ambilkan aku pisangnya. Berapa semuanya?” tanyaku pada penjual brem itu.
“Empat ribu lima ratus Om…….” Jawabnya singkat.
“Beri aku permen saja kembaliannya” kataku. Beberapa penumpang sudah berjalan kearah mobil dan membawa bungkusan oleh oleh.
Perjalanan Palur dengan lancar dan ketika kami tiba didaerah Palur cuaca gelap dan mendung.
"Mas kok mendung begini?" katanya kepadaku dengan khawatir. "Kalau sampai sana hujan bagaimana"
"Ditawangmangu banyak losmen dan hotel Sri............kita bisa menginap disana" aku menenangkannya
---------------------------------
Perjalanan ke Tawangmangu dari palur cukup menyenangkan. Bis Langsung Jaya yang kita naiki masih cukup baik walaupun penumpang yang berangkat keatas cukup banyak tetapi ketika melewati Tasik Madu dan Karanganyar beberapa penumpang turun. Cuaca tidak begitu bagus karena mendung dan ketika sampai di Karangpandan rintik rintik hujan turun. Suasana bertambah syahdu ketika hujan yang lebih keras turun. Sri mendekap tubuhku dengan erat sementara suara hujan seperti mengetok ngetok atap bus. Kabut menyelimuti gunung tinggi yang hijau dan menutupi pandangan kita. Semua penumpang termangu sambil memandang keluar jendela. Bus kadang melambat pelan ketika berpapasan dengan bis lain yang akan turun ke karangpandan. Perjalanan keatas sungguh menakjubkan Sri terutama ketika jalanan menanjak dan melingkar menikung dan melengkukng keatas dan bis perlahan lahan merayap pelan mengukuri jalan jalan yang terawat itu.
“Mas Polie, mengerikan sekali ya jalanan disini……, aku sedikit takut.” Katanya pelan. Jari jarinya mencengkeram pinggangku dan memelukku erat tanpa menghiraukan penumpang di jajaran kursi sebelah kanan yang melotot dengan tingkahnya.
“Tenang saja Sri…………sopirnya udah pengalaman dan menjalankan bisnya beberapa kali dalam sehari, jadi tidak perlu khawatir. Coba kamu lihat disebelah sana, jurang begitu dalam dan kabut menutupi sebagian jalanan.” Kataku sambil mengarahkan jari telunjukku keluar jendela. Pandangan Sri mengikuti arah jariku dan melihat apa yang aku tunjukkan.
Hujan tidak mereda malahan bertambah deras, dan udara di dalam bus semakin dingin. Kutaruh lenganku dipundak Sri yang masih memeluk erat badanku. Didepan umum pertama kali aku memeluk seorang gadis yang pacarnya adalah seorang anggota AL. Sri tidak menghiraukan disekitarnya dan akupun cuek dengan pandangan sinis penumpang sebelah.
Setelah mendaki tanjakan terakhir, bis akhirnya sampai juga di terminal dan menepi ditempat parkir terminal. Penumpang berdiri satu persatu dan mengambil barang bawaan mereka.
“Ayo Sri……..kita sudah sampai di Tawangmangu” kataku
“Kita naik apa ke losmen mas? Tanyanya sambil mengambil travelling bag yang dia bawa.
“Kita akan naik angkot saja ya supaya tas kita tidak basah. Yuk……..jalan kedepan sana. Kamu capek………?” tanyaku setelah perjalanan panjang yang kita tempuh berdua.
“Tidak tapi cuaca disini dingin sekali ya mas………..lebih dingin dibandingkan malang.” Katanya menjelaskan.
“Masa?” jawabku sembari menuruni tangga bis. Aku melangkah turun dan berbalik untuk membantu Sri menuruni anak tangga terakhir bis itu.
“Cari penginapan Om?” tanya seorang lelaki tua kepadaku.
Aku tidak menjawab dan memandang kedepan terminal, terlihat pasar tradisional Tawangmangu sepi penjual.
“Penginapannya dekat sini Om dan harganya tidak mahal. Didekat kantor telkom dan kalau mau ke air terjun hanya tinggal berjalan saja tanpa harus naik angkot” beritahunya. “Kamar mandi didalam dan bangunannya baru jadi enak kalau untuk ngaso”
“Berapa semalam pak?” tanyaku ingin tahu.
“Hanya 45 ribu saja Om. Itupun sudah pake tempat tidur yang besar.” Katanya membujukku. “Mari saya tunjukkan, kalau tidak suka nanti saya akan tunjukkan yang lain yang lebih bagus. Saya pake mobil didepan itu” Pak tua tadi menunjuk mobil susuki carry merah sambil membungkuk untuk mengambil kedua travelling bag kita.
Aku akhirnya mengangguk pada Sri untuk mengikuti lelaki tua itu menuju mobil carry merahnya. Kita dibawa keluar terminal dan memasuki mobilnya. Beberapa saat terlihat kantor telkom disebelah kiri jalan dan mobil berbelok ke sebuah gang yang cukup lebar dan berhenti disebuah losmen dengan bangunan tinggi.
“Mari om saya tunjukkan kamarnya” katanya setelah membukakan pintu. Sri senang dengan suasana losmen dan terlihat ada kebun bunga dibagian penginapan itu. Kita berjalan langsung ke sebuah kamar dengan nomor 9. Bapak tadi membukakan kamar dengan kunci yang dia bawa. “Saya yang punya losmen ini, jadi Om tidak usah khawatir. Bagaimana suka dengan kamarnya?” tanyanya.
“Sri kamu suka?” tanyaku pada Sri
“Terserah Mas Polie?” katanya menjawabku. Aku berjalan masuk kedalam dan menuju ke kamar mandi. Bau cat masih tercium menandakan bangunan itu memang baru. Wastefel dan toilet duduk terlihat didalam kamar mandi, bak mandinya bak mandi biasa.
“Ya sudah pak, kita nginap disini saja” kataku.
“Om mau nginap berapa hari disini?” tanyanya
“Dua malam , pak” jawabku tegas.
“Om kalau lapar didepan sana ada kantinnya. Istri saya yang masak jadi kalau perlu minuman atau makanan sudah tersedia disana semua. Kalau perlu mobil, mobil saya tadi juga untuk sewa siapa tahu mau putar putar ke sekeliling daerah ini.” Jelasnya sambil menawarkan jasanya. “Saya minta uangnya dulu Om, jadinya 90 ribu rupiah” katanya lebih lanjut.
Aku ambil uang dari dalam dompet dan memberikan padanya. Pak tua memandang ke aku sambil berbiacara.
“Silahkan istirahat Om, sama saya mau pinjam KTP nya sebentar untuk dicatat dibuku tamu.” Katanya
“Sri, kamu bawa KTP kan. Kamu berikan ke bapak ini.” Kataku meminta Sri.
Sri agak takut dan ragu ragu memberikan KTP nya karena dia mengira ada apa apa. Aku sempat memberi kedipan mata untuk tidak khawatir.
“Sebentar ya Om………saya catat dulu. Saya akan kembalikan segera setelah saya selesai mencatatnya. Silahkan istirahat dulu, kelihatannya capek sekali dari perjalanan.” Katanya kepada kita berdua.
Lelaki tua itu keluar dan membawa KTP nya Sri. Dia menutup pintu dan percikan air hujan dari luar masuk melalui celah pintu yang terbuka.
“Aku capek sekali mas………….aku mau mandi tapi kok sangat dingin ya cuacanya.” Katanya sambil medekatiku. Aku meraih tubuhnya dan memeluk erat tubuhnya. Harum rambut dan parfum yang dia pakai bukan seperti parfum murahan dan terasa nyaman terhirup oleh hidungku. Sentuhan tangan dan jemarinya dipundak dan leherku terasa lembut. Ada rasa kangen untuk merengkuhnya kedekapan dan memberikan kecupan dibibirnya. Bibirnya menerima kecupanku dengan terbuka dan dan basah. Pagutan bibir kami terasa memicu sebuah gelora yang terpendam selama beberapa hari sirna. Sri melenguh dan menggeliat meminta dadanya diberikan perhatian. Ku masukkan jariku kedalam baju kaos yang dia kenakan dan menyentuh kulit badannya.
“Jarimu sangat dingin mas……..” katanya setelah melepas pagutan kami. Nafasnya tersengal sengal dan kata katanya terbata bata sambil menjauhkan tubuhku dari tubuhnya. Aku tarik kembali tubuhnya kedalam rengkuhan lenganku dan kuselimuti badanya dengan tubuhku. Terasa nyaman dan hangat di tengah cuaca yang sangat dingin.
“Tok …tok …tok …..” suara pintu diketuk menghentikan kegiatan kami.
“Siapa…………..? tanyaku sambil berjalan kearah pintu.
“Mengantar teh Om …………. !” katanya menjawab
Aku buka pintu kamar dan berdiri seorang gadis kecil kira kira 15 tahun membawa sebuah nampan berisi 2 gelas teh panas dan 2 potong pisang goreng. Perut menyambut dengan suara kemerucuk pertanda lapar. Aku raih nampan yang dia bawa dan membawanya kedalam kamar.
“Om………………tidak pesan nasi untuk makan?” tanyanya dengan lincah. Ada nasi rawon, nasi rames, nasi goreng merah dan beberapa jenis nasi yang mengundang selera.
“Mas…………….kita makan saja kamar ya? Aku sudah lapar dan aku mau pesan nasi rawon saja.” Sri mengeluarkan suaranya.
“Ya sudah, saya mau pesan nasi rames.” Kataku memesan makanan pada gadis yang membawakan teh panas.
“Itu saja Om” katanya sambil membawa nampan tadi kembali dan menutup pintu kamar.
“Aku cuci cuci dulu deh Sri……….” Sambil berjalan kedalam kamar mandi.
“Aku juga ikut mas………aku kedinginan nanti kalau sendirian” pintanya
“Ya sudah sini……….” Aku melepas bajuku, celanaku dan berjalan masuk kedalam kamar mandi. Airnya sangat dingin dan menusuk pori pori kulitku. Tapi aku tahan saja sambil membasuh lengan dan wajahku. Sri masuk kedalam kamar mandi dengan bertelanjang dan memelukku dari belakang.
“uuuughhughhug dingin sekali mas………….!” katanya
-------------------------------
Teteqnya menempel skin to skin ke punggungku. Kehangatan terasa dari sumber bagian depan dadanya dan mengalir ketubuhku melalui punggungku yang menempel langsung pada teteqnya.
“Sri ……………kenapa ada yang panas dipunggungku?” kataku padanya
“Aku tidak tahu mas………….?” Jawabnya lugu.
“Loh…………kenapa punggungku gosong Sri?” kataku sambil meraba punggungku
“Oooooooohh itu tadi ada yang bermain lilin mas jadi mas ngga terasa ya waktu aku mematikannya. Waktu aku peluk tadi aku berusaha mematikan api yang ada punggungmu itu mas.” Katanya menjawab.
“Coba lagi …………..kamu tempelkan ”kataku memintanya
“Apinya kan sudah mati mas……….buat apa ditempelkan lagi sambil senyum.” Katanya penuh jenaka. “Ayo mas cepat cuci cuci, siapa tahu yang mengantar makanan cepat kembali.” Katanya dengan pelan. Sambil mengambil air dari bak mandi dan menyiramkan air kebagian lengan dan ketiaknya. Teteqnya sri bergantungan dengan leluasa seperti buah papaya yang gemuk dan penuh daging. Ingin ku memegangnya tapi sudah diperingatkan untuk tidak karena dingin. Dia menyabuni seluruh badannya dengan washlap yang dia bawa dan mengelap seluruh permukaan kulit tubuhnya.
Memeqnya sudah kembali ditanami dengan bulu bulu mq yang halus tetapi masih pendek. Tangannya terus menyabuni, pantat dan meqinya tak luput dia sapu dengan washlap . Dia siram sesaat dengan air dingin dan mengeringkannya dengan handuk tipis yang dia bawa masuk kedalam. Aku mengikutinya keluar kamar mandi sambil mengamati bagian belakang tubuhnya yang polos.
“Tok….tok….tok” pintu diketok dari luar.
“Mas sana buka dulu pintu kamarnya” katanya sambil berjalan kembali masuk kedalam kamar mandi.
Aku memakai celana pendekku tanpa memakai celana dalam dan berjalan ke pintu depan untuk membuka.
“Om makanannya sudah siap” dia berkata sambil tersenyum kepadaku. Dadaku masih terbuka, hanya handuk saja yang masih tergantung dipundakku. Aku biarkan dia masuk kedalam kamarku dan dia memandang keseliling ruangan dan mendapati tempat tidur masih rapi tertata. Setelah meletakkan makanan di meja kecil dekat dipan, dia keluar dan aku berikan kata terima kasih.
“Sri………..keluarlah! Makanan sudah siap. Sri keluar dari kamar mandi dan berjalan kearahku dengan hanya memakai celana dalam. Dadanya masih terbuka leluasa ditutupi handuk kecil yang dia pakai dikamar mandi. Sri kelihatan sangat sexy dengan pusar terlihat dan teteq yang kelihatan menyembul dibalik handuk yang menutupi. Aku mengulurkan tanganku menyambut kedalam pelukanku. Aku tersenyum penuh nafsu meraih tubuhnya dan mempererat pelukanku.
“Aku kangen kamu Sri…………” bisikku ketelinganya. Udara dingin menusuk membuat kami menikmati kehangatan tubuh kita. Gesekan kulit tubuh kami membuat kehangatan memercik dan tersalur keseluruh tubuh kami. Sri menengadahkan mukanya dan mendekatkan bibirnya kebibirku. Aku terpacu untuk mengecupnya yang hangat dan melekatkan bibirku keatas bantalan kedua bibir indahnya. Kecantikan perempuan nampak sesaat nafsu bicara. Sri yang tidak begitu cantik kelihatan sangat indah hari itu. Enggan rasanya untuk melepaskan tubuh sexynya hanya karena lapar. Tautan bibir kami menggelora dan membangkitkan nafsu yang tertinggal. Gelora birahi memercik mercik menyulut sebuah bara yang lebih besar. Tanganku menelusuri punggungnya dan menemukan jalur sutra ke teteqnya yang lebih hangat.
“Ooooooooooohhhh Mas Polie………… gerakan sangat lembut” bibirnya terlepas dan nafasnya memburu. Aku kecup telinganya dan melumat daun telinganya dengan lembut.
“Kita makan dulu mas, keburu dingin. Kita lanjutkan lagi setelah makan” katanya membujuk. “Aku juga udah kelaparan” lanjutnya
Aku tidak membiarkan begitu saja dia memutus bara yang sudah berkobar. Aku menjelajahi batang lehernya dengan bibir dan lidahku yang basah.
“Oooooooooooohhh mas……….kamu nakal sekali. Aku mau makan dulu supaya ada tenaga” katanya
Aku menghentikan kegiatanku dan memandang wajahnya yang sayu dengan kedua pelupuk mata yang membengkak tanda birahi. Matanya membalas tatapanku dan kembali dia menubruk dadaku. Teteqnya yang kenyal tergencet diantara jepitan kedua dada kita.
“Mas……….?” Katanya lirih sambil mengelus kulit dadaku.
“Ya, Sri………? Jawabku singkat.
“Mas Polie sayang sama aku?” tanyanya
Aku terdiam sesaat dengan pertanyaannya yang tiba tiba itu.
“Aku sayang kamu Sri………….” Jawabku sambil menengadahkan wajahnya. Aku memncium keningnya untuk meyakinkan jawabanku.
“Perasaan Mas Polie bagaimana ketika pacarku menjemputku?” tanyanya lagi
Aku melepas pelukan ke tubuhnya dan merenggangkannya jauh dari badanku. Aku melihat pancaran matanya dan kelihatan dia sedang menilai sesuatu dariku.
“Kita sambil makan yuk?” kataku sambil meraih piring yang ada diatas meja dan memberikan makanan pesanannya.
“Mas Polie ………..kenapa tidak jawab pertanyaanku” dia memandangku sambil menunggu reponku.
“Sri………..aku sakit hati sekali ketika kamu beritahu aku kalau itu pacarmu. Rasanya aku telah ditusuk dengan senjata tajam. Kenapa kamu begitu mendadak tanpa memberitahu aku dan sepertinya aku merasa dicampakkan. Kamu tidak memberitahu aku sehari atau dua hari sebelum kamu pergi. Beberapa hari setelah kamu pergi, aku ingin sekali pergi ke Malang untuk bertemu sama kamu tapi aku tidak tahu dimana alamatmu. Aku ingin tinggalkan toko guna mencarimu di Waru tapi aku juga tidak tahu daerah itu. Aku seperti putus asa dan tidak berdaya.” Jelasku
Sri memandangku dengan tidak berkedip, aku mendekatkan lagi wajahku untuk mengecupnya. Tangan kanan Sri menyambut pipiku, ada genangan air mata meleleh dimata kanannya dan mengalir menuruni pipinya diikuti aliran pelan dari mata kirinya.
“Kenapa menangis Sri…….” Tanyaku iba sambil mengunyah makanan.
“Aku senang mas………….ternyata mas ada perhatian denganku. Selama aku kerja dengan mas, Mas Polie tidak pernah mengucapkan kata “Sayang” kepadaku sehingga dalam hatiku aku selalu beranggapan bahwa aku hanya mas jadikan sebuah pelampiasan fantasi sex Mas Polie saja” jelasnya
“Kenapa kamu punya anggapan seperti itu Sri?” kataku lagi
“Karena aku tidak pernah mendengar ucapan sayang dari Mas Polie” katanya lirih. Dia melanjutkan mengunyah makanan dan kita mendengar hujan semakin deras. Kami terus berbicara hingga kita selesai makan makanan yang kita pesan. Aku kembali ke kamar mandi untuk sikat gigi dan Sripun mengikuti aku.
“Acara kita selanjutnya apa mas?” tanyanya
“Kita dikamar saja Sri karena hujan deras dan kita tidak tahu apa yang kita bisa lakukan.” Jawabku
“Kita tidur saja supaya kita bisa jalan besok pagi.” Kataku sambil berbaring
“Mas ………….siapa yang menggantikan aku kerja disana?” tanyanya
“Rosminah, yang biasa bantu di rumah Mas Jaya” kataku. “Memang kenapa?” tanyaku
“Aku hanya ingin tahu……….mas juga cium teteqnya?” tanyanya dengan muka cemburu
“Tidak!…………….memang aku apa. Cium sana cium sini.” Kataku
“Jangan tersinggung dong mas, aku kan hanya tanya” jelasnya dengan senyum nakal
“Sri…………?” aku menarik tangannya untuk rebah disampingku
“Mmm…….” Jawabnya ringan
“Aku bawa kondom” kataku lirih
“Kondom……..?Untuk apa mas…………?” katanya menggoda sambil tersenyum
Aku tidak bisa menjawab pertanyaannya yang terakhir ini. Aku tidak tahu bagaimana harus memulai untuk fase kearah sana. Aku menyesal dengan kataku tentang kondom. Kenapa kata kondom yang aku keluarkan dulu. Kenapa aku tidak meraba dan memanasi dulu tungku tubuh dan memeqnya. Kenapa aku harus to the point tentang karet ajaib itu.
“Kamu dulu yang kasih saran untuk membawa kondom kan?” jawabku sekenanya
“Masa aku pernah minta bawa kondom segala?” jawabnya tak mau kalah
“Heheheeheh kamu meledek ya?” kataku sambil merapatkan tubuhku
Aku gelitik pinggangnya yang polos dan merapatkan tubuhku ketubuhnya. Kehangatan yang tadi hilang kini sudah kembali terasa. Sri berusaha mengelak jariku dipinggangnya dengan memutar tubuhnya. Tapi putaran tubuhnya justru merapatkan tubuhnya ketubuhku dan terkuncilah tubuhnya. Aku mencium badannya dari pundaknya dan menelusuri dada atasnya.
“Mas berhenti dulu ………!” katanya sambil tersengal
Aku berhenti dan memandang ke wajahnya.
“Mas Polie…………kamu masih sayang aku?” tanyanya
“Kenapa tanya pertanyaan yang sama?” kataku menjawab “Iya Sri aku sayang sama kamu.
“Aku pernah melakukannya mas………….” Katanya menggantung
“Huh………?” aku tidak mampu mengatakan kata kata apapun.
“Mas…………..waktu aku pulang malam itu aku tidak menginap di rumah saudaraku di Waru tetapi aku diajak menginap di losmen. Mas Mul memaksaku untuk melakukannya. Bulan Juni nanti aku akan menikah sebelum dia berangkat berlayar.” Katanya
Aku tercenung dengan ucapannya dan kata katanya terus terngiang.
“Mas Polie…….aku tahu mas kecewa tapi mas jangan marah ya?” pintanya
“Tidak Sri………aku tidak marah. Cuman itu semua diluar dugaanku Sri. Memang aku tidak sewajarnya mengambil kesucianmu. Aku belum mampu bertanggung jawab atas apa yang akan aku ambil.
Sri mendekapku “Trima kasih mas, kalau kamu bisa mengerti” Katanya berbisik.
Aku kalah lagi selangkah dengan Sri, itu berarti dia masih tetap menjadi guruku dalam bidang olah ranjang. Aku masih belum tahu langkah apalagi yang harus aku lakukan. Sri masih mendekapku. Pasrah saja adalah keputusan yang akhirnya aku ambil dan itu adalah sesuatu yang benar aku rasa. Aku dekap tubuhnya dan mengecup dahinya. Aku merasa tidak begitu terbeban dengan masalah virginitas setelah mendengar kata katanya. Tanggung jawab yang aku pikul tidak akan terlalu membebani pikiranku kalau aku melakukannya.
Aku menanamkan bibirku keatas bibirnya yang menerimaku seperti sebuah es yang sedang meleleh. Aku benamkan lidahku menyentuh pinggir bibir sensitivenya. Ujung lidahku meniti sebuah jaring jaring rongga mulutnya dan menyemai hamparan lembut lidahnya yang dia julurkan. Kehangatan dari olah lidah memercik mercik mengikat desir desir nadi yang menggelora berselimutkan rindu dan dendam.
“Apakah ada dendam dipikiranku? Apakah ada rasa sakit hati terjepit direlung hatiku?” pikiranku sempat berlari jauh dari titik kegiatanku.
“Tidak …………..tidak ada dendam. Tidak ada hati yang tersakiti” pikiranku berceloteh.
Dengan lembut aku melayani bibirnya yang lapar dan mengorek seluruh permukaan rongga yang tersembunyi dibelakangnya. Kehangatan yang dia tawarkan membuatku liar. Aku lepaskan bibir indahnya dan menelusuri turun kearah telinga yang dia sambut dengan erangan yang membahana keluar dari mulutnya yang mungil.
“Oooooohhhh mas……….aku merindukanmu” terpesona aku mendengarnya
Perlahan aku julurkan lidahku kepermukaan daun telinganya dan getaran hebat respon dari tubuh sri membuatku trenyuh. “Akan aku berikan kepadamu Sri……………” pikiranku berkata
“Ooooooooohhhh mas…….jangan siksa aku.” Tanganku diraihnya dan diantarkannya kedadanya yang terbuka. Selimut menutupi badan kita dan aku meraih bundaran lunak dada yang berujung putting manis itu. Aku lumat telinga dan ku remas pelan dan lembut dadanya.
“Oooooooooohhhhh terus Mas Polie, aku rindu sekali dengan jarimu. Pegang aku Masssssssss………z..z.z.z…ohhhhhhh. Tanganku mengusap putting yang mengeras dan mulutku mengecupi lehernya yang jenjang. Kulit tipis lehernya sangat peka dengan kecupan lembut bibirku. Dia menengadah memberiku akses untuk menjelajahi dan mengukur dimana birahi akan muncul. Lidah terjulur dan erangan makin terdengar kuat. “ooooooooooohhhhh Mas Polieeeeeeee” erangnya
Jariku menaiki pundaknya dan aku mengangkat tubuhku untuk bisa lebih leluasa menikmati erangan dan menyapu bilik dadanya. Ku pegang wajahnya dan ucapkan sayang kepadanya”
“Sri aku sayang kamu………….aku rindu sekali padamu” ucapku diujung telinganya. Hempasan udara “kata sayang dan rindu” yang keluar dari mulutku membuatnya semakin melayang. Dia tergolek pasrah dengan erangan ringan sesekali terdengar dan keluar dari mulutnya.
“Aku tidak tahan mas……….Ooooohhhhh massss” mulutnya bergerak gerak seirama dengan lekukan tubuhnya yang bergoyang terangsang oleh sapuan lidahku dibagian pusarnya. Tangannya yang mungil mendorong kepalaku untuk lebih kebawah. Aku tidak mudah mengikuti kemauannya, aku punya cara sendiri untuk membangun birahinya hingga pecah. Kugerakkan lidahku kekanan dan kekiri menyilangi perut bawahnya perlahan lahan turun kebawah. Dia meronta ronta dan pinggulnya bergoyang searah dengan gerakan lidahku yang menyusuri. Kadang kadang dia mengangkat pinggulnya sambil menekan kepalaku kearah memeknya yang masih terbungkus celana dalam hitamnya.
“Mmmmmmmmmmaasssssss bisanya kau siksa aku, ooooooooohh masssszzzz.” Erangnya memanjang. Aku lanjutkan penjelajahanku kearea yang sudah aku kenal dengan baik. Titik titik perhentiannyapun masih aku ingat dengan baik pula sehingga memungkinkan untuk mengexplorasi keindahan sexualismenya. Erangannya menjadi semakin kuat dan merdu ditelinga. Hentakan hentakan binal adalah respons dari kejutan kejutan aliran listrik dalam tubuhnya karena rangsangan rangsangan yang sangat kuat dari permukaan kulitnya. Kedua tangannya yang kecil mencengkeram kuat rambut kepalaku dan menekannya tepat diatas vaginanya yang terbungkus. Kedua kakinya terangkat sehingga memberi keleluasaan padaku untuk menyelamkan lidahku kedalam sela sela bibir memeqnya yang terjepit dibalik celananya.
“Aaaaaahhhhh aku tidak kuat mas………lepas celanaku.” Pintanya dengan lemas
Aku kupas celananya perlahan dan dia mengangkat pinggulnya mempermudah kegiatanku untuk menurunkan celananya. Kakinya yang jenjang dia gerakkan menghunus keluar lobang celana yang dia pakai satu persatu. Mimik wajahnya sangat sendu dan pandangan matanyanya terlihat aroma sexual.
“Mas lepas juga celana pendekmu” pintanya
Tidak perlu dua kali dia mengatakannya kepadaku dan akupun berdiri memelorotkan celana yang sedang aku pakai. Polos dan tegak batreiku berdiri. Sri bangun dari baringnya dan mendekatkan bibirnya sambil memonyongkannya maju menyambut batreiku yang sudah terhunus.
Perlahan dia sapu lidahnya kelobang kepala dan melepasnya kembali “Asin sekali mas” berapa lama tidak keluar?” tanyanya
“Sejak kekasihku pergi kembali ke Malang” kataku lirih
“Nanti mas akan menemukan penggantiku. Percayalah tidak akan lama lagi mas akan ada yang mengurus” katanya penuh keyakinan.
Aku baringkan Sri keatas kasur dan membelai rambutnya.
“Aku pakai kondom ya Sri…….?” Kataku berbisik
Sri memandangku dengan sayu kemudian dia menggelengkan kepalanya perlahan kekiri dan kekanan. Aku tidak mau mas pake kondom. Aku ingin merasakan mas seperti apa adanya, aku ingin membungkus batreimu dengan lipatan vaginaku” pelan dia menjelaskan. Dia menarik tubuhku keatasnya untuk menindih badannya yang polos dan telanjang. Kedua kakinya terbuka lebar menyambut tumpuan badanku.
“Sri nanti kalau kamu hamil bagaimana?” tanyaku khawatir
“Jangan dibuang didalam mas, supaya aku tidak hamil”
------------------------------
Sri meraih batang batreiku dan menuntunku untuk kearah lobang memeqnya. Mataku ingin melihat proses batreiku bagaimana masuk kedalam memeqnya, tetapi tidak bisa karena terhalang oleh tubuhku sendiri dan kurangnya pengalaman. Kepala batreiku menyeruduk sebuah himpitan yang basah dan hangat. Tangan Sri melepas batreiku yang keras tadi dan menaruh kedua tangannya keatas pantatku. Dengan perlahan lahan dia menekan kedua pantatku untuk turun. Kehangatan menyelimuti kepala batrei dan perasaan nikmat menyerbak kedalam tubuhku. Kulit kepala batreiku yang sensitive menembus lorong merah muda dan menjepit, membalut dan mengepit erat. Kepala batrei masuk karena bantuan Sri dalam mengolah pinggulnya yang seksi disertai erangan lembut dari mulutnya.
“Oooooooh masssssss memeqku rasanya penuh sekali ooooooooooooozzzzzzzz” erangannya membuatku lebih perkasa. Nikmat yang pertama kali dalam hidupku terkuak nyata dalam benak dan dinikmati oleh tubuh yang gersang. Tidak pernah membayangkan bahwa ini akan memicu birahi untuk terus dipuaskan.
“Sri……kamu merasa sakit tidak?” tanyaku
Sri hanya menggeleng sebentar pertanda bahwa dia tidak merasa sakit. Tapi gerakanku tidak bisa cepat karena memeqnya sangat peret. Aku tarik keatas batreiku dan bibir atasnya mengatupi bibir bawahnya. Cuaca yang dingin sudah tidak terasa lagi, nafas menderu dan otot otot mengencang.
Perlahan lahan aku menurunkan pantatku lagi dan menyodok kebawah menikmati putaran goyangan pinggul Sri dan gesekan otot otot vagina merangsang semua biduk batreiku. “Sriiiiii enak sekali ya……………”? kataku
“Iya mas …….ohhhhhhh enak?” kembali aku kocok naik turun dan pinggulnya Sri mengoyang kekanan kekiri.
“Mas tindih aku, aku ingin badanmu mengahangati aku.” Pintanya. Gerakan yang tadi pelan berubah menjadi lebih cepat intensitasnya dan erangan dari mulut Sri semakin keras. Aku kecup lehernya sementara pantat masih bergoyang dan batreiku melobangi memeqnya. Kecupan bibirku kedaerah lehernya berubah menjadi alat pemicu erangannya.
“Ooooooohhhhhh massss teruskan, jangan berhenti” katanya mengiba sambil mengangkat kedua kakinya tinggi tinggi. Aku turuti perintahnya dan aku tekan kebawah pantatku. Kenikmatan yang dia rasakan mengganda dengan kecupan dan jilatan lidahku keseluruh permukaan lehernya. Wajahnya tidak lepas dari pagutan bibirku juga dan erangan terus berlanjut.
“Massss.s.s..sss ohhhhhhhh mas aku mau yang kuat nekannya. Yaa ….aaa…. begitu trus sss…….teruuuuusss masssssssssss Ooooooooooooohhhhhhhhhhh” kaki yang dia angkat tadi mengibas ibas. “Ooooooohhhh masssss eaannnnnnaaaaaakkkk trus mas…………masssssssss” erangannya memicu rasa nikmat ketubuhku. Rasa yang selalu aku rasa ketika puncak akan tergapai.
“Sri aku juga mau keluar………….”kataku. Nafasku memburu dan gerakanku semakin liar dengan suara erangan erangan Sri……..
“Mas…….jangan keluarkan dulu yaaaaaaaaa. Ooooooooooohhhhh masssssss nikmattttts ekallllliii oooooooooooooohhhhhh. Aku tidak tahaaanan masssssssssssssssss”
Kaki yang terangkat dan mengibas ibas terjerembab turun kekasur dengan keras seperti tidak berotot. Lunglai dan lemas…………batreiku masih teronggok perkasa didalam memeqnya yang basah kuyub terbungkus oleh lapisan danging vaginanya. Kenikmatan yang tadi sudah hampir kepuncak tiba tiba turun kembali melihat Sri tergolek dengan nafas yang tidak beraturan. Matanya tertutup erat dan lengannya lemas tak bertenaga. Wajahnya penuh kedamaian dan aku ingin rasanya meneruskan keinginanku untuk menuntaskan apa yang belum selesai.
“Sri………..”kataku lembut.
“Apa mas………..sebentar ya……..aku nikmati dulu yang pertama ini. Aku berniat mencabut batreiku dari memeqnya tetapi tangannya mencegahku. Aku menindihnya dan memeluknya guna memberikan kehangatan. Aku kecup keningnya dan menempelkan mukaku kepipinya.
Pelan aku menggoyangkan pantatku naik dan menurunkannya perlahan lahan. “Aku masih sensitive disitu mas………..ssssss Oooooohhhh gattttttteeeeelllll massssss” bisiknya. Aku tidak bereaksi atas apa yang dia bisikkan kepadaku. Aku memandang wajahnya dengan ekpressi yang aku tidak ketahui. Tetapi aku yakin itu adalah sebuah ekspressi kenikmatan saja. Aku ingin sekali segera melepas kepenatan sperma yang menunggu sejak tadi. Goyanganku semakin intense dengan beberapa kali sodok menghujam keras kedalam memeqnya. Cengkeraman memeqnya masih terasa kencang dan tiba tiba aku merasakan goyangan pantatnya sehingga friksi gesekan dinding memeqnya dengan kepala batreiku semakin terasa. Kepala Penisku seperti dicengkeram dan diperas lembut. Ketika aku majukan dinding vaginanya mengurut kulit palkonku.
“Oooooohhhhhh Sriiiiiiii, eeeeeeeenaaaak sekaliiiiiiiiii” erangku terdengar ketelingaku.
“Aku juga enak maszzzz……ssssssss….s.s.s.s” Suara Sri seperti mendesis. “Aku mau diatas Mas Polie” pintanya sambil menghentikan gerakan pinggulnya.
Aku menekan tanganku kekasur dan mengangkat tubuhku lepas dari atas badannya. Tubuh kami lembab dengan keringat diseluruh permukaan kulit kami. Pikiranku hanya satu yaitu aku ingin cepat tuntaskan permainan.
Sri memelukku dari samping dan aku naikkan kakiku kepinggangnya dan menekannya mendekat kebadanku. Matanya mengarah kepadaku dan bibirnya tersenyum lembut penuh arti.
“Kamu menyesal mas…..?” katanya lirih
“Tidak……….aku senang akhirnya aku bisa melakukannya denganmu. Ini seperti impian yang menjadi kenyataan.” Kataku sambil mengecup bibirnya.
“Apa kamu menyesal Sri……..” tanyaku balik sambil memeluknya
“Tidak Mas………..aku tidak menyesal sama sekali. Ini kesempatan yang ada buat kita berdua. Aku malah senang akhirnya keinginan untuk bergumul denganmu bisa terlaksana.”
Aku tarik tubuhnya keatas untuk menindihku dan tangannya yang lembut menggenggam batang batreiku. Dia arahkan kelobang memeqnya dan pelan pelan dia menuruni batreiku. “Ooooooooooohhhhh” suaraku terdengar parau. Sri dengan pelan menggoyang pinggul dan pantatnya. Dia tarik keatas sedikit “Oooooohhhh mas……..” erangnya. Dan kembali dia turunkan badannya untuk mengurut batang dan palkonku. Rasa yang dibuat dari apa yang dia lakukan lebih dari rasa cap cai dan lebih manis dari gula gula. Aku melihat kebawah untuk melihat kontolku yang tenggelam didalam sumur nikmatnya.
“Ooooooohhh mas enaaaaaakkkk sekali massssss.” Goyangannya semakin cepat.
“Sriiiiiiii aku sudah mau keluar…………….cabut dulu sri………” kataku
“Jangan cabut masssss……..aku juga ingin menikmati ini hingga selesai. Goyangannnya semakin liar dan tak beraturan friksi dinding vaginanya semakin kuat dan cengkeraman dagingnya membuat aku terbuai dengan kenikmatan yang dia tawarkan.
“Srrrrrrrriiiiiii cepat cabut aku sudah tidak tahan…………..” teriakku
Sri tidak mematuhiku. Goyangannya terus saja menjadi semakin liar dan sodokan pantatnya terasa hingga palkonku menyentuh sesuatu yang sangat dalam. Getaran getaran pulsa nadi yang terasa semakin kuat pertanda sperma sudah akan menyemprot.
Dan “Ooooooooooooooo maaaaassss aku juga ingin keluar, aku juga ingin merasakan nikmatnya bercinta iniiiiiii……oooohhhhh” balasnya
“Jangan Sriiiii………aku mau keluar ……..cepaaaaaaaaattttt” kataku berusaha mengullingkan badannya dari atasku.
Usahaku menggulingkan badannya memicu sebuah reaksi yang semakin liar. Gerakannya untuk mempertahankan apa yang dia inginkan sangat kuat. Dan aku tidak mampu menahan dorongan yang menyesak dari telur penisku untuk pecah dan menyemburkan lahar panasku kedalam vaginanya yang basah kuyub. Oooooooooohhhhh Srrrrrriiiiiiiiiiii aku keluar, aku keluuuuuaaaaaaaaaaaaar crot…..crrooooot crorootootttttt” Sri tidak berhenti menggoyang seluruh urat nadi dan daging mentah yang membentuk benda yang bernama vagina. Kenyotan kenyotan ototnya mencekik dan membetot kepala kontolku yang sangat sensitive. Tak lama kemudian Sri pun tersungkur tengkurap menutupi seluruh permukaan tubuhku. Nafasnya terengah engah dan badannya penuh peluh keringat. Aku menyapu seluruh punggungnya dengan telapak tanganku menekan dari atas ke bawah.
Perjalanan panjang telah mencapai pada ujungnya dan nafas yang terhembus adalah nafas kenikmatan yang layak diterima. Otot otot yang menegang telah mengendor dan melebur menjadi sebuah sisa yang tak terperi. Otak sebagai komandan ingin beristirahat menenangkan sebuah galau yang bergejolak bersamaan dengan luruhnya kepuasan.
Nikmat………….
Terpenuhi…………
Tercapai………….
Terhanyut …………. Dalam sebuah rasa yang tak terkira.
------------------------------------
Setelah beberapa saat menikmati persetubuhan yang melelahkan, Sri kembali bergerak. Tersadar aku bahwa spermaku tercecer didalam vaginanya membuatku panic.
“Sri…………kita cuci cuci dulu……..keluarkan spermaku yang tadi keluar didalam memeqmu?” kataku membangunkan Sri yang masih tengkurap diatas tubuhku.
“Sebentar mas……….aku masih capek.” Katanya ringan sambil mata masih tertutup.
“Jangan malas dong …………nanti kalau kamu hamil bagaimana?” kataku mengusiknya
“Kalau aku hamil ………..? Biar saja……….?” Bibirnya tersenyum bikin gemas.
Perasaanku tidak enak. Aku menggulingkan tubuhnya yang masih telanjang kesampingku dan mengamati matanya yang masih tertutup. Palkonku sudah mengecil dan basah oleh sperma dan cairan dari memeqnya. Aku bangun dan memandang tubuh telanjangnya, menikmati yang tersisa masih tergolek disana. Kupegang pahanya dan menyibakkan kedua kakinya untuk merenggang. Ada cairan kental putih meleleh dari dalam memeqnya, Sri masih terlelap dengan rasa lelah setelah mengecap kenikmatan. Aku berdiri untuk mengambil tisiu gulung yang ada didalam kamar itu dan kembali kepahanya sambil mengelap sperma yang menempel di memeqnya.
“Mas………sudah dulu! Jangan rangsang aku lagi………! Aku capek sekali.”katanya lirih.
Aku tarik lengan tangannya untuk berdiri………….”Ayooo sayang kita cuci dulu supaya kita bisa cepat tidur” Sengaja kata sayang aku ucapkan untuk membangunkannya. Kata “Sayang” pertama yang aku ucapkan kepadanya. Kata itu sangat effective dan benar benar membangunkannya.
“Ucapkan lagi mas kata katamu yang terakhir?” pintanya
“Sayang sini………kita kekamar mandi cuci cuci?” kataku sambil tersenyum.
Bangun berdiri Sri memelukku………”Ma kasih ya mas, enak sekali rasanya.”
“Kamu tidak khawatir kalau kamu hamil Sri………?” bisikku sambil memapahnya kedalam kamar mandi.
“Mas Polie jangan khawatir, kalau disini ada bayi………..itu adalah bayinya Mas Mulyono.” Katanya sambil menunjuk perut tipisnya. “Dulu waktu main, kita juga tidak pake karet.” Imbuhnya dengan pelan.
Aku mencuci batreiku dengan air dan sabun sementara Sri masih menunggu gayung yang sedang aku pakai. Matanya sayu penuh kelelahan dan aku merasa iba dengan keadaanya.
“Mas ………….?” Katanya terputus.
“Apa Sri……?” jawabku singkat.
“Aku juga dicucikan sekalian dong mas?” katanya manja.
Aku memandang sejenak kearahnya, tidak ada kecurangan atau tipuan dari expressi wajahnya. Dia menginginkanku untuk benar benar melakukannya. Aku ambil gayung yang aku letakkan dibibir bak mandi dan meraih beberapa air. Aku siram pelan keatas memeqnya dan menggoyangkan tangan kiriku untuk membersihkan bagian luar memeqnya. Aku ambil sabun dan mengelapkan seluruh permukaan memeqnya dengan pelan pelan. Aku meraba raba hingga kebelakang dan dia membuka kedua pahanya dengan menurunkan badannya dan menekuk kedua kaki jenjangnya. Aku siram lagi untuk membersihkan sabunnya. Diapun setengah jongkok lagi memberiku akses untuk meraba disana. Hangat……………! Itulah kata yang ada didalam pikiranku. Aku siram lagi dengan air seluruh permukaan memeqnya. Kemudian dia jongkok total didepanku.
“Biar aku yang membersihkan dibagian dalamnya mas……… Spermanya mas Polie masih nyangkut didalam sini.” Katanya padaku. “Tuh ……lihat! Masih mengental sekali dan baunya khas sperma” imbuhnya sambil menunjukkan cairan diunjung tangannya.
“Aku kan tidak tahu Sri………..kalau aku salah membersihkan kan bisa berabe” jawabku mengelak disalahkan. Setelah beberapa saat Sri kembali berdiri dan melingkarkan tangan kanannya ke tubuhku. Aku ajak dia kembali ke tempat tidur yang berserakan dan dia dengan sigap merapikannya sebelum kita berdua membaringkan tubuh.
“Mas……..?” katanya manja.
“Ya sayang…………kenapa lagi?” kata itu kembali keluar dari mulutku secara otomotis.
“Aku sayang sama Mas Polie. Aku sedih kalau nanti kita berpisah. Mas sayang sama aku tidak?” katanya.
Tubuh kami masih telanjang dan tertutupi selimut tebal yang disediakan losmen itu. Hangatnya tubuh terasa membenam dipermukaan kulitku sehingga perasaan bersatu sangat nikmat dirasa. Aku rengkuh tubuhnya kedalam dadaku dan payudaranya terhimpit diantara tubuh kami. Kulit lembutnya menggesek gesek permukaan kulit dadaku dan memancarkan pesona diwajahnya.
“Yang…………aku juga sedih kalau kita berpisah tapi jangan dulu dipikir sekarang perpisahan. Lebih baik kita nikmati saja apa yang ada sekarang. Selagi kita masih bersama dan melakukan sesuatu bersama kita usahakan untuk menikmatinya. Aku tidak ingin moment seperti ini hilang kalau memikirkan perpisahan.
“Iya mas…….Mas Polie orangnya bertanggung jawab ya, itu yang membuatku suka sama mas. Aku tidak akan bisa melupakan Mas Polie.
Jam menunjukkan waktu dan kita rasanya tidak ingin cepat tidur. Tapi rasa lelah setelah perjalanan dari surabaya ke tawangmangu mengalahkan mata dan tekad kami. Aku terbangun jam 1.30 pagi karena rasa ingin kencing. Tubuh Sri masih menempel dalam pelukanku. Wajahnya sangat tenang setenang tidurnya.
“Gadis ini telah menyerahkan tubuhnya kepadaku, begitu baiknya tanpa meminta imbalan sesuatu dariku. Kenapa aku harus meninggalkan dia, kenapa aku tidak mengikatnya untuk diriku sendiri.” Pikiranku melanglang sambil memandang wajahnya. Bibirnya terkatup dan matanya lengket seperti terkena lem perekat. Aku mendekatkan wajahku dan mengecup dahinya dengan pelan tanpa ingin membangunkan. Dia tetap diam dan tidak bergerak sama sekali. Aku angkat tangan yang melingkar dipinggangku dan menggeser tubuhku kesamping untuk bangun dan kencing. Gerakanku membangunkannya. Sri membuka matanya dan melihatku dengan senyum.
“Ma….aaasssss, mau kemana?” tanyanya lirih. Kenapa aku ditinggalkan disini sendiri?” protestnya
“Aku mau kekamar mandi Sri…………” kataku menjawabnya.
“Aku ikut dong mas……….aku mau pipis juga” katanya.
“Kamu semalam tidak pakai baju………..”kataku
“Mas juga tuh………..enak tidur kalau tidak pakai baju dalam pelukan mas.” Jawabnya. “Kenapa batreinya mas mengecil seperti itu?” tanyanya sambil menyentuh ujungnya.
“Batreiku kedinginan heheheeee…….jadi mengecil dan mengkeret.” Jawabku sambil menggenggam tangannya. Aku tarik dia kedalam kamar mandi dan aku berdiri di dekat lobang pembuangan air dan batreiku bocor disana. Sri jongkok di lobang WC dan pipis disana. “ssssssszzzzzzzzzzzzzzzzzz” cairan pipisnya terdengar seperti orang belajar bersiul. Setelah cebok dan keringkan memeqnya aku berjalan keluar kamar mandi.
“Mas Polie…………..gendong aku ke tempat tidur” pintanya dengan suara manja.
“Sini…………jalan kesini” aku intruksikan kedia.
“Ngga mau…………mas datang kesini supaya aku bisa naik dipunggung mas dengan mudah.” Katanya sambil menggelengkan kepalanya.
Akhirnya akupun harus mengalah padanya. Rasa lelah dan ngantuk telah hilang dan akupun mendekatinya sambil akan jongkok meraih pantatnya untuk mengangkatnya.
“Aku mau digendong dipunggung saja mas”katanya
Kini aku yang menggelengkan kepalaku, “Aku mau membopongmu didepan sini”
Seperti seorang sepasang pengantin bugil, aku membopong dia debagian depan dan menuju ke tempat tidur. Wajahnya berseri seri dan tangannya menggelayut keleherku dengan erat erat.
“Mas Polie masih capek?” tanyanya
“Tidak sayang, aku tidak capek lagi.” Kataku sambil menaruhnya keatas dipan. “Memangnya kenapa?” lanjutku
“Aku ingin ngobrol sama mas. Mas keberatan tidak kalau kita ngobrol pagi begini?” tanyanya.
“Tidak……………besok kan kita tidak harus buka toko. Kita bisa keluar jam 12 siang” kataku “Memang kamu ingin bicara apa sih?”
“Ada deh………asal mas mau dengarkan saja” katanya
--------------------------------------
Sri berbaring terlebih dahulu dan sembunyi didalam selimut tebal sementara aku berjalan ke meja untuk minum. Tidak ada makanan dan camilan yang enak dimakan. Setelah minum aku kembali keranjang dan berbaring disebelah Sri. Aku merapatkan badanku dan kembali kami berpelukan. Tangan kiriku berada dibawah kepalanya dan wajahnya bersandar di dadaku.
“Aku suka berlindung disini mas…….. aku merasa tentram kalau aku menyembunyikan wajahku disini. Mas Polie……….aku mau tanya sesuatu boleh ya?” tanyanya sambil mendongakkan wajahnya. Matanya memandang kepadaku dan kembali bibirnya penuh senyum.
“Tanya saja Sri…….kalau aku bisa menjawab, aku akan menjawabnya.” Kataku.
“Maassssss ……………apa semua lelaki mau melakukan seperti mas polie biasa lakukan kepadaku.” Katanya lirih seolah olah tidak ingin menyinggung perasaanku.
“Maksudmu apa Sri……….? Aku melakukan apa kepadamu? Memang ada yang tidak kamu suka?” kataku. Aku memandang kearahnya dan mengecup dahinya.
“Bukan ………..mas. Aku suka sekali apa yang mas Polie lakukan. Maksudku apakah semua lelaki suka menciumi memeqnya pasangannya kalau sebelum main?”
“Aku tidak tahu Sri………..memang kenapa kamu tanya seperti itu?” jawabku
“Aku hanya ingin tahu mass………kenapa Mas Polie suka melakukannya?” tanyanya
“Karena aku ingin pasanganku senang kalau bisa mencapai kenikmatan. Aku tidak ingin egois dengan menikmati persetubuhan denganmu sendiri.” Kataku menjelaskan. “Memang kamu tidak suka kalau aku mengerjai memeqmu” kataku sambil melihat kematanya. Aku ingin tahu arah pembicaraan tentang memeq ini sehingga akan lebih tahu isi hatinya.
“Aku senang kalau Mas Polie mau melakukannya. Itu yang aku selalu rindukan, saat aku melakukannya dengan Mas Mulyono dia tidak mau melakukan seperti Mas Polie lakukan padaku. Benar kata Mas Polie, dia egois dan tidak mau menyenangkan pasangannya.” Sri memeluk erat tubuhku dan kaki kananya dia angkat dan tumpangkan ke pinggangku.
Aku rengkuh kepalanya dan mengecup belakang telinganya. Sri menggelinjang dan mengendurkan pegangannya ketubuhku seolah olah memberiku lampu hijau untuk melanjutkan kegiatanku.
Tangan kirinya menuruni dadaku, pinggulku dan bertengger di batreiku yang sudah tegak kembali. Dengan lembut dia memegang kepalanya dan jari jarinya dia putar lembut.
“Aku gemas kalau memegang batreimu mas. Aku ingin menggigitnya kalau boleh. Aku mau memotongnya dan memasaknya. Mungkin enak kalau dimasak oseng oseng. Nama masakannya apa ya? Oseng oseng kulit titit mungkin cocok” katanya lirih.
Tanganku bergerak turun dan memegang pantat nunggingnya. Kulit pantatnya halus dan enak diraba. Rabaan tanganku membuat pantatnya menggoyang, membuatku teringat kala kita sedang bersetubuh. Goyangan pantat seperti ini yang membuatku tersiksa dengan kenikmatan.
“Kamu mau aku menciumi memeqmu Sri…………?” tanyaku.
“Mas tidak keberatan toh?” tanyanya, bibirnya mendekati bibirku dan kulumat dengan lembut. Tidak ada nafsu yang menggebu dari ciuman kami. Yang ada adalah sebuah cinta kasih yang tersalurkan. Kasih untuk memuaskan sebuah birahi tanpa berlandaskan nafsu saja. Ciuman, kecupan, sentuhan dan rabaan membangkitkan keinginan.
Aku cium pipinya dan menyingkir kebagian telinganya. Kecupan lembut mengiringi jilatan jilatan didaerah daun telinganya.
“Oooooooohhh massss……….bibirmu lembut sekali” erangnya. Semakin liar aku mengexplore daerah sensitivenya. Dan aku menuruni lehernya, aku duduk diranjang supaya aku bisa leluasa mengecupi lehernya. Hawa dingin menyambut kulitku sewaktu tubuhku terhindar dari selimut tebal yang kami pakai. Kuabaikan hawa dingin yang menusuk kulit dan kuteruskan kegiatanku untuk menciumi kulit lehernya.
“Aaaaaaahhhhhh masssss…………aku tidak bisa melupakan ini. Aku mau menciumi batreimu masssssss………..”pintanya dengan sedikit mengerang.
“Tunggu dulu aku belum selesai dengan lehermu” kataku. Aku julurkan lidahku untuk menyapu kulit leher dan menuruni kekulit pundaknya. Gigitan gigitan kecil di daerah itu membuatnya menjeri jerit kenikmatan.
“Ooohh…….aaahhhh………masssaazzzz” mulutnya tidak henti menyuarakan isi hatinya. Dan suara itu tidak menyembunyikan apa yang dia rasa sehingga merangsangku untuk melakukannya lebih lanjut. Tangannya masih mencengkeram batreiku dan sesekali mengocoknya pelan maju mundur dengan irama dan kecepatan tidak baraturan.
“Oooooohhhhh masss pintarnya kamu melayani wanita ooooohhhhhh enak sekali kalau kamu manjakan begini setiap hari.” Katanya dengan terengah engah.
Bibirku menuruni bagian samping teteqnya dan aku mengecupnya perlahan. Sri menggeliat kepanasan. Ada rasa gatal yang dia tidak tahu dibagian mana dia harus garuk. Yang dia lakukan adalah meliuk liukkan tubuhnya merespon kecupan dan pagutan bibirku disamping tubuhnya. “Maasssssssssssss ……..maszzzzzzzz aku nggak tahan……….terussssss massssssss.” Sri menekuk punggungnya keatas dan aku melepas pagutan mulutku untuk mengecup putting teteqnya yang dia sodorkan kemulutku. Aku sosor putingnya dan mengembatnya perlahan lahan seperti seorang bayi kecil menetek ibunya. Sri menggenggam kepalaku dengan lembut dan mengelus perlahan dengan pelan. Aku seperti dimanjakan dengan sentuhan tangannya dipipiku dan teteqnya yang sedang aku hisap.
“Oooooohhh massss…….aku sayang sekali sama kamu. Oooooohhhh terus massss begitu terus aku mau kamu jangan berhenti……..ooohhhhhhh” katanya memberikan instruksi ketika hisapan dan putaran lidahku menyentuh nyentuh puttingnya.
“Masss……..aku mau menghisap batreimu massssssss……..aku tidak tahan dengan siksaanmu ini…………Oooooohhhhh massssssssss.” Suaranya meninggi karena gemas atau karena birahi yang dia rasakan mencabik cabik pertahaannya untuk segera di lepas.
Sri bangkit dari posisinya dan mendorongku untuk berbaring, aku terpelanting jatuh ketempat tidurku dan memposisikan tubuhnya menghadap batreiku. Pantatnya dia hidangkan kemulutku dan sesaat kemudian mulutnya menjamu kepala penisku yang sudah mengeras.
“Ooooooohhhhh sayanggg………….enak sekali rasanya” aku mengerang sesaat setelah sri mengecup kepala kontolku. Lidahnya yang basah menyapu seluruh kulit kepalanya yang sensitive. Lidahnya dia goyang goyangkan seperti menyapu kotoran dari lantai. Kenikmatan yang tiada bandingnya………..perlahan lahan dia buka mulutnya dan kontolku pun memasuki rongga mulutnya yang hangat. Her soft mouth enveloped my cock and suck it softly deeply in search of honey. Aku tak kuasa untuk tidak melenguhhhhhhh ooooooohhhhhhhh dengan keras karena service yang dia tawarkan membuatku terpental pental dalam nikmat.
Aku sungguh sungguh ingin menikmati pelayanan sexualnya dan melupakan tugasku yang sedang aku hadapi. Pantat mulusnya didepan mataku tidak aku sentuh sama sekali. Pemandangan terindah bagian tubuh seorang wanita adalah di pantatnya. Dan pantat yang mengapung didepanku adalah salah satu benda terindah yang ada saat itu.
“Mas……… ayoooooooooo kerjai aku” katanya sambil mengibaskan pantatnya. Aku sentuh pantatnya dan mengangkatnya sedikit supaya memeqnya berada tepat di mulutku. Sri mencondongkan badannya dan memposisikan tubuhnya selaras dengan posisi kaki dan tangannya.
Aku julurkan lidahku dan menyentuh bagian atas memeqnya……..Sri memutar pantatnya dengan maksud supaya aku langsung menjilati lobang memeqnya. Aku tidak ingin langsung terjun ke arena pinky nya. Aku masih menjilati dan memutar mutar seluruh kulit disekitar memeqnya. Bibir vaginanya kecoklatan dan merangsang untuk dikecup. Aku dekatkan bibirku dan menghisapnya.
Sri terhenti, dan suara lenguhannya memanjang ooooooooooohhhhh masssss. Cairan asin terasa dilidahku dan meleleh dari dalam memeqnya.
“Massssss hisaaaappp lagi yang lebih kuatttt………enaaaaaaaakkk masssss.” Teriaknya tercekat………….
Aku alihkan hisapan bibirku kearah biji kacang yang teronggok diujung atas memeqnya. Hisapan pelan dan sapuan lidahku membuat Sri gelagapan. Area sensitivenya yang aku kuasai membuatnya menggelepar tak karuan. Teriakan tertahan terdengar dari mulutnya dan wajahnya menengadah serta lehernya tertanganga. Hhhhhhheeeek hhheeeeek mengejang keras dan tertahan seluruh tubuhnya. Cairan lengket keluar dari memeqnya, kuhisap dan sapu clittynya dengan pelan. Tiba tiba Sri ambruk dan menindihku secara total. Nafasnya tak beraturan dan pantatnya masih tergolek tepat didepanku. Rambut rambut kecil tumbuh disekitar memeqnya terlihat jelas. Ada bau yang sangat khas terhirup rongga hidungku.
Aku ingin puas juga, egoku berbisik. Aku belai pantat Sri dan membelah bagian tengahnya seperti membelah durian. Tidak ada biji ditengahnya, sebuah “core” terlihat gelap dibagian pusat pantatnya. Seperti halo matahari yang dikitari oleh serat serat otot berpusat dalam satu lobang.
Aku sentuh cairan dari memeqnya dan aku oleskan kesekujur bundaran H I yang berpusat pada pancurannya. Aku lakukan itu berulang ulang, terkadang tangannya Sri melarangku tapi aku selalu tepis setiap kali tangannya bertengger di dipantatnya.
“Mas mau apa?” tanyanya
“Tidak mau apa apa………….aku hanya mau bermain main dibagian ini” kataku.
“Aku tidak mau kalau Mas Polie memasukkannya disitu” larangnya dengan pelan.
------------------------
Pikiranku tertuju untuk menusuk masuk jariku kedalam anusnya, tapi tangannya menghalangiku untuk melakukannya. Cairan memeqnya cukup licin untuk membantu memperlancar jari jariku memasukinya. Tapi ya sudahlah aku tidak akan memaksanya untuk melakukannya lebih lanjut.
Aku bimbang antara melanjutkan tidurku atau menuntaskan senggamaku dengan Sri. Sementara Sri masih saja mendekap kakiku dan terbujur jungkir balik dengan posisiku. Batreiku masih dia genggam dan bibirnya masih menempel dipalkonku.
“Sri………..aku mau tidur atau mau meneruskan?” tanyaku
“Mas Polie kan belum kelar…………kelarkan dulu saja ya mas supaya mas bisa bobok dengan nikmat.” Katanya sambil menoleh kepadaku. Pantatnya bergerak sesaat menoleh padaku dan belahannya nampak sangat sexy. Aku kecup bantalan daging yang membentuk pantat indahnya.
“Mas Polie ayo kita berdiri………..aku mau jongkok mas. Aku mau ditusuk dari belakang. Mungkin sensasinya lain mas kalau kita berdiri.” Ajaknya untuk ber eksplorasi. Dia angkat pantatnya dan mataku sempat menangkap helaian rambut memeqnya yang masih pendek. Ingin sekali aku melumat bibir memeqnya lagi. Rasanya tidak akan pernah kenyang memakan bibirnya dan menggeruskan lidahku kedalam lobang merahnya.
Sri berdiri dan menarik tanganku untuk membantuku berdiri juga.
“Lebih baik kamu berdiri seperti anjing saja Sri, supaya aku bisa menusukmu dari belakang sambil berdiri.” Aku menarik tangannya untuk memposisikan tubuhnya. Tidak susah mengarahkannya karena dia tahu apa yang aku mau dan maksudkan sehingga dengan cepat dia memposisikan dipinggir dipan dan pantatnya menonjol keluar. Aku mengarahkan batreiku dan ternyata batreiku belum mengenal medan yang baru. Kepala batreiku malahan menusuk lobang anusnya.
“Mas…………….! Jangan dimasukkan disitu!” teriaknya manja.
“Sorry Sri, aku tidak sengaja. Bantu dong supaya masuk kelobang memeqmu?” pintaku.
Tangan kanan Sri menjulur kebelakang dan meraih palkonku, dia tarik kearah memeqnya dan palkonku menyentuh lobang memeqnya yang sudah basah. Pemandangan pantat yang indah terbuka dimata telanjangku dan dengan pelan aku dorong batang batreiku kedalam. Jeritan pelan keluar dari mulutnya Sri terdengar sendu dan manja. Dia menggoyang pantatnya untuk membantu aku menyerbu lobang pertahanan akhir.
“Uuuuuuuuhhhhhhh massssss………rasanya selangit.” Erangnya ringan. Aku cengkeram bongkahan daging yang membentuk pantat indahnya dan diapun meliuk liukkan gerakan pantatnya kesamping kanan dan kiri. Aku menengadah keatas secara otomatis meresapi birahi yang menggebu dan sensasi yang diproduksi dari seluruh gerakan erotis pantatnya. Mata terasa kabur dan lenguhan adalah nada nada indah yang terdengar di telinga. Aku tundukkan kepalaku dan melihat belahan pantatnya dan meraba halus kulit yang membungkus bentuk unik yang menyimpan sejuta rasa itu. Mataku menerobos gerakan gerakan yang aku buat dan batang batreiku menghujam dan menusuk lobang nikmat yang sedang aku jajah. Gerakan erotis melangkapi pemandangan indah kulit pantatnya dan aku sempatkan memandang tabir vaginanya yang sedang aku kerjai dengan batreiku. Aku perlambat gerakan menusuk memeqnya supaya aku bisa menikmati gesekan dinding vaginanya. Rintihan dan rengekan enak terus terdengar. Kadang goyangan pantatnya bergerak liar dan jauh dari sangkaan dan perkiraan. Pantatnya kadang dia undurkan sehingga benturan paha dan daging pantatnya membunyikan nada “plok ………plok ……….plok………….plok seperti orang tepuk tangan. Memeqnya banjir dengan cairan licin sehingga penetrasi kedalam memeqnya mudah.
“Masssssss………….raih dadaku mas………..Pilin pilin putingku doooooooooong……………oooooooohhhhh masss…. Ya begituuuuu ooooooohhh.” Getaran birahi memancing erangan yang lebih keras. “Bisa sodok yang keras lagi mas?” pintanya.
Aku dorong palkonku kedalam hingga ujung batreiku menyentuh sesuatu didalam memeqnya yang paling dalam. Punggung Sri berkejot kejot mengimbangi gerakan pantatnya yang memutar dan menungging. Dinding memeqnya mencengkeram erat batreiku dan kepala kontolku membesar ingin mencerna dan melepaskan hajat yang terbendung.
“Sri…………akuuu…u..u maaaauuu keluaaaaaar” erangku pelan. Jari jariku mencengkeram bongkahan pantatnya yang mengkilat terkena cahaya lampu kecil diatas kepalaku. Pantatnya mengodel odel kekanan dan ke kiri lair dan tak beraturan sehingga membangkitkan sebuah nafsu yang hampir meledak. Aku meringsek masuk dalam ke lorong memeqnya. Ingin kuledakkan hulu yang hampir terlepas kedalam lorong merah muda nya dan menikmati alunan lembut erangan bibirnya.
“Massssss aku juga ingin sampai kesanaaaaaaaa. Aku mau sampaaaaaaaiiiiii juga. Percepat masssss nyodoknyaaaaaa maassss!!???” tak kuasa ku membendung bongkahan kuat yang mengganjal di batang batreiku.
“Keluarkan mana Sriiiiiiiiiii………..?” tanyaku seperti orang bodoh.
“oooooohhhh trusss massss oohhhhh enakkkk mas aku mau didalam saja massss………zzzzzzzzzzaaaaazzzz” katanya sambil mendesis. Aku kembali mencengkeram pantatnya dan mengangkat sedikit. Aku cablek dengan telapak tanganku. “plak …….plak ……plak…….” Rona merah cap tanganku membekas di atas kulit pantatnya. “Masss……..pukul lagi disitu ……….jangan keras keras ya…..ssss seperti tadi.” Pintanya kepadaku.
“plaaakk………..plaaakk” “ oooooooh massss………plakkkss…….plaakkss Ohhhh yaaa ooooohhhhh yaaaaa…ooooooohhhhhzzzzzz” entah rasa enak atau rasa perih yang dia rasa dari kulit pantatnya. Suaranya Sri mendesis dan mengerang indah”
Gerakanku maju mundur tidak berhenti dan menyodok nyodok diiringi suara plok plok dari kedua bagian tubuh kami. Ada suara kegaduhan yang timbul mengiringi sebuah nyanyian paha dan pantat kami. Peringai wajah Sri menyiratkan sebuah kepuasan yang dalam dan himpitan hidup yang menjejal didalam hidup sirna. Kenikmatan sementara yang membuat hati terhibur dan terlena terasa mendalam. Semburan Sperma kedalam memeqnya Sri meredupkan birahi yang menyala nyala. Rasa letih dan lelah mennggelayuti badan. Hembusan nafas yang bertalu talu mendenguskan kemenangan sarat dengan nikmat tiada tara. Kemana lagi bisa mencari sebuah rasa yang tiada tara kecuali di dalam sebuah lobang lembut dan basah diiringi nada sendu erangan gadis. Mematikan akal sehat dan memadamkan naluri kesadaran.
Sri roboh dengan peluh dan akupun jatuh terjerembab diatasnya. Sempat aku bisikkan rasa terima kasihku ke telinganya yang membuatnya tersenyum dalam kesenangan. Kecupan dan pelukan menyeruakkan sebuah keinginan untuk merengkuh tubuh telanjangnya. Batreiku masih menempel diatas pantatnya dan lelehan sperma terasa membasahi kedua belahan tambun. Aku ingin berdiri dan mencuci apa yang baru saja menyembur dari batreiku. Tapi rasa penat dan letih menggeretku lebih dalam untuk tinggal dan menutupkan mata yang terasa sangat berat untuk dibuka.
************************************************** ****
Suara riuh yang asing membangunkan aku pagi itu. Kesadaranlah yang membangunkan aku sepenuhnya, kulihat jam telah menunjukkan hampir pukul 10 pagi dan keterasingan di dalam sebuah kamar losmen kecil segera sirna setelah aku membuka mataku. Dalam pelukanku Sri masih tertidur pulas, matanya tertutup rapat dan wajahnya memancarkan ketenangan yang sangat dalam. Garis garis wajahnya adalah garis wajah yang tulus sehingga terasa nyaman tidur dengannya.
Aku tak kuasa melarang tanganku unutk tidak bergerak menyentuh wajah pulasnya. Jari jariku menyentuh wajah manisnya dari dahi menuruni kening dan pipinya yang halus. Hidungnya tak ketinggalan aku jepit pelan dengan jari telunjuk dan jempolku. Sri membuka matanya sedikit dan bergumam pelan yang tidak bisa aku tangkap.
Spermaku yang sudah kering masih melekat diantara dua gundukan tambun pantatnya. Sri merasa cuek dengan keadaannya. Tanganku meraba keatas dan menyentuh teteqnya dan bertengger sambil membetot putingnya disana. Kegiatanku ini membangunkan Sri sepenuhnya.
“Mas Polie…………jam berapa sekarang?” katanya lirih.
“Hampir jam 10 pagi Sri, yuk kita bangun dan mandi Sri………..?” ajakku.
“Sebentar lagi ya mas………….aku masih capek rasanya” jawabnya pelan.
“Aku mandi dulu kalau begitu Sri…………” kataku sambil mengangkat badanku untuk berdiri.
“Jangan mass,………………tunggu saja sebentar lagi. Aku juga mau mandi bareng sama Mas Polie” rengenknya manja.
Aku tidak jadi bangun, kembali mendekap badannya yang hangat. Sri memutar badannya membelakangiku. Punggungnya menempel didadaku, tangannya menarik tanganku dan meletakkannya di gundukan dadanya. “Mas dekap aku dong”? pintanya.
Tanganku kurangkulkan kedadanya dan mendekap dadanya erat erat.
“Mas rasanya damai sekali berada dalam dekapanmu, aku ingin sekali kalau tidur nanti malam kita posisinya seperti ini. Mas ingat ya………….perempuan sangat suka kalau dadanya di dekap seeperti ini dari belakang dan dicurahi dengan kasih sayang. Dia rela sekali melakukan apa saja demi kedamaian yang dia rasakan.” Katanya lebih jauh.
Aku dengar apa saja yang dia ucapkan dan mendekap dadanya dengan tangan kananku. Tangan kiriku berada dibawah kepalanya sehingga tubuh kami benar benar merapat.
“Sri…………….aku lapar. Yuk kita bangun dan cari makan sekalian kita pergi ke air terjun.” Kataku
“Air terjunnya jauh dari sini mas?” tanyanya kepadaku.
“Tidak juga…………..mungkin hanya 15 menit kalau jalan kaki.” Jawabku
“Kenapa Mas Polie tahu, daerah ini?” tanyanya
“Iya aku pernah kesini Sri………..jadi aku sedikit tahu saja. Tidak banyak.
“Ayo berdiri dan mandi cepat. Aku ingin sekali melihat air terjunnya.” Jawabnya antusias.
Sri merangkak ke ujung tempat tidur dan pantatnya membelakangiku. Hamburger memeqnya melepuh dibagian sisi bibirnya. Nampak seperti gundukan tebal disisi kanan dan kirinya. Aku ingin memegang hamburger di tengah pangkal pahanya tapi terlambat, Sri keburu berdiri dan memandang keluar jendela. Hanya rambut rambut tipis yang tumbuh di atas gundukan memeqnya yang terlihat.
“Ayo mas bangun………kita mandi bareng” katanya mengundang
“Lapar sekali aku Sri……………kamu lapar tidak?” kataku
“Iya mas………..lapar juga sih” jawabnya. “Mas masuk dulu kekamar mandi aku ambilkan dulu handuk dan bajunya mas.” Jelasnya
Perhatian sekecil ini adalah perhatian yang tidak akan pernah terlupakan dan masih banyak lagi perhatian yang dia berikan ketika dia masih bekerja denganku. Aku masuk ke kamar mandi dan sesaat kemudian Sri sudah masuk kedalam kamar mandi juga dan berdiri dibelakangku.
“Mas airnya masih dingin sekali……….aku mau kramas tapi kok airnya begini dingin ya.” Teriaknya saat badannya terkena percikan air.
“Kalau hanya terkena sedikit saja terasa dingin……….coba kalau tersiram seperti ini…..Byuuuuuuuuurrrr” aku siram setimba air ke badannya.
“Hhhhhhhhhhhaaaah Mas Polie jahaaaaatt!” Sambil mendekatkan badannya dan mencubiti lenganku dan perutku. Aku rengkuh badannya dan menarik kedalam pelukanku. “Tidak dingin kan?” tanyaku sambil tertawa melihat tingkahnya. Aku ambil air setimba lagi dan menyiram kepalanya. Tangan kananku memegangnya erat erat supaya dia tidak berjingkat jingkat. “Byuuuuuuuuuurrrr ha….hahaaaa…a…a…haaaa.” tawaku bergema didalam kamar mandi.
“Masih kedinginan sayang……….?” Tanyaku padanya.
Sri mengusap air yang mengalir turun dari kepalanya dan membasahi seluruh badannya. Aku mengambil lagi setimba dan menyiram kan lagi keatas kepalanya.
“Mas Polie jaaaaahaaaaaattttt sekali………..” katanya masih dengan manja.
“Sudah basah kan………..? sekalian saja keramas supaya tidak terasa kotor” jawabku.
Acara mandi tidak perlu panjang lebar diceritakan dan kita keluar kamar setelah Sri membersihkan semua kasur dan kamar hotel. Kita pergi ke kantin yang berada di bagian depan losmen itu. Ketika kita masuk tidak ada orang yang sedang makan. Kita makan nasi opor ayam yang kita lahap dengan rakus karena perut kosong. Penjaga kantin tidak banyak bicara dan tanya ini itu. Kita pergi setelah kita bayar semua makanan.
Udara cerah sekali, matahari bersinar dengan terang. Awan awan kecil berarakan diatas gunung semeru. Kita jalan ke arah utara dan menelusuri jalanan kecil seperti lorong atau kampung, jalan pintas menuju air terjun “gerojogan sewu”.
Perjalanan menuruni tangga yang sangat panjang melelahkan Sri, terkadang kita duduk sambil memandang monyet monyet yang bergantungan di rimbunnya pohon pohon terembesi dan pinus yang lebat. Beberapa pohon sangat tinggi dan akarnya menonjol diatas tangga. Banyak pengunjung pagi itu di tawangmangu jadi suasana cukup rame. Sri menggandeng tanganku, sesekali kita berpelukan sambil berjalan. Udara sangat segar dan memancing suasana yang romantis.
“Sayang sekali kita tidak punya kamera ya mas?” katanya.
“Memang kenapa kalau kita bawa kamera Sri.? Kamu mau foto monyet monyet itu?” tanyaku menggoda……….
“Aku mau foto monyet besar yang menindihku semalaman, bikin capek orang saja” katanya sambil nyengir.
“Bisa foto polaroid dibawah sana kalau mau?” kataku
“Apa itu polaroid mas………………? Tanyanya antusias.
“Foto yang bisa langsung jadi. Segera setelah kita di foto kita bisa langsung ambil hasilnya” kataku menjelaskan.
“Ya………..aku mau” katanya dengan riang.
“Sri………..?” kataku menggantung
“Apa mas………?” wajahnya masih ceria.
“Kita besok sudah harus turun ke Surakarta.” Kita harus berangkat pagi supaya kamu bisa langsung pulang ke Malang” jelasku
“Mas jangan bicara dulu tentang kembali ke malang sekarang………Aku ingin menikmati dulu apa yang ada disini.” Jawabnya ringan. Kegembiraan seorang gadis berada di tempat yang baru terlihat dari wajahnya. Akupun tidak ingin merusak suasana hatinya. Kita terus berjalan menyusuri tangga dan sampai di sebuah jembatan di dasar air terjun. Banyak potografer berkeliaran menjajakan jasanya. Sekali kutip 15 ribu…………
“Sri kamu mau foto tidak disini?” tanyaku ingin tahu.
“Iyaaa mas……..aku mau. Aku mau kalau kita fotonya dengan latar belakang air terjun yang disana itu.” Katanya menjelaskan. “Mas bisa tidak kita minta beberapa orang untuk ikut difoto dengan kita supaya aku tidak canggung menunjukkan foto foto ini ke temanku?” katanya…….
“Boleh…………..” jawabku mengerti apa yang dia makud.
Aku meminta fotografernya mengundang beberapa cewek disitu untuk berpose bersama kita. Aku sengaja berdiri dibelakangnya Sri.
“Fotonya bagus ya mas………..?” katanya dengan riang.
Sri nampaknya menikmati keberadaannya di Tawangmangu, pikirannya tidak terpengaruh dengan waktu yang makin singkat. Kita berjalan bersama menyusuri
-----------------------------------
Batu batu cadas yang celah celahnya dialiri air gunung yang sangat bening dan tidak terkontaminasi.
“Mas Polie………….udaranya sejuk sekali ya? Aku senang akhirnya aku bisa berada disini. Betul betul sebuah suasana yang sangat segar dan jauh dari hiruk pikuk arena pasar. Seandainya aku masih bisa berlama lama disini. Aku ingin melewatkan malam tahun baru disini denganmu mas.” Katanya sambil memandang air terjun yang begitu tinggi di depan kita.
Titik titik air yang pecah di batu cadas raksasa berhamburan diudara sehingga titik 2x air menimpa rambut dan wajah kita. Nampak seperti bintang bintang yang gemerlapan di rambutnya.
“Sri………….ada bintang di kepalamu?” kataku mengalihkan pembicaraannya.
Sri melihat kearahku dan dan kepalaku sehingga diapun tersenyum.
“Dikepalamu ada banyak bintang juga mas………….” Celotehnya.
Ada sebuah jembatan yang menyebrangi aliran sungai kecil diatas batu batu cadas besar yang dialiri air. Jembatan itu menghubungkan ke sebuah tempat yang banyak tanaman dan tumbuhan rimbun. Mataku memandang kearah itu dan aku bisa melihat beberapa pasangan muda duduk disana dan berpelukan.
“Sri……..kita kesana yuk?” tanganku menunjukkan kedaerah yang kuinginkan.
“Ada apa disana mas?” tanyanya
“Mmmmmmmm duduk duduk saja” kataku
“Boleh …….tapi nanti kita kembali kesini lagi ya mas” katanya
“Kamu ingin berenang tidak?” tanyaku sambil menoleh kearahnya
“Memangnya disini ada mas?” tanyanya heran……………..
“Ada dua kolam renang disini……….satu untuk anak anak. Yang satunya untuk dewasa……….
“Tapi aku tidak bawa ganti……….?” Katanya menyesal.
“Kita lihat dulu kesana yuk…..?” ajakku sambil menggandeng tangannya.
“Mas……….bisa berenang? Tanyanya ingin tahu.
“Bisaa dong, masa tidak bisa” kataku “Memangnya kamu tidak bisa?” tanyaku bali
“Iya mas…….aku tidak bisa berenang, ajarin aku dong?” pintanya manja.
“Okay kalau kamu mau tapi …………kita tanya dulu deh siapa tahu kita bisa beli celana dan baju renang didekat kolam?” kataku.
Seperti anak kecil yang girang, dia melompat sambil berjalan disebelah kananku. Tangannya menggenggam erat tanganku dan tersenyum, acara menyebrangi jembatan batal karena acara berenang lebih menarik perhatiannya. Sesampai di kolam renang kita lihat sebuah kios kecil dan menanyakan apakah menjual celana renang dan baju renang dewasa. Celana renang ada tapi ternyata baju renang dewasa tidak ada. Penjaga kios menyuruh kita ke bagian kios dewasa dan kita dapatkan sebuah baju renang one piece berwarna merah.
“Ayo Sri kita ganti baju disana……….?” Ajakku menuju ke ruang ganti.
Sri masuk ke bilik terlebih dahulu dan keluar setelah beberapa menit.
“Bagaimana mas………?” Sri menanyakan kepadaku.
“Kamu masih pakai BH mu Sri……? Tanyaku melihat tali Bh masih nampak di pundaknya.
“Iya mas…………kenapa?” tanyanya
“Kalau kamu berenang, BH mu bisa basah trus apa yang akan kamu pakai pulang nanti?” tanyaku mengingatkan.
“Jadi aku lepas saja ya……..” tanyanya
“jangan pakai celana dalam juga supaya nanti masih bisa kamu pakai kalau kita pulang?” beritahuku.
Sri kembali masuk bilik ganti. “Mas ……….teteqku kelihatan nongol putingnya!” katanya dari dalam bilik.
“Coba kamu keluar sebentar, aku mau lihat..............?” kataku menginstruksikan padanya. Sri keluar dari bilik kamar ganti dan dimataku tidak ada yang aneh.
“Kamu lepas juga celana dalammu kan?” tanyaku ingin tahu.
“Iya ini” sambil mengangkat celana dalam hitam yang dia bawa. “Mas tadi kan minta aku melepasnya.” Jawabnya dengan cuek.
“Ya sudah biar aku gantian yang akan ganti……………” kataku. “Tunggu disini saja ya……….sebentar lagi aku akan keluar.” Pintaku.
Suasana di kolam renang sangat sepi dan tidak ada seorangpun yang berenang. yang berenang, aku berjalan ke kolam dan Sri berjalan dibelakangku sambil membawa sekantong plastik untuk menutupi bagian dadanya berisi pakaian kita dan baju dalamnya. Sri kelihatan agak malu dengan keadaanya didepan umum. Tapi tidak ditunjukkan dengan kentara. Dia taruh plastik bekas pembungkus baju renangnya yang berisi baju kita di atas bangku didekat kolam renang. Beberapa pengunjung grojogan sewu berlalu lalang dan kita duduk ditepi kolam sambil memasukkan kedua kaki kita. Kita celupkan kaki kita sambil bergoyang goyang dan berceloteh mengenai apa saja. Sinar matahari agak meredup tertutupi awan yang lewat dan rerimbunan daun daun yang menghalangi cahaya untuk penetrasi kebawah.
“Mas ayo kita masuk kedalam air…………sudah ngga tahan ingin masuk nih” katanya.
“Sebentar biar aku yang turun dulu supaya aku bisa tahu seberapa dalam kolamnya” kataku memintanya. Air dingin menyapa kulitku dan membenamkan dadaku, hampir sampai dipundak. “Ayo masuk sekarang ………..” kataku pada Sri.
“Mas bantu aku ya………..? katanya manja. Sri menceburkan badannya dan menjerit ringan. “Mas dingin sekali …………..!”
“Tidak seberapa kalau kita sudah bergerak didalam kolam” kataku
“Mas belajar renang dimana?” tanyanya.
“Di kampung, waktu aku masih kecil!” kataku. Ada guru olah raga yang sering ajak kita, anak anak kampung, pergi berenang di Cokrotulung” jawabku.
“Coba mas berenang ke tepi sana, aku mau lihat bagaimana mas Polie berenang” pintanya.
Akupun menyebrangi kolam renang kecil yang berada di bagian pinggir Grojogan Sewu itu. Kaki bergerak cepat dan tanganku menyentuh ujung kolam dan kembali kearah dimana Sri menunggu dan melihatku. Aku tersenyum padanya ketika aku sampai disampingnya.
“Mas Polie pintar ya……..?, ayo dong ajarin aku berenang.” Pintanya
“Sini berpegangan di besi ini!” kataku sambil memegangi besi memanjang dipinggir kolam renang. “Seperti ini dan angkat badanmu” aku memeragakan gerakan renang sederhana sambil memegangi besi. Sri melakukan hal yang sama dan posisi tubuhnya terlalu turun. Aku angkat badannya bagian perut dan menunjukkan kekurangannya. Perutnya terasa lembut di telapak tanganku. Aku ingin sekali meraba dadanya dan mencengkeram gundukan diujung pahanya. Tapi aku tidak melakukannya. Banyak pengunjung berlalu lalang melihat kita.
“Kakimu salah Sri……….., jangan terlalu ditekuk” peringatku padanya.
“Begini mas………..?” tanyanya. Sri melakukan petunjukku dengan benar dan mengayunkan kakinya.
“Terus begitu…………..dan badanmu kurang keangkat……..” aku pegang kembali perutnya untuk membantu supaya posisinya sesuai. Dadanya sangat menggoda dan aku tidak tahan untuk tidak membelainya. Aku geser sedikit keatas dan dadanya tercengkeram dengan sempurna. Sri memandangku dengan cemberut pura pura marah.
“Jadi begitu ya kalau mengajari berenang cewek” katanya sewot.
“Kamu kan tidak bayar jadi itu adalah kompensasinya kalau belajar gratisan” kataku sambil menjulurkan lidah. Semetara tanganku tetap menempel dibagian luar baju renangnya. Kuncup pentilnya terasa membesar dan penuh pada saat aku membelainya. Terasa mengganjal dan gokil diluar bajunya. Aku ingin sekali memilinnya dari dalam bajunya dan mengemutnya.
“Mas lepaskan banyak orang datang tuh……….!” Peringatnya.
“Mereka tidak lihat dimana tanganku sembunyi Sri………….!. Kamu terus saja gerakkan kakimu seperti itu. Jangan berhenti” teriakku pelan. Tanganku masih berada didadanya dan mengelus elus gumpalan bukit dadanya.
“Mas………kenapa sih kamu selalu bikin aku terangsang?” tanyanya
“Kamu rasa enak tidak dibelai?” tanyaku tersenyum.
“Jangan disini mas………nanti orang melihat aku perempuan murahan?” katanya
Aku hentikan kegiatannku dan kupegang perutnya untuk mengangkatnya.
“Sorry Sri……..kalau kamu tidak suka.” Kataku terus terang.
“Tidak apa apa mas………..kamu tidak pegang memeqku sekalian. Hehehehehe katanya sambil cengengesan”
“Kurang ajar kamu Sri………….kau permainkan aku dengan kata katamu?” jariku mencubit dadanya dan mengenai tompel tengah teteqnya yang menonjol?”
“Aduh massssssss! Ampunnnnnn ampun. Tidak begitu lagiiiiiiii stopppppppp! Teriaknya manja sambil cengengesan. {teringat kembali kenangan manis ini} {Senyum dan kata katanya yang manja membuat hati trenyuh bila teringat}
---------------------------------------------------
“Memangnya memeqmu juga minta jatah perhatian ya, Sri? Tanyaku
“Iya dong………..tapi jangan disini mas, ngga enak banyak yang nonton” katanya
“Aku renang kesana ya Sri……….’kataku bergerak keseberang.
Mata Sri mengikuti kearah aku berenang. Wajahnya terlihat ceria dan senang.
“Aku juga mau kesana mas?” katanya teriak.
“Jangan disini agak dalam” kataku melarangnya.
“Mas……….kita kembali ke losmen saja yuk……….aku lapar dan capek.” Katanya setelah beberapa saat. Aku menggangguk setuju, aku ingin menelanjangi tubuhnya dan memeluknya diatas kasur empuk yang hangat ditengah udara yang sejuk. Pikiran kotorku membangkitkan jari tunggalku yang kusimpan diantara kedua pahaku.
Aku mendekatinya kembali dan bertanya “Kenapa kamu mau kembali ke losmen?”
“Aku lapar mas………..yuk kita kembali ke Losmen.” Pintanya
“Yaa sudah ………aku keatas dulu keluar nanti aku bantu kamu ya?”
Aku berjalan kearah ujung kolam dan menaiki dinding kolam. Aku tarik Sri keatas dan kita berjalan sama sama ke tempat dimana kita taruh baju baju kita. Badan Sri basah kuyub dan badannya menggigil brrrrrr….rr.r..rrrrrrrrr dan bergetar getar. Aku rengkuh badannya dan mengajaknya ke kamar ganti. Beberapa orang melihat kita berjalan dan memandang tubuhnya Sri. Dengan tinggi 168 cm dan tubuh yang sexy banyak cowok melotot. Cuek, Sri menutupi dadanya dengan kantong plastik berisi baju kering yang kita pakai sebelum berenang.
“Mas …………aku masuk dulu ya?” katanya
“Ya….Sri kamu mengeringkan badanmu pakai apa?” tanyaku. “Aku beli handuk saja ya?” kataku.
“Tidak usah mas……….aku bawa tisiu. Biar saja aku keringkan pakai tisiiu. “ katanya menjawabku.
“Ya sudah kalau begitu…………..aku juga mau sekalian ganti kalau begitu. Tidak usah aku jaga disitu ya?” tanyaku
“Tidak usah mas………..ngga ada yang ngintip heheheee..” jawabnya.
Tidak ada air bilas dan aku terus ganti saja dengan celana dan kaos kering yang aku pake. Aku keluar dan masih belum melihat Sri diluar.
“Sri kamu udah selesai belum?” tanyaku ingin tahu.
“Belum mas……….tunggu sebentar baru pakai kaos.” Jawabnya teriak.
Sri keluar sejenak kemudian dan kaos yang dia pakai agak basah oleh air kolam. Jam hampir menunjukkan jam 3 sore dan hari agak gelap.
“Dimana kau simpan fotomu tadi Sri………….?” Tanyaku ingin tahu.
“Ada disini mas………Loh dimana kantong plastik berisi baju renangku?” katanya mengagetkan. “Sebentar mas…………ketinggalan di kamar ganti.” Sri berlari menuju kamar ganti.
“Aduh untung tidak ada yang mengambil……..”katanya
“Yuk jalan ………….mesti naik dan melelahkan Sri. Kalau kamu rasa capek kasih tahu untuk berhenti ya. Kita bisa duduk sejenak kalau lelah.
“Sri merangkulkan tangannya ke pinggangku dan kita berjalan menaiki tangga Grojogan Sewu perlahan. Kita kadang berhenti sejenak melihat induk monyet menggendong anaknya yang masih kecil. Terlihat juga induk monyet yang sedang menyusui bayinya.
“Yang itu lucu ya mas……!” katanya sambil menunjuk ke induk monyet yang sedang mencari kutu di kepala anaknya.
Aku melihat kearah yang ditunjuk dan mengiyakan kata katanya.
“Sri……….aku ingin begitual lagi sama kamu.” Kataku sambil memandangnya
Sri menoleh kearahku dan memandang dengan mata nakal.
“Mas bilang apa barusan……..? Aku kurang jelas?” katanya bercanda kumat.
“Aku mau gituan lagi dengan kamu?” kataku pelan ke telinganya.
Sri menggelinjang ketika bibirku terkena daun telinganya. “Iiiiiihhh geli mas” sambil mengibaskan kepalanya. “Mas ………….minta begini ya?” sambil menunjukkan kepalan tangannya dengan jempol terjepit diantara jari tengan dan jari telunjuknya.
Aku melihat aksinya dan menoleh kesekeliling kalau kalau ada yang melihat kepalan tangannya.
“hehehehehehe mas mau begini ya…………?” katanya nakal. “Ayo kita bisa melakukannya disini. Aku lepas ya bajuku” katanya sambil memegang ujung kaos bawahnya.
“Huuussshh sembarangan kalau bicara. Jangan begitu………tuh banyak yang melihat” kataku sembarangan
“Jangan takut masss….itu kan hanya monyet monyet saja. Paling mereka hanya akan meniru aksi kita. Anggap saja kita memberi mereka sebuah pelatihan khusus tentang bagaimana bersenggama ala manusia” katanya sambil terkekeh kekeh.
“Sudah jangan bergurau………ayo kita jalan lagi” kataku
“Mas……..Polie gendong aku dong mas? Aku capek sekali rasanya menaiki tangga tangga ini. Kenapa tidak ada lift atau escalator ya seperti di Malang Plaza.” Katanya bercanda.
“Ayo aku gendong dibelakang” kataku mengajaknya. “Tapi setelah sampai diatas kamu harus panggil ambulans supaya aku segera ditangani.” Kataku
“Biar aku saja yang menangani kamu mas………..aku ngga mau kalau ada suster suster centil itu pegang kamu.” Katanya merajuk. Tangannya menggenggam erat tanganku dan kita mulai lanjutkan lagi perjalanan kita mendaki anak anak tangga kecil itu untuk keluar. Nafas nafas yang kita hembuskan adalah nafas kelelahan. Setelah bergerak gerak didalam air dan menggoyang goyangkan tubuh dilanjutkan menaiki tangga yang merayap keatas kelelahan mencapai puncaknya. Kita duduk di depan tempat penjualan tiket masuk dan bersender di bahu temboknya.
“Lelah sekali mas………cari minum dulu yuk?” ajaknya.
“Biar aku yang beli diseberang………….kamu mau minum apa?” tanyaku
“Aku minta air putih saja, beli sekalian yang besar mas………bisa kita minum nanti malam kalau haus.” Katanya.
“Nih………..minum” aku menyerahkan sebotol 1,5 liter air kepadanya.
“Mas dulu deh yang minum………..aku minum setelah mas” katanya.
Aku turuti permintaannya dan meminum hampir setengah botol. Aku berikan padanya dan diapun meneguknya. Setelah agak hilang lelahnya kita berjalan menyusuri jalanan kembali ke losmen. Kita singgah di kantin depannya dan memesan makanan. Anak perempuan yang membawakan the panas semalam melayani kita.
“Om sudah kembali ya…………, pasti capek ya?” tanyanya. “Mau pesan apa Om…….” Tanyanya
“Aku pesan nasi sama sayur sop ayam, kamu mau makan apa, Yang?” kataku kepada Sri yang sedang melihat dan membalik gambar gambar dikalendar yang tergantung ditembok kantin itu.
“Aku mau makan yang hangat dan kering saja, mas?” katanya menjawab. “Ada nasi campur?” tanyanya kepada penjaga kantin.
“Ada mbak………mau ditambah ayam goreng dada atau paha?” tanyanya lagi menjawab.
“Dadanya saja ya…………..” katanya
“Baik mbak. Om kembali saja kekamar biar nanti saya yang mengantarnya kesana” katanya menyarankan.
Aku rengkuh tangannya Sri dan menariknya kearah kamar. Sri membalas genggaman tanganku erat dan kita masuk kedalam kamar losmen.
“Sebaiknya kita mandi Sri supaya kita tidur dengan nyaman setelah makan” kataku setelah berada didalam.
“Iya mas………..rasanya kulitku ngga enak. Kamu masuk saja duluan supaya kalau nanti makanan datang biar aku yang membukanya. Sri menuruti perintahku dan masuk kekamar mandi tanpa membuka terlebih dahulu bajunya didepanku. Sesaat kemudian terdengar air berhamburan dan menyirami tubuhnya.
“tok …tok ….tok…” pintu diketuk.
Aku berdiri dan membuka pintu, anak perempuan
-----------------------
Yang tadi melayani di kantin losmen berdiri tersenyum sambil membawa nampan penuh makanan yang kami pesan. Ada tempe dan tahu goreng yang masih panas mengepul kesukaanku.
“Om makanan yang dipesan sudah siap” katanya dengan sopan.
“Ya sini bawa masuk saja” perintahku
“Sebentar Om……masih ada lagi, the panasnya belum dimasukkan.” Katanya lagi. Anak perempuan itu keluar dan masuk lagi membawa seteko the panas dan dua cangkir kosong. “Sudah Om ……….ini tagihannya” katanya sambil menyodorkan sebuah kwitansi. Setelah kubayar aku, anak perempuan itu meninggalkan kamarku dan aku menutup pintu dan menyusul Sri dikamar mandi.
Ketika aku masuk Sri sudah hampir selesai dengan mandinya, dia sedang mengeringkan badannya dengan handuk. Aku agak kaget ketika melihat matanya. Sri habis menangis, matanya sembab dan terlihat merah dan berkaca kaca. Aku mendekatinya dan bertanya “Kenapa Sri………….?” Tanyaku ingin tahu.
“Terkena sabun mas……rasanya perih?” jawabnya tapi menghindari tatapan mataku. Ada sesuatu yang dia sembunyikan dan tidak ingin aku ketahui. Aku tidak memburunya, kubiarkan sesaat dan dia keluar dari kamar mandi sambil melilitkan handuk kesekeliling tubuhnya.
Aku mandi dan menyiram seluruh tubuhku dengan air yang masih terasa dingin es. Masa senang akan segera berakhir dan besok aku harus antar Sri ke Surakarta untuk mencari travel jurusan malang sebelum aku pulang kerumah ibuku di Kartosuro untuk berlibur. Pikiranku tidak tenang dan penuh sesak karena melihat Sri menangis dan ingin sekali mengetahui penyababnya. Kusabun tubuhku dan keramasi rambutku setelah berenang di kolam.
Aku melangkah keluar dan mendapati Sri duduk ditempat tidur sambil minum teh manis yang ada diatas meja. Handuk masih melilit ditubuhnya dan rambutnya masih lembab.
“Sri………….!?” Panggilku
Sri menoleh dan melihatku. Matanya yang sembab karena menangis masih kelihatan.
“Kenapa mas……….?” Tanyanya
Aku mendekati dan duduk disampingnya memegang pundaknya yang telanjang. Dia menyandarkan badannya ke dadaku sambil memegang cangkir teh yang dia minum.
“Aku minta tehnya Sri……..aku juga haus nih.” Kataku sambil mengulurkan tangan kiriku meraih cangkir yang dia pegang.
“Jangan mas…………biar aku ambilkan cangkir baru dan tehnya.” Dia berdiri dan melayaniku. Ketika membungkuk ujung handuk yang menutupi pantatnya terangkat. Memeqnya tersembul nongol dan mengintip keluar sedikit diantara tonjolan pantatnya.
“Nih mas…………” katanya sambil mengulurkan cangkir berisi the panas.
Dia meletakkan cangkirnya dan kembali duduk disebelahku.
“Sudah…….? Biar sini aku taruh diatas meja?” pintanya.
Aku masih bertanya tanya mengapa dia menangis didalam kamar mandi.
“Mas kita besok harus turun jam berapa” tanyanya.
“Kamu mau jam berapa berangkat?” tanyaku balik
“Aku tidak tahu mas…………baiknya jam berapa?” kataku
“Jam 9 pagi saja ya biar kita tidak terlalu buru buru kataku padanya.” Saranku.
“Ya sudah kalau begitu………..” tandasnya menjawab. “Mas………kenapa waktui begitu cepat ya kalau aku bersamamu? Aku belum puas rasanya bila besok kita harus berpisah. Aku sedih sekali kalau aku besok harus meninggalkanmu disini.” Katanya sambil menubrukku. Keseimbanganku tidak kuat menahan badannya dan aku terguling ditempat tidur sementara Sri menempelkan kepalanya di dadaku. Terdengar isak tangis lirih dari mulut dan hidungnya. Air mata meleleh ke dadaku dan air hangat terasa mengalir menuruni kulit dadaku.
“Sudahlah Sri…………kamu tadi bilang lapar dan mau makan, ayo kita makan dulu.” Kataku mengalihkan pembicaraan “Nanti kita bisa lanjutkan lagi, makanan keburu dingin.”
Sri bangun dan mengangkat kepalanya dari dadaku dan melihat kearahku. Kudekatkan bibirku kebibirnya dan mencium pelan bibirnya. Sri mengambil bibir atasku dan membuka mulutnya menggigitku disana. Gigitan pelan menambah rasa birahi yang sempat redup saat kita berada di dalam kolam. Lidahnya menjulur keluar dan menyentuh bibir bawahku masuk kedalam rongga mulutku. Tawarannya sungguh manis untuk diteruskan, tanganku meraih teteqnya yang tertutup handuk yang hampir lepas. Kutarik handuknya kebawah dan muncullah kedua bukitnya yang menempel di dadanya, padat berisi dan penuh bundar. Mulutnya mencecap keras duel lidah kita dan birahikupun tersulut, letupan letupan indah mengalir deras diantara sentuhan kulit jariku dan puting teteqnya.
“Oooooohhh masssssssss, kita teruskan yaaaaaa. Makannya nanti saja” pintanya.
“Sayur soupku keburu dingin saaaayang……ngga enak lagi dimakan” kataku menjawab. “Ayo lebiih baik kita makan dulu saja ya? Aku lapar sekali” kataku sambil bangun.
--------------------------
Yang tadi melayani di kantin losmen berdiri tersenyum sambil membawa nampan penuh makanan yang kami pesan. Ada tempe dan tahu goreng yang masih panas mengepul kesukaanku.
“Om makanan yang dipesan sudah siap” katanya dengan sopan.
“Ya sini bawa masuk saja” perintahku
“Sebentar Om……masih ada lagi, the panasnya belum dimasukkan.” Katanya lagi. Anak perempuan itu keluar dan masuk lagi membawa seteko the panas dan dua cangkir kosong. “Sudah Om ……….ini tagihannya” katanya sambil menyodorkan sebuah kwitansi. Setelah kubayar aku, anak perempuan itu meninggalkan kamarku dan aku menutup pintu dan menyusul Sri dikamar mandi.
Ketika aku masuk Sri sudah hampir selesai dengan mandinya, dia sedang mengeringkan badannya dengan handuk. Aku agak kaget ketika melihat matanya. Sri habis menangis, matanya sembab dan terlihat merah dan berkaca kaca. Aku mendekatinya dan bertanya “Kenapa Sri………….?” Tanyaku ingin tahu.
“Terkena sabun mas……rasanya perih?” jawabnya tapi menghindari tatapan mataku. Ada sesuatu yang dia sembunyikan dan tidak ingin aku ketahui. Aku tidak memburunya, kubiarkan sesaat dan dia keluar dari kamar mandi sambil melilitkan handuk kesekeliling tubuhnya.
Aku mandi dan menyiram seluruh tubuhku dengan air yang masih terasa dingin es. Masa senang akan segera berakhir dan besok aku harus antar Sri ke Surakarta untuk mencari travel jurusan malang sebelum aku pulang kerumah ibuku di Kartosuro untuk berlibur. Pikiranku tidak tenang dan penuh sesak karena melihat Sri menangis dan ingin sekali mengetahui penyababnya. Kusabun tubuhku dan keramasi rambutku setelah berenang di kolam.
Aku melangkah keluar dan mendapati Sri duduk ditempat tidur sambil minum teh manis yang ada diatas meja. Handuk masih melilit ditubuhnya dan rambutnya masih lembab.
“Sri………….!?” Panggilku
Sri menoleh dan melihatku. Matanya yang sembab karena menangis masih kelihatan.
“Kenapa mas……….?” Tanyanya
Aku mendekati dan duduk disampingnya memegang pundaknya yang telanjang. Dia menyandarkan badannya ke dadaku sambil memegang cangkir teh yang dia minum.
“Aku minta tehnya Sri……..aku juga haus nih.” Kataku sambil mengulurkan tangan kiriku meraih cangkir yang dia pegang.
“Jangan mas…………biar aku ambilkan cangkir baru dan tehnya.” Dia berdiri dan melayaniku. Ketika membungkuk ujung handuk yang menutupi pantatnya terangkat. Memeqnya tersembul nongol dan mengintip keluar sedikit diantara tonjolan pantatnya.
“Nih mas…………” katanya sambil mengulurkan cangkir berisi the panas.
Dia meletakkan cangkirnya dan kembali duduk disebelahku.
“Sudah…….? Biar sini aku taruh diatas meja?” pintanya.
Aku masih bertanya tanya mengapa dia menangis didalam kamar mandi.
“Mas kita besok harus turun jam berapa” tanyanya.
“Kamu mau jam berapa berangkat?” tanyaku balik
“Aku tidak tahu mas…………baiknya jam berapa?” kataku
“Jam 9 pagi saja ya biar kita tidak terlalu buru buru kataku padanya.” Saranku.
“Ya sudah kalau begitu………..” tandasnya menjawab. “Mas………kenapa waktui begitu cepat ya kalau aku bersamamu? Aku belum puas rasanya bila besok kita harus berpisah. Aku sedih sekali kalau aku besok harus meninggalkanmu disini.” Katanya sambil menubrukku. Keseimbanganku tidak kuat menahan badannya dan aku terguling ditempat tidur sementara Sri menempelkan kepalanya di dadaku. Terdengar isak tangis lirih dari mulut dan hidungnya. Air mata meleleh ke dadaku dan air hangat terasa mengalir menuruni kulit dadaku.
“Sudahlah Sri…………kamu tadi bilang lapar dan mau makan, ayo kita makan dulu.” Kataku mengalihkan pembicaraan “Nanti kita bisa lanjutkan lagi, makanan keburu dingin.”
Sri bangun dan mengangkat kepalanya dari dadaku dan melihat kearahku. Kudekatkan bibirku kebibirnya dan mencium pelan bibirnya. Sri mengambil bibir atasku dan membuka mulutnya menggigitku disana. Gigitan pelan menambah rasa birahi yang sempat redup saat kita berada di dalam kolam. Lidahnya menjulur keluar dan menyentuh bibir bawahku masuk kedalam rongga mulutku. Tawarannya sungguh manis untuk diteruskan, tanganku meraih teteqnya yang tertutup handuk yang hampir lepas. Kutarik handuknya kebawah dan muncullah kedua bukitnya yang menempel di dadanya, padat berisi dan penuh bundar. Mulutnya mencecap keras duel lidah kita dan birahikupun tersulut, letupan letupan indah mengalir deras diantara sentuhan kulit jariku dan puting teteqnya.
“Oooooohhh masssssssss, kita teruskan yaaaaaa. Makannya nanti saja” pintanya.
“Sayur soupku keburu dingin saaaayang……ngga enak lagi dimakan” kataku menjawab. “Ayo lebiih baik kita makan dulu saja ya? Aku lapar sekali” kataku sambil bangun. Aku tarik tangannya untuk bangun dan makan denganku.
“Sri merasa kecewa dengan keputusanku, dia merengut dan wajahnya nampak tidak senang. Aku bujuk untuk tidak jengkel, dengan memberi alasan bahwa sejak tadi sebelum pergi ke grojogan sewu kita belum makan apapun. Sri akhirnya mau makan dulu, handuk yang tadi lepas dari tubuhnya akan dipasang lagi. Aku rebut handuknya dan lempar ke kursi.
“Massssss……..kenapa tidak boleh memakai handukku?” katanya protes.
“Kamu kelihatan lebih sexy begini daripada kalau pake handuk.” Jawabku.
“Masa……….? Cium dulu teteqku massss…..sebelum makan nasi?” katanya
sambil menyodorkan teteqnya kearah mulutku. Dengan senang hati aku mimikcucu nya dan menjilati putting indahnya. “Mmmmmmmmmm nyam nyam nyam” suaraku.
Kepalaku ditekan mendekat ke teteqnya dan aku gelagapan mengimbangi maunya. Aku raba memeqnya dan mencelupkan lobangnya yang sudah basah lembab.
“Mmmmmmmmm………mmmmm” erangnya pelan sambil meliukkan pinggulnya meminta aku melanjutkan tusukan jariku kedalam memeqnya.
“Waaaaahh repot kalau begini……….aku tidak jadi makan soupku” bisikku.
Aku ambil makanan dimeja samping tempat tidur dan menyuapnya setelah aku tarik jariku dari lobangnya. Sri membuka mulutnya menerima suapanku.
“Enak……..soupnya mas, suap lagi dong?” pintanya.
Aku duduk ditempat tidur dan makan nasi dan soup yang kupesan.
“Kamu mau lagi….?” Tanyaku. “Sini duduk dipangkuanku”
Sri duduk menyilang dipahaku dan kita makan bersama.
Kamu ambil saja sendokmu sendiri Sri……..kamu bisa makan dengan sendokmu supaya kamu tidak perlu nunggu giliran?”
“Ngga mau mas…………aku mau mas Polie nyuapin aku. Aku tidak keberatan nunggu giliran suap” jawabnya sambil merangkulkan tangannya keleherku.
“Bagaimana aku bisa suap kamu kalau kamu rangkul aku?”
“Ngga usah makan kalau tidak bisa mas………..hehehehe” teteqnya dia dekatkan sekali lagi. Gemes rasanya melihat tingkah dan sikapnya. “Kepolosan seorang gadis……….?” pikirku.
Batreiku rasanya kaku dan pegal sejak dikolam renang bangun-tidur - bangun –tidur –bangun- tidur dan sekarang bangun lagi. Batreiku terjepit diantara pahaku dan ujungnya menempel di bagian pantatnya. Makan soupnya kita selesaikan dengan cepat.
“Mas nasi campurnya kita makan nanti saja ya……?” katanya menyarankan. “Berikan piringnya ke aku mas, aku taruh disana” katanya sambil berdiri. Sri berjalan kearah pintu dan meletakkan piring dan mangkok soup disana. Kembali kearahku dan menghadap didepanku. Aku masih duduk di ranjang dan diapun minta pangku kembali. Hanya saja duduknya tidak menyilang seeprti tadi tetapi mengangkangiku. Bulu bulu jembutnya menyibak setelah tergesek perut dan pahaku.
Dadanya menjulang didepan wajahku sengaja memintaku untuk mencucup puntingnya yang menonjol. Aku jilati lerengnya dan naik keatas ujung pentilnya.
“eeeeheeeee hhhhh geli mas……..lihat bulu buluku pada berdiri” katanya menunjuk bulu 2x halus dipermukaan lengannya.
“Kamu senang tidak……..?” tanyaku
Sri memegang wajahku dan mengangkat kepalaku untuk menghadapnya. Aku memandang matanya dan dia julurkan lidahnya kebibirku. Aksinya sangat sexy dan aku mencelupkan lidahnya kedalam rongga mulutku melalui tengah bibirku.
---------------------------
Lidah kita bersua dan bercanda dalam gerakan, dan sentuhan diujung lidah dan dinding mulut kita. Pertautan yang nyata dan seperti menggosok dua batu pembuat api unggun. Birahi semakin tinggi tangganku meraba raba lembut dada dan putting yang semakin terasa membesar dan keras.
“Ooooooooohhh Mas Poliee…….”erangnya di sela sela duel lidah kami. Gerakan Sri seperti orang yang resah dan gelisah. Kadang pinggulnya kesana kemari menyentuhkan memeqnya yang basah keatas pahaku. Dia gesek gesekkan permukaan memeqnya maju mundur seolah olah ada yang gatal dan ingin digarukkan keatas pahaku. Pinggulnya meleot leot diiringi suara “oooooohhh mas…oooooooooohhhh…ooh” jari jariku tidak tinggal diam. Memelintir putting kanan dan kiri bersamaan. Sri semakin megap megap tidak karuan. Goyangan pinggul yang tadinya maju mundur berubah menjadi nguleg nguled secara sporadis dan tidak teraarah.
Tiba tiba sri menggerakkan tubuhnya seperti membantingkan ke belakang, kepalanya dia lempar jauh kearah belakang dengan nafas tersengal sengal, seolah olah akan lepas dari sebuah ikatan. Aku lepas kedua putingnya dan menahan punggungnya supaya tidak jatuh kebelakang. Posisi ini menguntungkan aku karena aku bisa mendekatkan wajahku kearah teteqnya yang terbuka. Aku kecup putingnya dan mengulumnya lunak, aku gerakkan lidahku memutar mutar putingnya. Sri semakin menggelepar liar dengan gerakan gerakan kuat.
“Mas…….ssssss ayo masukkan cepat bathreimu……….Ooooohhhh” teraiknya
“Sri…….kamu berdiri dulu sebentar supaya aku bisa mengatur dudukmu” Sri menuruti keinginanku. Dia berdiri dan memberiku waktu untuk membetulkan dudukku. Masih dengan mengangkakngi aku, sri duduk dipangkuanku. Dan mengambil batang batreiku membimbingnya memasuki saluran indah vaginanya yang basah.
“Aaaahhhhhhhh” suaranya membahana di ruangan. Dia kocok batang batreiku maju mundur. Ujung batreiku terasa mengenai dinding vaginanya, Sri merasa gatal dengan sentuhan sentuhan itu. Dia semakin tergolek kaku dan mengejan ngejan.
“oooooooooooohhh ……….oooohhhhhhhh ………….ooooooohhhh” teraiknya seoalh olah hampir melepaskan hajat yang besar. “Masmmsaaasssss ayo massssss……..keluarkan ingusmu massssssssssss Ooooooooohhhhh maaaaaaassss ayo maaassss keluarkan spermamu masssssssssssssss………….” Teriaknya kerasssss. Pantasnya dikentrok kentrokkan turun naik memijit batreiku. Kulit pantatnya beradu dengan pahaku membuat suara tidak asing di telingaku. “plook ….pppolllk ….poollllkk” bergema diantara erangan dan bunyi bunyi indah lainnya.
“Terus sri……….teruskan srrriiiiiii…………ayooooo srrrrriiiiiiii.” Brrrrrrrreeekekkk” Sri berhenti total. Tangnnyamemelukku dan kepalanya bersender di pundakku. Btareiku masih menancap diantara dua bibir vaginanya.
“Oooooooohhhhh massssss trima kasih………..sayang?” aku puas sekali. Tubuhnya naik turun seirama nafas yang dia keluarkan dari hidungnya. Jantungnya berdetak keras dan berirama “dak ….duk….dak ….duk” aku peluk tubuhnya yang basah oleh keringat yang keluar dari
“Besok gadis ini akan pulang dan tidak akan pernah kembali padaku” pikirku sedih. Sedih bukan karena tidak akan mendapat jatah, sedih karena kita sudah begitu dekat.
“Mas …………” katanya memotong lamunanku
“Apa Sri………..” tanyaku agak kaget
“Mas………..sedang memikirkan sesuatu ya?” tanyanya
“Besok kamu kembali kemalang ya?” kataku “waktu begitu cepat berlalu”
“Iya……….mas tapi kita masih bisa ketemu lagi
“Besok kita mau berangkat jam berapa Sri?” kataku
“Aku terserah kamu saja, Mas………? Katanya ………..badannya masih diatas pangkuanku dan batreiku masih tertancap didalam memeqnya yang basah kuyub.
“Ayo kita cuci cuci Sri…….”kataku
“Kita mau kemana mas………..? tanyanya ingin tahu.
“Kamu mau bawa oleh oleh tidak?” tanyaku, “Kita bisa beli oleh oleh dipasar kalau kamu mau?”
“Aku capek mas, aku mau tiduran saja dikamar sama kamu.” Jawabnya.
“Aku juga ingin hal yang sama Sri…..Waktu kita berdua sangat sedikit.” Kataku.
“Angkat badanmu Sri…….cabut dulu batreiku” pintaku.
“Jangan dulu mas………aku mau barangmu tetap berada disini.”
“Sambil tiduran ya……..?” pintaku. Aku rebahkan badanku dan menyandarkan kepalaku dibantal. Mataku memandang wajah dan dadanya yang terbuka didepan mata. Pinggulnya bergoyang goyang pelan lagi dan mulutnya kembali tersenyum.
---------------------------
Sri terus bergoyang dengan pelan sesekali dan kadang kepalanya mendongak keatas. Gerakannya lembut dan menggoyang dengan irama yang pelan.
Aku meraba perutnya dan keatas kepayudaranya, putingnya kuberikan lebih banyak perhatian dengan menarik dan memutar ujungnya. “Mmmmmm oooohhhh” erangannya terdengar lembut. Batreiku terasa gatal dan ujungnya menyodok nyodok didalam ruangan vaginanya Sri. Keintiman yang sangat dekat membuat aku juga terlena. Ingin aku lepaskan cairan kentalku kedalam memqnya. Tiba tiba Sri mengangkat tubuhnya dan menjatuhkannya kembali. Dia angkat lagi dan menimpaku lagi dengan lebih keras. Sambil memutar dan mengangkat dia gerakkan keseluruh ujung batreiku.
“Ooooohhhh Sriiiiii…….aku merasakan kenikmatan duniawiku……..menggeletar dengan diurutnya batang batreiku keatas dengan bibir memeqnya yang hangat dan basah. Dia naik lagi dan urut naik putar sedikit dan dia timpakan lagi badannya.
“Kontolku akan meledak Sri” kataku
“Hussshhh …….yang sopan sedikit kalau bicara” katanya. “Aku mau meminumnya cairanmu mas………” tanpa nunggu persetujuanku dia berdiri, terlepaslah batangku dan tegak keras menjulang keatas. Sri duduk membungkuk, tangannya memegang batangku yang basah oleh cairan memeqnya dan mengocoknya naik turun.
“Ooooooooooooohhh erangku lirih, aku ingin memeqmu Sri” kataku lirih diantara erangan kenikmatan.
“Kan Tadi sudah………….” Katanya
“Aku mau lagi……….” Pintaku
“Memangnya kenapa kok mau lagi …………? tanyanya lirih.
“Memeqmu enak sekali Sri……..!” jawabku
“Ketagihan ya mas……..nanti kalau kita berpisah kalau kamu kangen bagaimana?” tanyanya
“Iya Sri, aku ketagihan berat……….tadi waktu di kolam renang aku ingin menciumi memeqmu sampe kamu teriak teriak” jawabku lugu.
“Masukkan dari belakang saja mas……aku ingin di sodok dari belakang” jelasnya
Aku bangun dan mendorong pelan kepalanya untuk menunduk dan badannya membelakangiku. Ujung batang batreiku mematuk masuk kedalam memeqnya yang lembut dan hangat. Pelan pelan memasuki rongga memeqnya. “Mmmmmmmmnggggg…….”sri mengerang enak. Pinggulnya agak dia puter membantu batreiku memasuki celah bibirnya dan kusodok kedalam pelan sehingga aku merasakan gesekan kedua bibir memeqnya yang lembut.
“Ooooooohhhh Sriiiiii enaaaaaaaakkkk sayang……..putar lagi kekanan dan kekiri. Aku mau main lama malam sore ini……….” Kataku megap megap menikmati sensasi yang timbul.
“Begini ya masss…………Ooohhhhh enak ya diputar begini” Sri menoleh kebelakang memandang reaksi wajahku.
“Aku senang sekali………..putar lagi seperti tadi….......?” pintaku sambil nyodok nyodok kedepan. Ujung penisku serasa menyentuh dinding vaginanya didalam
“Oooooooooohhhhh masssss………angkat tinggi lagi mas” posisinya menungging dan mengginjal ginjal seluruh pantatnya dia gerakkan. Sri menggigit bibir bawahnya seolah olah menahan sesuatu yang sangat berat. Expressi wajahnya sangat sulit untuk dilukiskan antara menahan sakit atau menahan nikmat.
“Kamu menikmatinya Sri…….enak kalau disodok begini……….?”tanyaku sambil menyodoknya kedalam dengan keras.
“Ooooooooohhhh…….ya masssssss lagi tolong diulangi. Aku mau lagi yang keras berulang ulang.” Pintanya sambil menengokku.
Aku ulangi tabrakan paha depanku dengan pantatnya dan suara khas teplok teplok terdengar dan suara sri….yang mengaduh aduh keenakan menyelingi setiap tepokan tepokan yang terdengar.
“Ooooooooooohhhhh aku mau keluar Sriiiiii ……….aku mau kelaur sekarang, …..aku sudah tidak tahan aaaaahhhhhhhhhhhhhh” Aku cabut batang batreiku dan meluncurlah bubur putih seperti lem uhu dan fox bercampur jadi satu. Loncatan pertama mendarat dipunggung dan pantatnya lompatan selanjutnya mendarat diteteq dan perutnya Sri.. ………….
“Ooooooohhhh massssssssss enak sekali…….” Sri mendekati wajah batreiku dan mencelupkan kepalanya kedalam mulutnya dan dia hisap dengan lembut”
“Oooooohhhhhhh sri ngilu sekali rasanya……………” erangku.
Perlombaan tadi mengantarkan kita ke waktu tidur yang sangat panjang. Kita terbangun jam 7 keesokan harinya. Jam menunjukkan hampir jam 8 pagi. Sri sudah membuka matanya dan memelukku dari belakang. Keindahan segera berlalu dan Sri memegangi dadaku dan menggosokkan telapak tangannya keseluruh permukaan dadaku.
Aku memutar tubuhku dan menghadapinya, memandangi wajahnya seolah olah tidak akan ada waktu lagi bersama.
“Sri………..kamu mau makan apa?” tanyaku
“Aku tidak lapar mas…………..Mas jadi kuliah di IKIP PGRI?” tanyanya kepadaku.
“Iya………..kenapa?” tanyaku ingin tahu.
“Mas rencananya mau kos atau masih tinggal dengan mas Jaya?” tanyanya
“Aku tidak tahu Sri………..belum tahu rencananya apa?” kataku jujur.
“Nanti kalau aku menikah Mas Mulyono akan mengajakku tinggal di Tanjung Perak. Mungkin kita bisa bertemu ya mas.
“Apa kamu masih mau ketemu sama aku?” tanyaku
“Iyaaaaaa dong mas………..aku mau!” katanya sambil tersenyum.
“Yuk kita mandi supaya kita bisa sampai di
Kita mandi bersama dan bersiap siap turun ke
Perjalanan hidup terus begulir dan bayang bayang tubuh Sri dan kenikmatan yang dia persembahkan tetap menjadi kenangan yang tidak akan pernah terlupakan. Kehangatan tubuh dan kemurahan senyumnya adalah sebuah memori indah yang selalu kuigat.
------------------------------------
terima kasih sudah berbagi pengalaman yang berguna ini obat perangsang wanita
ReplyDelete